Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin memprediksi inflasi di Sumatera Utara pada April 2023 tidak akan sampai 0,2 persen secara bulan ke bulan (month to month), meski di bulan itu masyarakat merayakan Lebaran.

"Melihat kondisi yang ada sekarang, bila dibandingkan bulan Maret dan April 2023, maka inflasinya bisa saja tidak bergerak jauh dari angka nol. Saya tidak begitu yakin inflasi mencapai 0,2 persen," ujar Gunawan kepada ANTARA di Medan, Selasa.

Dia memprediksi, deflasi yang terjadi beruntun pada Februari dan Maret 2023, yakni sama-sama 0,31 persen "month to month", membuat Sumut sulit mengalami inflasi lebih 0,2 persen pada April 2023.

Hal itu, kata Gunawan, karena sudah ada indikasi pelemahan daya beli masyarakat yang membuat harga beberapa komoditas menurun.

Baca juga: Pengamat ingatkan Pemprov Sumut tak terbuai oleh deflasi Maret 2023

Akan tetapi, menurut dia, situasi tersebut berpotensi berubah dua minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri.

"Yang menjadi kunci adalah dua minggu sebelum Lebaran karena biasanya di sana ada peningkatan konsumsi masyarakat yang membuat kue kering, mengadakan kegiatan amal dan buka bersama," kata Gunawan.

Selain kemungkinan peningkatan konsumsi mendekati Lebaran, dia melanjutkan, faktor lain yang dapat membuat inflasi di Sumut adalah tingginya harga beras.

Hal tersebut menyusul kebijakan Pemerintah Indonesia yang menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) atas gabah kering panen (GKP) di tingkat petani dari Rp4.200 menjadi Rp5.000 per kilogram pada 15 Maret 2023.

Pemerintah pun menetapkan harga gabah kering panen (GKP) per kilogram di tingkat penggilingan Rp5.100, gabah kering giling (GKG) di penggilingan Rp6.200, gabah kering giling (GKG) di gudang Perum Bulog Rp6.300.

Kemudian, disahkan pula HPP beras di gudang Perum Bulog berkadar air maksimal 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, butir menir maksimal dua persen seharga Rp9.950 per kilogram.

"Jadi wajar kalau harga beras naik," kata Gunawan.

Meski demikian, dia mengingatkan bahwa inflasi Sumut pada April 2023 usai dua bulan beruntun deflasi bukanlah kabar baik untuk pemulihan daya beli apalagi jika hanya menyentuh 0,2 persen.

"Kalau inflasi mayoritas dipengaruhi harga beras, berarti kita tidak dapat menyimpulkan ada pemulihan daya beli. Kita harus melihat harga pangan dan kebutuhan lain sepanjang April 2023 yang terdampak perayaan Lebaran. Seharusnya itu mendorong pengeluaran lebih banyak dari masyarakat. Artinya, andai inflasi lebih rendah dari 0,2 persen, maka itu dipertanyakan," ujar Gunawan.

Pewarta: Michael Siahaan

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023