Grup band Slank dan Papua Jungle Chef berkolaborasi mendukung pelestarian hutan tropis di Papua lewat kampanye Defending Paradise yang disuarakan Yayasan EcoNusa.
CEO Yayasan EcoNusa Bustar Maitar dalam “Ngobrol Santai: Hutan Papua dalam Perpektif Seniman” di Ungkea Jungle Resto, Kecamatan Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat, mengatakan berkolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan musisi, menjadi upaya untuk menggaungkan pentingnya menjaga kelestarian hutan hujan tropis di Papua karena “surga” itu mulai terancam.
“Alam menyediakan semua untuk kita. ‘Surga’ di alam Papua mulai terancam dan perlahan akan habis jika kita, yang di Papua dan wilayah lain di Indonesia, tidak turut menjaganya. Itu yang kami ingin suarakan dengan Defending Paradise,” katanya.
Baca juga: Lukman Sardi dan Ruth Marini juga bermain di "Penyalin Cahaya"
Orang yang tinggal di kota justeru harus belajar dari masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, agar tahu cara menjaga hutan dan alam. Melalui makanan dan musik diharapkan dapat menyentuh masyarakat lebih luas untuk menyampaikan pesan penting dari hutan di Tanah Papua, ujar dia.
Slank sebagai salah satu band di Indonesia yang kerap menunjukkan rasa cintanya terhadap bumi lewat lagu-lagunya, berpartisipasi dalam kampanye Defending Paradise.
Vokalis Slank, Akhadi Wira Satriaji atau yang lebih akrab disapa Kaka Slank mengatakan Papua memiliki kekayaan yang luar biasa dari hutan, laut, budaya serta kulinernya.
“Hutan itu harta, itu kekayaan. Standar orang kaya itu ya Papua. Semua punya, hutan punya, laut bagus, keramahtamahan mereka punya, keragaman kuliner juga punya. Kekayaan bisa habis, sekarang tergantung manusianya, mau tidak untuk menjaga dan masih ingin memiliki hutan Papua,” ujar dia.
Upaya perlindungan dan pelestarian hutan Papua juga dilakukan oleh komunitas Papua Jungle Chef yang diketuai oleh Chef Charles Toto, yang sejak 1997 mempraktikkan dan mendampingi masyarakat di banyak kampung di Papua dan Papua Barat untuk mengolah berbagai komoditas pangan yang kaya di hutan menjadi kuliner khas Papua, tanpa merusak ekosistemnya.
Tempat tinggal, udara, makanan, air dan seluruh elemen kehidupan lainnya diberikan oleh alam. Chef Charles Toto mengatakan hutan adalah pasar bagi masyarakat Papua yang dapat ‘belanja’ memenuhi kebutuhan pangan tanpa mengeluarkan uang.
“Kita harus menjaga agar orang di Papua tetap mengkonsumsi apa yang menjadi makanan lokalnya, seperti umbi-umbian. Jangan sampai masyarakat lokal dianggap ‘gaul’ kalau mengkonsumsi makanan dari luar. Ini saatnya orang banyak, orang yang tinggal di kota-kota besar tahu rasa dan makanan lokal,” ujar dia.
Tidak hanya menjelaskan tentang kekayaan pangan yang ada di hutan, Chef Charles Toto juga memasak langsung makanan khas yang terbuat dari sagu dan sayuran yang tumbuh di dalam hutan.
“Apa yang dikonsumsi pada acara hari ini semua bahan baku kita ambil dari dalam hutan sini. Misalnya sayur lilin yang punya protein tinggi sama seperti telur. Ini yang banyak orang tidak tahu tapi masyarakat adat sudah lama jaga ini. Pesan bagi masyarakat muda untuk jaga hutan maka hutan akan jaga kita,” ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021