Riuh suara mesin kapal boat mengarungi hutan basah, di Desa Aek Garut, Kecamatan Pandan,Kabupaten Tapanuli Tengah. Jelas terdengan di telinga nelayan tradisional.
Hutan basah seluas 10.000 hektar, dikelilingi pepohonan mangrove yang dapat memanjakan mata hidup berdampingan dengan spesies tumbuhan dan hewan lainnya, disana la sejumlah nelayan tradisional menggantungkan harapan hidupnya dengan alam.
Nelayan tradisional disana terlihat tersenyum dengan indah saat PT Agincourt Resources Tambang Emas Martabe, bersama dengan Pemerintah Tapanuli Tengah dan sejumlah tamu undangan mengarungi hutan basa dengan membawa puluhan ribu bibit kerang untuk ditabur di hutan mangrove yang dikelilingi dua desa dan dua kelurahan.
Sambil memperlihat hasil pancingan ikan segar. Pria diatas perahu itu, dengan ramahnya menyapa rombongan PTAR dari atas perahu kayu.
Ika hasil pancingan yang diperlihatkan nelayan itu, seolah menaruh harapan agar kelestarian alam tetap terjaga.
Saat ditemui di pinggiran huta basa milik Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, Rabu (08/02) sore. Pria 45 tahun itu mengatakan, Alhamdulillah sore ini lumayan ada ikannya, walaupun hasilnya tidak sebanding lagi dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Ya ini lah hasil pancingan satu hari ini dek. Walaupun sedikit Alhamdulilah bisa untuk menutupi perut satu jengkal," ujar nelaya bermarga Tanjung
Ia juga mengakui, aksi tanam mangrove yang dilaksanakan oleh PT Agincourt Resources Tambang Emas Martabe, merupakan langkah yang sangat baik untuk melestarikan lingkungan dan habitat mahluk hidup di huta mangrove tetap terjaga.
"Kemarin memang saya lihat ada tulisan spanduk yang bertuliskan. Aksi tanam mangrove Dari Hati Untuk Bumi, dengan menanam bibi mangrove 30.000 dan penaburan 20.000 bibi kerang oleh PTAR. Kami tentu sangat mengucapkan terimakasih atas kepedulian PTAR terhadap kelestarian hutan mangrove ini," kata Tanjung
Dengan adanya perhatian dari PTAR. Lanjutnya, ekosistem dan kelestarian di huta mangrove nantinya akan tetapi terjaga, sehingga anak dan cucu kita nanti yang akan menikmati kekayaan alam ini. Mengingat usia bumi yang semakin tua.
"Kalau tidak kita yang melestarikan alam ini siapa lagi. saya sangat berharap agar kegiatan itu dapat dilakukan setiap tahunnya. Mari kita mulai dari diri sendiri untuk memberikan contoh kepada generasi muda, mencinta alam sekitar dan melestarikan lingkungan sama halnya dengan menyelamankan diri kita sendiri," ucpanya.
Terpisah, salah seorang warga bermarga Halawa Desa Aek Garut, saat ditemui mengharapkan kepada Pemerintah Tapanuli Tengah habitat hutan mangrove tempat berkembang biaknya spesies mahluk hidup kekayaan alamnya tetap terjaga.
"Hutan mangrove yang berada di belakang rumah saya ini salah satu sumber kekayaan alam Tapanuli Tengah yang berpotensi sebagai objek wisata alam. Saya berharap dalam waktu dekat Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dapat menjadikan tempat ini salah satu objek wisata di Tapanuli Tengah," kata Halawa.
Lanjutnya, jika potensi alam ini dimanfatkan seperti didaerah lain yang
sudah mulai dikembangkan untuk memajukan pariwisata Indonesia. Tentu akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Tapteng.
"Kita tidak ingin kelestarian alam ini tercemar oleh ulah yang tidak bertanggung jawab. Dengan adanya perhatian dari PTAR dan Pemerintah Tapteng, tentu saya sangat berharap nantinya tempat ini dapat dijadikan sebagai objek destinasi hutan mangrove," ujarnya.
Lanjutnya, ada lima daerah di Indonesia yang menjadikan kawasan destinasi wisata hutan mangrove menjadi objek wisata yakni, Hutan Mangrove Tarakan, Kalimantan Utara, Pulau Kalimantan, Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta, Hutan Mangrove Karimunjawa, Jawa Tengah dan Hutan Mangrove Kulonprogo, Yogyakarta.
"Semoga nantinya lewat program perkembangan objek wisata oleh Pemerintah desa kami masuk salah satu destinasi huta mangrove di Indonesia. yang tidak kalah keindahan alamnya dengan hutan mangrove lainnya. Pengunjung bisa menyusuri sungai dan hutan bakau, udara yang asri menambah daya Tarik wisata hutan mangrove di Tapanuli Tengah," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
Hutan basah seluas 10.000 hektar, dikelilingi pepohonan mangrove yang dapat memanjakan mata hidup berdampingan dengan spesies tumbuhan dan hewan lainnya, disana la sejumlah nelayan tradisional menggantungkan harapan hidupnya dengan alam.
Nelayan tradisional disana terlihat tersenyum dengan indah saat PT Agincourt Resources Tambang Emas Martabe, bersama dengan Pemerintah Tapanuli Tengah dan sejumlah tamu undangan mengarungi hutan basa dengan membawa puluhan ribu bibit kerang untuk ditabur di hutan mangrove yang dikelilingi dua desa dan dua kelurahan.
Sambil memperlihat hasil pancingan ikan segar. Pria diatas perahu itu, dengan ramahnya menyapa rombongan PTAR dari atas perahu kayu.
Ika hasil pancingan yang diperlihatkan nelayan itu, seolah menaruh harapan agar kelestarian alam tetap terjaga.
Saat ditemui di pinggiran huta basa milik Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, Rabu (08/02) sore. Pria 45 tahun itu mengatakan, Alhamdulillah sore ini lumayan ada ikannya, walaupun hasilnya tidak sebanding lagi dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Ya ini lah hasil pancingan satu hari ini dek. Walaupun sedikit Alhamdulilah bisa untuk menutupi perut satu jengkal," ujar nelaya bermarga Tanjung
Ia juga mengakui, aksi tanam mangrove yang dilaksanakan oleh PT Agincourt Resources Tambang Emas Martabe, merupakan langkah yang sangat baik untuk melestarikan lingkungan dan habitat mahluk hidup di huta mangrove tetap terjaga.
"Kemarin memang saya lihat ada tulisan spanduk yang bertuliskan. Aksi tanam mangrove Dari Hati Untuk Bumi, dengan menanam bibi mangrove 30.000 dan penaburan 20.000 bibi kerang oleh PTAR. Kami tentu sangat mengucapkan terimakasih atas kepedulian PTAR terhadap kelestarian hutan mangrove ini," kata Tanjung
Dengan adanya perhatian dari PTAR. Lanjutnya, ekosistem dan kelestarian di huta mangrove nantinya akan tetapi terjaga, sehingga anak dan cucu kita nanti yang akan menikmati kekayaan alam ini. Mengingat usia bumi yang semakin tua.
"Kalau tidak kita yang melestarikan alam ini siapa lagi. saya sangat berharap agar kegiatan itu dapat dilakukan setiap tahunnya. Mari kita mulai dari diri sendiri untuk memberikan contoh kepada generasi muda, mencinta alam sekitar dan melestarikan lingkungan sama halnya dengan menyelamankan diri kita sendiri," ucpanya.
Terpisah, salah seorang warga bermarga Halawa Desa Aek Garut, saat ditemui mengharapkan kepada Pemerintah Tapanuli Tengah habitat hutan mangrove tempat berkembang biaknya spesies mahluk hidup kekayaan alamnya tetap terjaga.
"Hutan mangrove yang berada di belakang rumah saya ini salah satu sumber kekayaan alam Tapanuli Tengah yang berpotensi sebagai objek wisata alam. Saya berharap dalam waktu dekat Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dapat menjadikan tempat ini salah satu objek wisata di Tapanuli Tengah," kata Halawa.
Lanjutnya, jika potensi alam ini dimanfatkan seperti didaerah lain yang
sudah mulai dikembangkan untuk memajukan pariwisata Indonesia. Tentu akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Tapteng.
"Kita tidak ingin kelestarian alam ini tercemar oleh ulah yang tidak bertanggung jawab. Dengan adanya perhatian dari PTAR dan Pemerintah Tapteng, tentu saya sangat berharap nantinya tempat ini dapat dijadikan sebagai objek destinasi hutan mangrove," ujarnya.
Lanjutnya, ada lima daerah di Indonesia yang menjadikan kawasan destinasi wisata hutan mangrove menjadi objek wisata yakni, Hutan Mangrove Tarakan, Kalimantan Utara, Pulau Kalimantan, Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta, Hutan Mangrove Karimunjawa, Jawa Tengah dan Hutan Mangrove Kulonprogo, Yogyakarta.
"Semoga nantinya lewat program perkembangan objek wisata oleh Pemerintah desa kami masuk salah satu destinasi huta mangrove di Indonesia. yang tidak kalah keindahan alamnya dengan hutan mangrove lainnya. Pengunjung bisa menyusuri sungai dan hutan bakau, udara yang asri menambah daya Tarik wisata hutan mangrove di Tapanuli Tengah," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023