Presiden Polandia Andrzej Duda mengatakan pembicaraan telepon pemimpin Prancis dan Jerman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin seperti upaya untuk menenangkan Adolf Hitler dalam Perang Dunia Kedua, menurut harian terkemuka Jerman, Bild.
Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron masing-masing telah melakukan pembicaraan lewat telepon dengan Putin sejak Rusia melancarkan invasi di Ukraina.
Macron sempat memicu kemarahan Ukraina dengan pernyataannya bahwa Rusia jangan "dipermalukan" untuk menjaga peluang tercapainya solusi diplomatik.
Baca juga: Rusia naikkan ekspor minyak dari pelabuhan Timur
Dalam wawancara yang disiarkan lewat akun Bild di YouTube pada Rabu, Duda mengatakan diskusi semacam itu hanya melegitimasi perang tak berdasar di Ukraina.
"Apakah ada yang berbicara seperti ini dengan Adolf Hitler selama Perang Dunia Kedua?" kata Duda.
"Pernahkah seseorang mengatakan bahwa Adolf Hitler harus menyelamatkan muka? Bahwa kita harus bertindak sedemikian rupa agar tidak mempermalukan Adolf Hitler? Saya belum pernah mendengar hal seperti itu."
Konflik di Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" untuk menumpas ancaman keamanan, telah menghancurkan kota-kota, menewaskan ribuan warga sipil dan mengusir lebih dari tujuh juta orang dari negara itu.
Ukraina dan sekutunya di Barat mengatakan Rusia memicu perang tak berdasar untuk menguasai wilayah.
Dalam pembicaraan bersama dengan Putin pada 28 Mei, Scholz dan Macron meminta presiden Rusia itu untuk membebaskan 2.500 pejuang Ukraina yang ditangkap di pabrik baja Azovstal di Mariupol.
Mereka juga mendesak Putin untuk berbicara langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, menurut kantor kepresidenan Prancis.
Italia dan Hongaria telah mendesak Uni Eropa (EU) untuk secara terang-terangan menyerukan gencatan senjata di Ukraina dan pembicaraan damai dengan Rusia.
Langkah kedua negara itu kontras dengan negara anggota EU lainnya yang bersikap keras terhadap Moskow.
Bulan lalu, Zelenskyy menentang saran dari sejumlah negara Barat agar Kiev menyerahkan teritorinya dan membuat konsesi untuk mengakhiri perang.
Dia menyebut saran itu mirip dengan upaya memenuhi tuntutan Nazi Jerman pada 1938 jelang meletusnya Perang Dunia Kedua.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron masing-masing telah melakukan pembicaraan lewat telepon dengan Putin sejak Rusia melancarkan invasi di Ukraina.
Macron sempat memicu kemarahan Ukraina dengan pernyataannya bahwa Rusia jangan "dipermalukan" untuk menjaga peluang tercapainya solusi diplomatik.
Baca juga: Rusia naikkan ekspor minyak dari pelabuhan Timur
Dalam wawancara yang disiarkan lewat akun Bild di YouTube pada Rabu, Duda mengatakan diskusi semacam itu hanya melegitimasi perang tak berdasar di Ukraina.
"Apakah ada yang berbicara seperti ini dengan Adolf Hitler selama Perang Dunia Kedua?" kata Duda.
"Pernahkah seseorang mengatakan bahwa Adolf Hitler harus menyelamatkan muka? Bahwa kita harus bertindak sedemikian rupa agar tidak mempermalukan Adolf Hitler? Saya belum pernah mendengar hal seperti itu."
Konflik di Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" untuk menumpas ancaman keamanan, telah menghancurkan kota-kota, menewaskan ribuan warga sipil dan mengusir lebih dari tujuh juta orang dari negara itu.
Ukraina dan sekutunya di Barat mengatakan Rusia memicu perang tak berdasar untuk menguasai wilayah.
Dalam pembicaraan bersama dengan Putin pada 28 Mei, Scholz dan Macron meminta presiden Rusia itu untuk membebaskan 2.500 pejuang Ukraina yang ditangkap di pabrik baja Azovstal di Mariupol.
Mereka juga mendesak Putin untuk berbicara langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, menurut kantor kepresidenan Prancis.
Italia dan Hongaria telah mendesak Uni Eropa (EU) untuk secara terang-terangan menyerukan gencatan senjata di Ukraina dan pembicaraan damai dengan Rusia.
Langkah kedua negara itu kontras dengan negara anggota EU lainnya yang bersikap keras terhadap Moskow.
Bulan lalu, Zelenskyy menentang saran dari sejumlah negara Barat agar Kiev menyerahkan teritorinya dan membuat konsesi untuk mengakhiri perang.
Dia menyebut saran itu mirip dengan upaya memenuhi tuntutan Nazi Jerman pada 1938 jelang meletusnya Perang Dunia Kedua.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022