Dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi klinik Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, menyarankan penderita alergi tungau debu menghindari penggunaan beludru misalnya pada sofa karena akan banyak debu menempel di sana.
"Justru yang bikin alergi bukan debunya tetapi tungau debu rumah, kutunya, sangat kecil tidak kelihatan dengan mata biasa harus dengan mikroskop," ujar dia dalam sebuah diskusi secara daring pada Kamis.
Gejala atau reaksi alergi memiliki tingkat keparahan yang bervariasi, mulai dari yang umum sampai yang parah (anafilaksis). Reaksi umum alergi bisa berupa bersin, ruam merah yang menonjol dan gatal; bibir, lidah, mata atau wajah bengkak; sakit perut, merasa sakit, muntah atau diare; kulit kering, merah dan pecah-pecah.
Iris yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) itu juga menyarankan mereka dengan alergi tungau debu tidak menaruh karpet di kamar tidur, memelihara hewan berbulu seperti anjing dan kucing dan mengganti sofa tanpa kain.
Baca juga: Olahraga aerobik cocok untuk cegah serangan jantung
Menurut dia, orang dengan alergi perlu menghindari faktor pencetus demi kualitas hidup lebih baik. Alergi yang tak terkontrol dengan dapat menjadi kronis dan berujung komplikasi. Salah satu dampak buruk alergi yang tak terkontrol yakni anafilaksis atau syok akibat alergi berat terhadap obat dan ini membutuhkan pengobatan khusus.
"Alergi jangan pernah dianggap enteng walaupun orang suka enggak sadar nanti jam 10 ada matahari, pilek hilang. Jangan sampai alergi jadi kronis. Bisa sinusitis bahkan jadi asma nantinya," kata Iris.
Dia menyarankan mereka dengan alergi menyiapkan obat-obatan di rumah dan membawanya kala berpergian. Menurut dia, pemilihan obat yang tepat merupakan hal penting sehingga penderita dapat meredakan gejalanya dengan lebih cepat dan kembali produktif tanpa gangguan. Perawatan alergi mencakup obat seperti antihistamin untuk mengontrol gejala yang ada. Obat ini dapat digunakan saat alergi terjadi dan saat merasa gejala reaksi alergi untuk mencegah reaksi berlebihan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
"Justru yang bikin alergi bukan debunya tetapi tungau debu rumah, kutunya, sangat kecil tidak kelihatan dengan mata biasa harus dengan mikroskop," ujar dia dalam sebuah diskusi secara daring pada Kamis.
Gejala atau reaksi alergi memiliki tingkat keparahan yang bervariasi, mulai dari yang umum sampai yang parah (anafilaksis). Reaksi umum alergi bisa berupa bersin, ruam merah yang menonjol dan gatal; bibir, lidah, mata atau wajah bengkak; sakit perut, merasa sakit, muntah atau diare; kulit kering, merah dan pecah-pecah.
Iris yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) itu juga menyarankan mereka dengan alergi tungau debu tidak menaruh karpet di kamar tidur, memelihara hewan berbulu seperti anjing dan kucing dan mengganti sofa tanpa kain.
Baca juga: Olahraga aerobik cocok untuk cegah serangan jantung
Menurut dia, orang dengan alergi perlu menghindari faktor pencetus demi kualitas hidup lebih baik. Alergi yang tak terkontrol dengan dapat menjadi kronis dan berujung komplikasi. Salah satu dampak buruk alergi yang tak terkontrol yakni anafilaksis atau syok akibat alergi berat terhadap obat dan ini membutuhkan pengobatan khusus.
"Alergi jangan pernah dianggap enteng walaupun orang suka enggak sadar nanti jam 10 ada matahari, pilek hilang. Jangan sampai alergi jadi kronis. Bisa sinusitis bahkan jadi asma nantinya," kata Iris.
Dia menyarankan mereka dengan alergi menyiapkan obat-obatan di rumah dan membawanya kala berpergian. Menurut dia, pemilihan obat yang tepat merupakan hal penting sehingga penderita dapat meredakan gejalanya dengan lebih cepat dan kembali produktif tanpa gangguan. Perawatan alergi mencakup obat seperti antihistamin untuk mengontrol gejala yang ada. Obat ini dapat digunakan saat alergi terjadi dan saat merasa gejala reaksi alergi untuk mencegah reaksi berlebihan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022