Siapa yang tak kenal dengan Derom Bangun, tokoh perkelapasawitan yang namanya sudah melegenda di dalam dan luar negeri. 

Derom Bangun yang disebut sebagai Duta Sawit itu kini sudah berusia 83 tahun. 

Tetapi bukanlah Derom Bangun namanya kalau tidak terus berkarya. 

Di Medan, tepatnya di Santika Premiere Dyandra Hotel, Medan, hari Sabtu, 17 Juni 2023, Derom Bangun meluncurkan bukunya yang berjudul "Derom Bangun, Pemikiran, Karya Dan Pencapaian, Sebuah Lesson Learn bagi Generasi Muda."

Buku itu diluncurkan memperingati hari kelahirannya ke-83 tahun dan ulang tahun ke-55 pernikahannya dengan sang isteri tercinta Dr (HC) Jendamita Sembiring, MMin

Buku yang ditulis Prof Dr Sukaria Sinulingga, MEng IPU, dengan Co Editor Dr Ir Budi Sinulingga dan Ir Makmur Ginting, MSc itu berhalamankan 218, termasuk daftar pustaka. 

Sebelumnya mantan Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) itu juga sudah meluncurkan buku yang berjudul, "Derom Bangun, Memoar Duta Besar Sawit Indonesia" yang ditulis sejarawan Bonnue Triyana.

Acara itu dihadiri berbagai kalangan seperti Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting, para akademisi dan pengusaha. 
Mantan Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Kementerian Pertanian (Kementan), Achmad Mangga Barani bahkan memberi pidato dalam acara itu. 

Achmad Mangga Barani mengklaim, awalnya dia yang memberikan julukan Duta Besar Sawit Indonesia kepada Derom Bangun. 

Julukan itu bukan sembarangan, karena, kata Achmad Mangga Barani, sebagai rasa hormat dan kagumnya kepada Derom Bangun. 

Achmad Mangga Barani melihat bagaimana Derom Bangun memiliki lobi yang hebat. Bahkan memperjuangkan sawit asal Indonesia yang terus mendapat tekanan. 

"Saat menjadi Dirjen Perkebunan, saya masih ingat, bagaimana saat di India, Derom Bangun mampu meyakinkan India kalau produk sawit Indonesia sehat dan tidak terkontaminasi," katanya. 

Sosok Derom Bangun sangat dikenal dan disegani di dunia persawitan internasional. 

Achmad Mangga Barani meminta agar semua stakeholder sawit nasional termasuk pemerintah bisa memanfaatkan semua pengalaman dan ilmu dimiliki Derom Bangun agar diaplikasikan demi kejayaan sawit nasional.

Editor buku, Prof Sukaria Sinulingga menyebutkan, buku Derom Bangun diharapka  bisa dijadikan lesson learnt bagi para pembaca. 

Buku yang disusun dalam bentuk format yang tidak mengacu kepada buku biografi dan juga buku memoar standar diharapkan memberi inspirasi kepada semua pembaca buku itu. 

Derom Bangun yang lahir 16 Juni 1940 memang pantas jadi panutan. Di keluarganya pun, Derom Bangun menjadi panutan. 

Isterinya menyebutkan, Derom Bangun merupakan guru dan pembimbing. Suka, duka memang silih berganti, tetapi Jendamita Sembiring meyakini bahwa Derom Bangun akan membahagiakannya, setidaknya di hari tua. 

"Kesimpulan saya, apapun kelemahannya, walaupun seperti banyaknya bintang di langit, begitu fajar datang, maka bintang-bintang itu pun lenyap," katanya seperti dikutip dari buku di halaman 113.

Kehebatan Derom Bangun juga dirasakan anak-anaknya. "Papa adalah orang yang memiliki bird's view," ujar Fernando Bangun, anak pertama Derom Bangun. 

Derom Bangun disebut mampu melihat semua aspek besar dan penting "dari atas" sehingga tidak ada yang terlewatkan. 

Menurut Fernando, salah satu prinsip atau kebiasaan yang paling kuat dipegang papa-nya, Derom Bangun adalah jangan pernah membicarakan keburukan seseorang.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023