Sampah dan kebersihan lingkungan masih menjadi suatu permasalahan di bumi Indonesia. Keindahan dan kekayaan alamnya tidak tercegah dari buruknya penanganan sampah oleh pemerintah dan masyarakat. 

Terbukti dari data oleh World Population Review, bahwa Indonesia adalah 1 dari 10 negara penghasil sampah terbesar di dunia. 

Kesadaran masyarakat akan penanggulangan sampah masih minim. Hal inilah yang menggerakkan Namira Purba ikut terlibat dalam mendirikan Yayasan Sayap Proyek Indonesia.

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang lahir pada 18 Februari 2000 ini merupakan seorang aktivis lingkungan. Saat ini Namira bersama Yayasan Sayap Proyek Indonesia sedang berfokus dalam tujuan yang sangat ambisius, yaitu membangun desa daur ulang terbesar di dunia.

Yayasan Sayap Proyek Indonesia sendiri merupakan organisasi non-pemerintah yang merupakan perpanjangan tangan dari Project Wings yang berasal dari Jerman. Organisasi ini bergerak dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Namira mendirikan Yayasan Sayap Proyek Indonesia bukan tanpa alasan. berkaca dari tempat tinggalnya di Bukit Lawang, Kabupaten Langkat yang sudah menjadi objek wisata yang terkenal hingga ke mancanegara, namun masih bergelut dengan masalah kebersihan lingkungan dan sampah yang bertebaran dimana-mana. 

Hal ini tentu saja menjadi buntut dari kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dan pemerintah setempat terkait pengelolaan sampah.

Oleh karena itu, Namira bersama para pemuda asli daerah bukit lawang bersama dan saling membahu untuk membangun lingkungan sekitar yang lebih bersih dan bebas sampah.

“Ini adalah bentuk terima kasih kami kepada alam. Bumi telah berperan besar dalam memberikan kehidupan kepada kita. Apa yang kami rasakan hari ini seperti udara yang bersih dan pemandangan yang asri, harus kami jaga untuk anak cucu kita di kemudian hari,” ujar Namira memberi alasan.

Dalam mencapai tujuannya, Namira melakukan berbagai kegiatan seperti sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai bank sampah, waste management (pengelolaan sampah), pembuatan ecobrick sebagai alternatif bahan bangunan ramah lingkungan yang terbuat dari daur ulang botol plastik, dan masih banyak lagi.

Namira juga melakukan aksi nyata seperti mengutip sampah dan membagikan tong sampah ke rumah-rumah masyarakat sekitar, melakukan aksi bersih di beberapa daerah, melakukan kegiatan daur ulang, dan juga gerakan menanam 1 juta pohon yang sedang berlangsung.  

Pastinya semua tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan.

Dalam menjalankan proyek ataupun organisasi ini, Namira juga menemukan banyak tantangan. Perempuan yang juga merupakan seorang duta UMKM kabupaten Langkat 2023 ini bercerita bahwa masih banyak masyarakat yang enggan untuk ikut andil dalam menjaga lingkungannya sendiri. 

"Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa kebersihan lingkungan itu bukanlah tanggung jawabnya," tutur Namira.

Namun hal itu tidak mematahkan semangat Namira untuk terus konsisten dalam mencapai tujuannya. Manfaat yang dirasakan dengan adanya serangkaian kegiatan ini menjadi motivasi kepada Namira dan teman-teman dari Yayasan Sayap Proyek Indonesia. 

Salah satu bukti manfaatnya yaitu berhasil terserapnya 30 ton sampah plastik ke bangunan-bangunan pada desa daur ulang yang nantinya dapat digunakan anak-anak untuk belajar mengenai lingkungan maupun bahasa Inggris.

Namira berharap bahwa kegiatan-kegiatan yang ia lakukan dapat memberikan pengaruh positif sehingga ke depannya lebih banyak orang, terutama pemuda yang melakukan gerakan menjaga lingkungan seperti menanam pohon, kegiatan aksi bersih, dan sejenisnya.

Sebagai pesan, Namira berharap kepada para pemuda untuk bergerak bersama dan berani menyuarakan hal-hal kecil sekalipun. Ia yakin bahwa untuk menjadi besar, semuanya harus dimulai dari hal-hal yang kecil. 

"Jadi, kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?,' pungkasnya.


 

Pewarta: Rel

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023