Sebagaimana hasil penelitian dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud Ristek yang bekerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara, disebutkan pembibitan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan berasal dari Barus pada abad ke-16, siap untuk dikembangkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kesiapan itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Tengah, Boy Rahman Hasibuan S.IP, MAP, usai acara peresmian Papan Cerita (Storynomics) Hamzah Fansuri Sastrawan Barus Pada Masa Pembibitan Bahasa Persatuan Indonesia, yang dilangsungkan kemarin di kawasan Jembatan Fansuri Barus oleh Bupati Tapanuli Tengah, Bakhtiar Ahmad Sibarani.

Menurut Boy, pihaknya akan menyampaikan hasil penelitian itu kepada guru-guru di Tapteng, khususnya guru Bahasa Indonesia untuk mengajarkan hal itu kepada para siswa.

Baca juga: Di HUT PGRI ke-76 Bupati Tapteng bagikan 400 paket sembako dan bantuan rehap rumah untuk guru honorer

“Kita sangat bangga dan berterima kasih kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud Ristek dan Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara yang sudah menjelaskan hasil temuanya terkait keberadaan cikal bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang berasal dari Barus, " katanya. 

"Dan hasil penelitian ini menjadi bukti sejarah yang wajib kami ajarkan atau turunkan kepada anak-anak kita. Untuk itulah kami dari Dinas Pendidikan menyambut baik dan siap melaksanakan harapan dari Bapak Bupati Tapanui Tegah untuk melahirkan sastrawan hebat seperti Hamzah Fansuri dari Kabupaten Tapanuli Tengah ini,” ungkapnya.

Sebagaimana disampaikan Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud Ristek, Dr Muhammad Abdul Khak, bahwa Hamzah Fansuri sudah menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa sastra jauh sebelum Melayu dalam arti luas menggunakan bahasa Melayu. Tentu dapat dipahami bahwa bahasa Melayu adalah pangkal dari Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

“Dari titik itulah sebenarnya kami hadir di sini untuk menyampaikan kabar kepada seluruh Bangsa Indonesia, bahwa di sini (Barus) pada abad ke-16, bahasa Melayu itu sudah digunakan yang merupakan cikal bakal Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,” kata Abdul Khak.
 
Senada dengan Abdul, Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara, Dr. Maryanto, M.Hum menambahkan, bahwa sejak tahun 2001 dia bersama tim sudah melakukan penelitian dan kolaborasi dengan berbagai pihak terkait hal tersebut.

Disebutkannya, bahwa Bahasa Indonesia itu bermula dari lima franka, salah satunya ilmu pengetahuan. Dan salah satu tongkat ilmu pengetahuan dalam dunia sastra yang diakui di dunia internasional sebagai kalangan ahli bahasa atau sastra, adalah Fansuri.

“Fansuri merupakan perintis pemula pemodernan bahasa Melayu ketika bahasa Melayu menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Dan kita sekarang terus mengembangkan dan memetik hasilnya menjadi bahasa persatuan Indonesia. Banggalah masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah atas hal ini, dan kiranya lahir generasi-generasi berikutnya (sastrawan) dari Tapanuli Tengah,” harap Maryanto.

 

Pewarta: Jason Gultom

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021