Direktur Rumah Sakit Umum Tarutung dr Janri Aoyagie Nababan mengungkapkan, seluruh kemampuan petugas medis rumah sakit seketika digerakkan saat gempa bumi berkekuatan 5,8 magnitudo mengguncang Tapanuli Utara, dini hari tadi.
"Seluruh pasien dan keluarga seketika panik dan histeris saat guncangan pertama gempa bumi menggetarkan gedung rumah sakit," terang dr Janri kepada Antara, Sabtu (1/10).
Dikatakan, pada dini hari tersebut, tercatat sebanyak 101 pasien mengisi ruangan rawat inap RSUD Tarutung.
"Tindakan segera untuk mengungsikan seluruh pasien dari dalam ruangan menuju halaman harus dilakukan untuk menghindari potensi bahaya guncangan gempa," sebutnya.
Seluruh petugas medis langsung bertindak cepat dan mengarahkan seluruh pasien dan keluarga untuk keluar gedung.
"Saat itu, ketenangan adalah kunci. Pertama sekali yang diterapkan adalah bagaimana para pasien terhindar dari potensi bencana lainnya sebagai dampak gempa bumi," jelasnya.
Pasien dan keluarga diarahkan menuju halaman ruangan zaal rawat inap untuk menghindari tertimpa material seketika bangunan roboh.
Halaman luar zaal hingga ruangan isolasi yang dominan masih terbuat dari papan difungsikan untuk menampung seluruh pasien.
"Namun kendala berikutnya kembali muncul dan mengakibatkan petugas kewalahan saat hujan perlahan mengguyur wilayah Tarutung di tengah guncangan gempa bumi yang silih berganti," katanya.
Kondisi cuaca tak bersahabat mengharuskan seluruh petugas harus kembali bertimdak cepat untuk mengarahkan pasien di halaman zaal menuju koridor koridor gedung rumah sakit.
"Hal yang harus disyukuri, secara perlahan guncangan gempa semakin pelan meski terlanjur meninggalkan dampak kerusakan atas sejumlah gedung RSUD Tarutung yang mengalami retak dinding dan lantai, serta plafon yang jatuh," ujarnya.
Sementara, pasien dan keluarganya yang dominan mengalami peningkatan tekanan faktor psikis akibat guncangan gempa hingga pasien pasien yang harus membutuhkan perawatan khusus, segera mendapatkan peneguhan hati dari setiap petugas.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
"Seluruh pasien dan keluarga seketika panik dan histeris saat guncangan pertama gempa bumi menggetarkan gedung rumah sakit," terang dr Janri kepada Antara, Sabtu (1/10).
Dikatakan, pada dini hari tersebut, tercatat sebanyak 101 pasien mengisi ruangan rawat inap RSUD Tarutung.
"Tindakan segera untuk mengungsikan seluruh pasien dari dalam ruangan menuju halaman harus dilakukan untuk menghindari potensi bahaya guncangan gempa," sebutnya.
Seluruh petugas medis langsung bertindak cepat dan mengarahkan seluruh pasien dan keluarga untuk keluar gedung.
"Saat itu, ketenangan adalah kunci. Pertama sekali yang diterapkan adalah bagaimana para pasien terhindar dari potensi bencana lainnya sebagai dampak gempa bumi," jelasnya.
Pasien dan keluarga diarahkan menuju halaman ruangan zaal rawat inap untuk menghindari tertimpa material seketika bangunan roboh.
Halaman luar zaal hingga ruangan isolasi yang dominan masih terbuat dari papan difungsikan untuk menampung seluruh pasien.
"Namun kendala berikutnya kembali muncul dan mengakibatkan petugas kewalahan saat hujan perlahan mengguyur wilayah Tarutung di tengah guncangan gempa bumi yang silih berganti," katanya.
Kondisi cuaca tak bersahabat mengharuskan seluruh petugas harus kembali bertimdak cepat untuk mengarahkan pasien di halaman zaal menuju koridor koridor gedung rumah sakit.
"Hal yang harus disyukuri, secara perlahan guncangan gempa semakin pelan meski terlanjur meninggalkan dampak kerusakan atas sejumlah gedung RSUD Tarutung yang mengalami retak dinding dan lantai, serta plafon yang jatuh," ujarnya.
Sementara, pasien dan keluarganya yang dominan mengalami peningkatan tekanan faktor psikis akibat guncangan gempa hingga pasien pasien yang harus membutuhkan perawatan khusus, segera mendapatkan peneguhan hati dari setiap petugas.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022