Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin mengingatkan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara agar tidak terbuai dengan deflasi yang terjadi pada Maret 2023 sebesar 0,31 persen secara bulan ke bulan (month to month).
"Saya khawatir, begitu melihat tren harga turun, pemerintah puas dan terbuai sehingga tidak melakukan apapun. Padahal, pendapatan masyarakat secara struktural mengalami penurunan," ujar Gunawan kepada ANTARA di Medan, Selasa.
Menurut dia, deflasi di Sumut yang terjadi dua bulan berturut-turut yakni Februari dan Maret 2023, yang sama-sama 0,31 persen dari bulan ke bulan, idealnya tidak sekadar dilihat sebagai keberhasilan pengendalian inflasi.
Sebab, dari pandangannya, deflasi justru memperlihatkan tanda-tanda akumulasi pelemahan daya beli masyarakat yang sudah terjadi sejak masa pandemi COVID-19.
Baca juga: Pengamat prediksi inflasi Sumut pada April 2023 tak sampai 0,2 persen
Dampaknya, konsumsi masyarakat mengalami penurunan dan memicu semakin rendahnya harga beberapa komoditas pangan seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan telur ayam. Permintaan daging ayam pun berkurang.
"Bahkan, sampai hari ini, berdasarkan survei saya, banyak masyarakat yang menyatakan bahwa mereka tidak miliki persiapan khusus untuk Lebaran nanti seperti membuat kue kering atau membeli pakaian baru," tutur Gunawan.
Gunawan menyarankan, pemprov harus segera melakukan pendalaman secara serius terkait deflasi Sumut pada Februari dan Maret 2023.
Sebab, dia merasa deflasi khususnya pada Maret 2023 tidak wajar lantaran mulai tanggal 23 Maret 2023 masyarakat Indonesia memasuki bulan puasa.
"Sebenarnya di tengah Ramadhan seharusnya ada lonjakan konsumsi. Namun tiba-tiba ada deflasi yang lumayan besar yakni 0,31 persen. Misalnya saja, survei saya memperlihatkan ada pedagang kaki lima musiman yang berjualan karena di-PHK atau dirumahkan. Jadi banyak hal yang harus ditelusuri terkait deflasi ini," kata Gunawan.
Untuk itu, Gunawan Benjamin meminta kepada Pemprov Sumut untuk membuat kebijakan yang membantu menaikkan konsumsi masyarakat misalnya dengan memberikan bantuan bahan pokok, melakukan mitigasi terhadap kemungkinan penurunan harga komoditas dan mendekati pelaku usaha secara intensif agar tidak mem-PHK karyawannya.
Pada Senin (3/4), Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara menyatakan bahwa Sumut mengalami deflasi 0,31 persen pada Maret 2023 secara bulan ke bulan (month to month), atau sama dengan Februari 2023 yang juga mencatatkan deflasi bulan ke bulan 0,31 persen.
BPS mencatat, deflasi Sumut para Maret 2023 dominan dipengaruhi oleh komoditas makanan, minuman dan tembakau (-0,39 persen).
Selain itu ada pula cabai merah (-0,10 persen), telur ayam ras (0,04 persen), cabai rawit (-0,03 persen), minyak goreng (-0,03 persen) dan bawang merah (-0,03 persen).
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
"Saya khawatir, begitu melihat tren harga turun, pemerintah puas dan terbuai sehingga tidak melakukan apapun. Padahal, pendapatan masyarakat secara struktural mengalami penurunan," ujar Gunawan kepada ANTARA di Medan, Selasa.
Menurut dia, deflasi di Sumut yang terjadi dua bulan berturut-turut yakni Februari dan Maret 2023, yang sama-sama 0,31 persen dari bulan ke bulan, idealnya tidak sekadar dilihat sebagai keberhasilan pengendalian inflasi.
Sebab, dari pandangannya, deflasi justru memperlihatkan tanda-tanda akumulasi pelemahan daya beli masyarakat yang sudah terjadi sejak masa pandemi COVID-19.
Baca juga: Pengamat prediksi inflasi Sumut pada April 2023 tak sampai 0,2 persen
Dampaknya, konsumsi masyarakat mengalami penurunan dan memicu semakin rendahnya harga beberapa komoditas pangan seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan telur ayam. Permintaan daging ayam pun berkurang.
"Bahkan, sampai hari ini, berdasarkan survei saya, banyak masyarakat yang menyatakan bahwa mereka tidak miliki persiapan khusus untuk Lebaran nanti seperti membuat kue kering atau membeli pakaian baru," tutur Gunawan.
Gunawan menyarankan, pemprov harus segera melakukan pendalaman secara serius terkait deflasi Sumut pada Februari dan Maret 2023.
Sebab, dia merasa deflasi khususnya pada Maret 2023 tidak wajar lantaran mulai tanggal 23 Maret 2023 masyarakat Indonesia memasuki bulan puasa.
"Sebenarnya di tengah Ramadhan seharusnya ada lonjakan konsumsi. Namun tiba-tiba ada deflasi yang lumayan besar yakni 0,31 persen. Misalnya saja, survei saya memperlihatkan ada pedagang kaki lima musiman yang berjualan karena di-PHK atau dirumahkan. Jadi banyak hal yang harus ditelusuri terkait deflasi ini," kata Gunawan.
Untuk itu, Gunawan Benjamin meminta kepada Pemprov Sumut untuk membuat kebijakan yang membantu menaikkan konsumsi masyarakat misalnya dengan memberikan bantuan bahan pokok, melakukan mitigasi terhadap kemungkinan penurunan harga komoditas dan mendekati pelaku usaha secara intensif agar tidak mem-PHK karyawannya.
Pada Senin (3/4), Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara menyatakan bahwa Sumut mengalami deflasi 0,31 persen pada Maret 2023 secara bulan ke bulan (month to month), atau sama dengan Februari 2023 yang juga mencatatkan deflasi bulan ke bulan 0,31 persen.
BPS mencatat, deflasi Sumut para Maret 2023 dominan dipengaruhi oleh komoditas makanan, minuman dan tembakau (-0,39 persen).
Selain itu ada pula cabai merah (-0,10 persen), telur ayam ras (0,04 persen), cabai rawit (-0,03 persen), minyak goreng (-0,03 persen) dan bawang merah (-0,03 persen).
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023