Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Muhammad Habib Abiyan Dzakwan mengemukakan bahwa pengembangan vaksin BUMN yang kini sudah memasuki tahap akhir pengujian menunjukkan kemampuan Indonesia menjadi produsen vaksin COVID-19.

"Kami menyambut baik perkembangan terakhir dari vaksin BUMN ini. Sudah saatnya, Indonesia berdiri sejajar dengan negara-negara maju dalam rangka upaya memproduksi vaksin COVID-19 secara mandiri," kata Peneliti Disaster Management Research Unit CSIS itu sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Penerima dosis ketiga vaksin COVID-19 capai 47,4 juta orang

Menurut dia, pengembangan vaksin BUMN bermakna penting bagi upaya membangun kemandirian dalam penyediaan vaksin, yang sangat dibutuhkan mengingat pandemi COVID-19 belum sepenuhnya berakhir dan masih mungkin muncul kembali.

Dengan jumlah penduduk yang banyak, Abiyan mengatakan, Indonesia membutuhkan kemampuan untuk menyediakan vaksin secara mandiri guna meningkatkan kekebalan warganya terhadap COVID-19.

Baca juga: Vaksin BUMN prioritas untuk anak dan 'booster'

Kemampuan untuk memproduksi vaksin COVID-19 secara mandiri, ia melanjutkan, dapat mengurangi beban biaya kesehatan dari impor vaksin.

Selain itu, ia mengatakan, vaksin yang diproduksi secara domestik tentu lebih sesuai dengan karakteristik dari masyarakat Indonesia.

Menurut Abiyan, pengembangan vaksin BUMN mesti dilakukan sesuai dengan kaidah saintifik yang berlaku secara internasional berkoordinasi dengan ahli dan lembaga terkait seperti Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Organisasi Kesehatan Dunia.

Baca juga: Vaksin BUMN sudah masuk fase akhir uji klinis

 

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022