Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga menginisiasi replikasi model bisnis pengembangan klaster pangan dengan penerapan budidaya organik dari decomposer MA-11.
Replikasi model bisnis tersebut dilakukan BI Sibolga pada demonstration plot (Demplot) cabai merah seluas 1 hektar yang dikelola Poktan Hasara Dodo, Desa somi, Kecamatn Gido, Kabupaten Nias, Sabtu (13/5).
Program ini bertujuan mendukung pengembangan ekonomi daerah melalui peningkatan kinerja UMKM yang tergabung dalam klaster, meliputi proses usaha tani dari hulu sampai hilir antara lain dari aspek budidaya, pengolahan pasca panen, hingga pemasaran produk.
"Kegiatan ini mengimplementasikan budidaya pertanian organik menggunakan MA-11 yang menghemat biaya pemupukan serta meningkatan produktivitas, serta potensi implementasi KAD antar Kabupaten Nias dan Kota IHK Gunungsitoli,” kata Kepala Unit Data Statistik dan Kehumasan
Muhammad Fajar Andrianto mewakili Kepala Perwakilan BI Sibolga Yuliansyah Andrias.
Masih Katanya, implementasi budidaya pertanian cabai merah organik menggunakan MA-11, diharapkan menjadi role model bagi kelompok tani lainnya yang ada di Kabupaten Nias, sehingga produktivitas cabai merah di Nias semakin meningkat sehingga dapat memperkuat penyediaan pasokan komoditas.
“Setelah implementasi demplot cabai merah di Poktan Hasaradodo, selanjutnya akan dilakkukan penguatan kelembagaan, sehingga mindset anggota Poktan tidak hanya bertani, melainkan mampu memiliki aspek kewirausahaan meningkatkan kesejahteraan petani ke depan,” ucapnya.
Menurutnya, kegiatan ini menjadi simbol dukungan BI Sibolga menahan laju inflasi, serta meningkatkan ketahanan pangan di Nias. Sekaligus memperkuat sinergi menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan untuk mendukung daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional.
"Sejak 2006, Bank Indonesia telah melaksanakan program klaster UMKM produsen komoditas unggulan daerah, maupun komoditas ekspor, bekerja sama dengan pemerintah daerah maupun dinas terkait lainnya," ujarnya.
Kemudian sejak 2014, pengembangan klaster lebih difokuskan pada komoditas yang mendukung ketahanan pangan, komoditas berorientasi ekspor, dan komoditas sumber tekanan inflasi volatile food,” katanya.
Sebagaimana tindaklanjut arahan Presiden dakam Rakornas Pengendalian Inflasi 2022, serta sinergi High Level Rakorpusda dan GNPIP 2022, BI Sibolga bersama TPID aktif bersinergi melakukan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Program GNPIP 2023, memiliki 7 (tujuh) program unggulan, di antaranya dukungan memperkuat ketahanan komoditas hortikultura dan pangan strategis lainnya melalui Implementasi Best Practices Pengembangan Klaster Pangan dari hulu ke hilir.
“Implementasi dimaksud diharapkan menghasilkan stabilitas harga dan ketahanan pangan untuk mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi,” ungkap.
Dijelaskan, GNPIP menjadi langkah komitmen bersama untuk mengoptimalkan pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
Replikasi model bisnis tersebut dilakukan BI Sibolga pada demonstration plot (Demplot) cabai merah seluas 1 hektar yang dikelola Poktan Hasara Dodo, Desa somi, Kecamatn Gido, Kabupaten Nias, Sabtu (13/5).
Program ini bertujuan mendukung pengembangan ekonomi daerah melalui peningkatan kinerja UMKM yang tergabung dalam klaster, meliputi proses usaha tani dari hulu sampai hilir antara lain dari aspek budidaya, pengolahan pasca panen, hingga pemasaran produk.
"Kegiatan ini mengimplementasikan budidaya pertanian organik menggunakan MA-11 yang menghemat biaya pemupukan serta meningkatan produktivitas, serta potensi implementasi KAD antar Kabupaten Nias dan Kota IHK Gunungsitoli,” kata Kepala Unit Data Statistik dan Kehumasan
Muhammad Fajar Andrianto mewakili Kepala Perwakilan BI Sibolga Yuliansyah Andrias.
Masih Katanya, implementasi budidaya pertanian cabai merah organik menggunakan MA-11, diharapkan menjadi role model bagi kelompok tani lainnya yang ada di Kabupaten Nias, sehingga produktivitas cabai merah di Nias semakin meningkat sehingga dapat memperkuat penyediaan pasokan komoditas.
“Setelah implementasi demplot cabai merah di Poktan Hasaradodo, selanjutnya akan dilakkukan penguatan kelembagaan, sehingga mindset anggota Poktan tidak hanya bertani, melainkan mampu memiliki aspek kewirausahaan meningkatkan kesejahteraan petani ke depan,” ucapnya.
Menurutnya, kegiatan ini menjadi simbol dukungan BI Sibolga menahan laju inflasi, serta meningkatkan ketahanan pangan di Nias. Sekaligus memperkuat sinergi menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan untuk mendukung daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional.
"Sejak 2006, Bank Indonesia telah melaksanakan program klaster UMKM produsen komoditas unggulan daerah, maupun komoditas ekspor, bekerja sama dengan pemerintah daerah maupun dinas terkait lainnya," ujarnya.
Kemudian sejak 2014, pengembangan klaster lebih difokuskan pada komoditas yang mendukung ketahanan pangan, komoditas berorientasi ekspor, dan komoditas sumber tekanan inflasi volatile food,” katanya.
Sebagaimana tindaklanjut arahan Presiden dakam Rakornas Pengendalian Inflasi 2022, serta sinergi High Level Rakorpusda dan GNPIP 2022, BI Sibolga bersama TPID aktif bersinergi melakukan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Program GNPIP 2023, memiliki 7 (tujuh) program unggulan, di antaranya dukungan memperkuat ketahanan komoditas hortikultura dan pangan strategis lainnya melalui Implementasi Best Practices Pengembangan Klaster Pangan dari hulu ke hilir.
“Implementasi dimaksud diharapkan menghasilkan stabilitas harga dan ketahanan pangan untuk mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi,” ungkap.
Dijelaskan, GNPIP menjadi langkah komitmen bersama untuk mengoptimalkan pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023