Setelah memperbaiki sampan, Jumanto langsung bergegas. Pagi itu cuaca cerah dan air laut yang tenang membuat Jumanto semangat untuk lekas menukar tabung gas elpiji 3 kg yang berada di darat tepatnya di Pangkalan Gas, Pajak Baru, Belawan, Medan, Sumatera Utara.

Jumanto merupakan salah satu warga yang buka warung biasa di Kampung Nelayan Seberang Belawan. Warung yang berada di atas air laut itu, ia ditemani istri menjual jajanan, kebutuhan pokok dan gas elpiji 3 kg.

Dari berbagai macam barang dagangan yang dijual, Jumanto dengan sampan sederhana miliknya tersebut harus ke darat untuk belanja di toko kebutuhan pokok dan agen gas elpiji 3 kg.
Jumanto bersiap untuk menukarkan tabung gas elpiji 3 kg di Kampung Nelayan Seberang Belawan (Antara/Yudi)

Dengan berbekal sampan tak beratap itu, Jumanto yang akrab dipanggil Anto harus menyusuri tepian Selat Malaka. Menukar tabung gas elpiji 3 kg yang kosong dengan berisi untuk kebutuhan warga di Kampung Nelayan Seberang Belawan.

Dalam perjalanan menuju ke darat, Anto biasa harus menghabiskan waktu satu jam perjalanan untuk sampai di pangkalan gas. Aktivitas itu ia lakukan satu kali dalam sepekan.

Menurut Anto, tabung gas yang dia bawa hanya untuk sebagian warga saja di Kampung Nelayan Seberang Belawan. Selebihnya warga ada yang langsung membeli gas sendiri menggunakan sampan, transportasi umum yang sehari-hari digunakan pengunjung maupun warga untuk menyeberang, dengan biaya Rp5 ribu sekali pergi.
Jumanto menggunakan gerobak sorong membawa tabung gas ke sampan di Kampung Nelayan Seberang Belawan (Antara/Yudi)

“Jualan gas elpiji 3 kg di kampung nelayan ini sudah lama. Dari mulai pemerintah mengadakan gas elpiji 3 kg untuk warga sampai sekarang,” kata ayah tiga anak itu.

Setelah sampai di Kampung Nelayan Seberang Belawan, lelaki berumur 55 tahun itu tak langsung istirahat, ia berjalan menuju rumah, mengambil gerobak sorong untuk digunakan mengantar tabung gas elpiji 3 kg ke rumah pelanggan.

 
Jumanto memindahkan tabung gas dari sampan ke gerobak sorong di Kampung Nelayan Seberang Belawan (Antara/Yudi)

Tak berhenti di situ, Anto kembali menghidupkan sampannya untuk segera melanjutkan perjuangannya yakni menghantarkan tabung gas elpiji 3 kg di Karang Taruna, sebuah pemukiman yang berada di sebelah Kampung Nelayan Seberang Belawan.

“Ada 40 tabung gas elpiji 3 kg yang dibawa. Dalam menghantar gas ini tidak bisa lama-lama. Kasihan kalau lama, karena warga membutuhkan cepat jadi langsung diantar kalau sudah mengambil gas,” ucap Anto yang sudah memiliki empat cucu itu.

 
Jumanto mengantarkan gas kepada pelanggan di Kampung Nelayan Seberang Belawan (Antara/Yudi)

Sementara itu, Kepala Lingkungan XII Medan Belawan Sarawiyah tak menyangka ada warganya pedagang gas elpiji 3 kg yang sudah jualan puluhan tahun. Menurutnya, dengan sampan seadanya itu, Jumanto mampu bertahan hingga sekarang untuk membantu warga di Kampung Nelayan Seberang Belawan.

“Walaupun harganya sedikit mahal, warga maklum, melihat perjuangan dia mengambil gas itu luar biasa. Dan banyak warga merasa terbantu ada Pak Jumanto. Dan warga kan gak perlu mengeluarkan uang lagi  untuk menyeberangi laut untuk beli gas. Cukup jalan kaki sampai,” kata Sarawiyah.
Jumanto mengantarkan tabung gas kepada pelanggan di Kampung Nelayan Seberang Belawan (Antara/Yudi)

Data tahun 2023  dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral realisasi volume gas elpiji 3 kg (PSO) setiap tahunnya terus meningkat. Di tahun 2021 angkanya sudah mencapai 7,46 juta metrik ton dan tahun 2022 sebesar 7,80 juta metrik ton.

Melihat data tersebut menandakan bahwa gas elpiji 3 kg sudah banyak digunakan kepada masyarakat. Dan ini menjadi bukti bahwa gas elpiji 3 kg sudah merata tersebar di pelosok perkampungan di Indonesia .


 

Pewarta: Yudi Manar

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024