Sekretaris Komisi B DPRD Provinsi Sumatera Utara Ahmad Hadian mengungkapkan sejumlah persoalan yang memicu kenaikan harga pupuk. Di mana, salah satu penyebab mahalnya harga pupuk adalah kurangnya pasokan bahan baku kimia dari luar negeri. Adapula kenaikan harga gas di pasaran juga ikut menjadi pemicu.
"Ini membuat harga pupuk menjadi sangat mahal," katanya usai melakukan kunjungan ke UPT Balai Induk Benih Padi Tanjung Morawa bersama Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Sumut Bahruddin Siregar, Senin (17/1).
Baca juga: Kemendikbudristek siapkan kurikulum prototipe untuk kurangi kesenjangan
Ahmad Hadian mengatakan harga pupuk di awal tahun ini sudah sangat tidak wajar, kondisi itu sangat memberatkan petani. Dia pun mencontohkan harga pupuk urea yang saat ini mencapai Rp500.000/sak. Padahal, saat normal harganya berkisar Rp285.000/sak.
Maka dari itu, Ahmad Hadian mendesak agar Dinas Tanaman Pangan Holtikultura Sumut mengambil langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap bahan baku pupuk kimia dari luar negeri.
"Bisa ditempuh dengan kebijakan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk secara bertahap mengalihkan penggunaan pupuk kimia anorganik kepada pupuk organik," ungkapnya.
Dia juga meminta Dinas Tanaman Pangan agar lebih mengkonsentrasikan anggarannya untuk bantuan alat-alat pembuatan pupuk organik, pelatihan pembuatan pupuk organik dan meningkatkan penyuluhan tentang pengolahan lahan pra tanam agar petani mampu mengaplikasikan sistem organik ini pada proses budi daya.
"Penggunaan pupuk organik selain akan melepaskan ketergantungan Indonesia terhadap pupuk kimia yang bahan bakunya harus impor dari luar negeri, dan juga akan menjadikan rakyat Indonesia lebih sehat karena mengkonsumsi hasil pertanian organik," bilangnya.
Hadian juga secara khusus meminta Kepala UPT Balai Induk Benih Padi Tanjung Morawa agar menjadikan Balai ini sebagai lahan percontohan penggunaan pupuk organik. Dengan demikian jika ada contoh nya diharapkan petani akan bersedia mengadopsi teknologi pupuk organik ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
"Ini membuat harga pupuk menjadi sangat mahal," katanya usai melakukan kunjungan ke UPT Balai Induk Benih Padi Tanjung Morawa bersama Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Sumut Bahruddin Siregar, Senin (17/1).
Baca juga: Kemendikbudristek siapkan kurikulum prototipe untuk kurangi kesenjangan
Ahmad Hadian mengatakan harga pupuk di awal tahun ini sudah sangat tidak wajar, kondisi itu sangat memberatkan petani. Dia pun mencontohkan harga pupuk urea yang saat ini mencapai Rp500.000/sak. Padahal, saat normal harganya berkisar Rp285.000/sak.
Maka dari itu, Ahmad Hadian mendesak agar Dinas Tanaman Pangan Holtikultura Sumut mengambil langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap bahan baku pupuk kimia dari luar negeri.
"Bisa ditempuh dengan kebijakan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk secara bertahap mengalihkan penggunaan pupuk kimia anorganik kepada pupuk organik," ungkapnya.
Dia juga meminta Dinas Tanaman Pangan agar lebih mengkonsentrasikan anggarannya untuk bantuan alat-alat pembuatan pupuk organik, pelatihan pembuatan pupuk organik dan meningkatkan penyuluhan tentang pengolahan lahan pra tanam agar petani mampu mengaplikasikan sistem organik ini pada proses budi daya.
"Penggunaan pupuk organik selain akan melepaskan ketergantungan Indonesia terhadap pupuk kimia yang bahan bakunya harus impor dari luar negeri, dan juga akan menjadikan rakyat Indonesia lebih sehat karena mengkonsumsi hasil pertanian organik," bilangnya.
Hadian juga secara khusus meminta Kepala UPT Balai Induk Benih Padi Tanjung Morawa agar menjadikan Balai ini sebagai lahan percontohan penggunaan pupuk organik. Dengan demikian jika ada contoh nya diharapkan petani akan bersedia mengadopsi teknologi pupuk organik ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022