Langkah PT Agincourt Resources (PTAR)/Tambang Emas Martabe menjadikan operasi mata katarak gratis sebagai program rutin setiap tahun ternyata memang sangat tepat.

Mengapa? Pertama, penyakit mata katarak itu pada umumnya tidak bisa dihindari saat usia beranjak tua. 

Bahkan, ancaman penyakit katarak itu, dewasa ini, juga menyerang usia produktif atau di bawah umur 55 tahun. 

Ancaman itu disebabkan banyak faktor seperti sering terpapar matahari secara langsung.

Kondisi itu mengartikan bahwa jumlah masyarakat penderita katarak bisa menunjukkan tren meningkat setiap tahun. 

Berdasarkan hasil Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RABB) tahun 2014 - 2016, prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 3 persen. 

Sementara prevalensi kebutaan akibat katarak di Indonesia sebesar 1,9 persen. 

"Pasien mata katarak memang terlihat meningkat. Apalagi bagi usia yang sudah tua, penyakit mata katarak sulit dihindari," ujar salah seorang dokter yang melakukan operasi mata katarak PT AR di Rumah Sakit Mencirin 77 Medan, dr Marina, SpM.

Penyakit mata katarak itu pun risikonya semakin tinggi, karena kebanyakan masyarakat menggunakan perobatan alternatif yang justru sering membuat penyakit itu semakin berat. 

Dari beberapa cerita pasien, kata dokter itu, mereka menggunakan cairan dari berbagai perasan daunan, seperti sirih. 

Penggunaan obat tanpa konsultasi membuat mata katarak pasien semakin dalam kondisi parah karena acap kali diawali dengan terjadinya iritasi pada mata. 

Dengan langkah PT AR yang menjadikan operasi mata katarak sebagai agenda rutin tahunan, jelasnya, maka akan sangat membantu pemerintah Indonesia, khususnya dalam mengatasi penyakit katarak dan kebutaan.

Operasi mata katarak yang dilakukan PT AR, kata dr Marina, akan membantu mempertahankan produktivitas masyarakat, termasuk mempertahankan kesejahteraan hidup masyarakat dan secara psikologis dapat menolong warga dari depresi. 

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, usia produktif diukur dari rentang umur 15 hingga 64 tahun. Jadi memang kalau penderita mata katarak di bawah umur 64 tahun, jelas akan menghilangkan masa produktifnya. 

Dengan kehilangan produktivitas, maka otomatis kesejahteraan berkurang. Kehilangan produktivitas, kesejahteraan hidup dan bahkan menimbulkan depresi akibat mata katarak itu memang benar. 

Salah seorang pasien mata katarak yang beruntung ikut program operasi gratis oleh PT AR di RS Mencirim 77, Asnimar (62), mengakui hidupnya seperti tidak berguna dengan kebutaannya akibat katarak. 

"Meski sudah 62 tahun, sebenarnya aku masih bisa bekerja atau sibuk membantu di rumah. Tapi dengan buta begini, untuk melakukan semua pekerjaan, rasanya susah," katanya. 

Ibu dari lima anak yang sudah menikah dan dewasa itu mengakui pernah stres berat dan masih sering stres dengan kebutaan akibat katarak. 

"Jadi seperti tidak berarti lagi, karena banyak minta tolong dengan orang lain," ujar Asnimar yang berdomisili di kawasan Marindal Medan. 

Oleh karena rasa tidak enaknya buta itu pulalah, kata dia, dirinya semangat mengikuti operasi mata katarak gratis PT AR, begitu ada informasi dari kerabatnya soal pengobatan tersebut. 

"Ada ketakutan saat memutuskan ikut operasi, tapi aku lebih takut buta sampai akhir hayat. Alhamdulillah, ternyata operasinya sebentar dan tidak terlalu sakit," katanya. 

Dia pun mendoakan agar perusahaan yang membantu operasi itu mendapat pahala dari Allah. 

"Maaflah, tak tau kami, sama siapa langsung berterimakasih. Pastinya aku sangat berterimakasih," katanya ketika ditanya soal perasaannya sesudah dioperasi gratis. 

Pasien lainnya, Atiek (40), juga mengaku sudah kembali punya harapan hidup, meski mata kataraknya masih satu yang dioperasi. 

Mata yang satunya lagi baru bisa dioperasi setelah mata yang dioperasi sebelumnya sudah sembuh. 

Warga Padang Cermin Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara itu dioperasi pada Sabtu, 22 Oktober 2022. Ia mengaku sudah punya beberapa program hidupnya ke depan dengan bisanya kembali matanya melihat. 

"Yang paling utama adalah mencari pekerjaan lagi, setelah menganggur sejak dua mata buta karena katarak," katanya.

Kebutaan, kata Atik yang bekerja sebagai tukang masak di salah satu rumah tahanan di Sumut, bukan hanya membuat dia miskin karena tidak ada pendapatan, tetapi juga membuat dirinya stres karena menjadi tidak berdaya, dimana semuanya sangat tergantung dengan orang lain. 

Bahkan, katanya, menjadi penyakitan karena sering merasakan kepalanya pusing dan luka akibat jatuh karena tidak bisa melihat. 

Operasi mata katarak PTAR sudah sejak 2011
Senior Manager Corporate Communications PTAR, Katarina Siburian Hardono, yang melihat kegiatan operasi mata katarak itu mengungkapkan bahwa operasi pada 2022 tersebut merupakan operasi kedelapan yang digelar perusahaan. 

Sejak dimulai pada 2011 hingga ke tujuh, jumlah yang dioperasi sebanyak 8.118 mata dari 7.131 orang.

"Pada tahun 2022 operasi katarak gratis itu dijadwalkan sebanyak tiga putaran, yakni 22 Oktober, 12 November, dan 23 November 2022," ujarnya. 

Katy, panggilan akrab Katarina Siburian Hardono, membenarkan bahwa operasi mata katarak sudah menjadi agenda rutin yang dilakukan PTAR.

Kebijakan perusahaan yang mengelola Tambang Emas Martabe itu, katanya, dengan alasan terpenting untuk menyalakan kembali semangat hidup.

Kemudian untuk membangkitkan kemandirian warga yang dipastikan hilang ketika terjadi gangguan pada mata yang merupakan organ tubuh yang sangat vital perannya. 

"Komitmen PTAR pada kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera itu sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs)," ujarnya. 

 PTAR juga berharap dapat berkontribusi dalam menekan prevalensi kebutaan akibat katarak di Indonesia. 

Katarak di mata, yang membuat buta, memang sudah terbukti tidak sekadar mengganggu penglihatan, tetapi juga mengganggu produktivitas, mengurangi kemandirian dalam hidup dan hilangnya rasa kepercayaan diri manusia. 

"PTAR berkeinginan penderita katarak kembali punya semangat baru untuk kembali produktif, mandiri dan tetap punya semangat hidup serta berarti bagi orang lain," katanya. 

Selain itu, tentunya PTAR juga berharap dapat berkontribusi dalam menekan prevalensi kebutaan akibat katarak di Indonesia.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022