Harga minyak menguat di perdagangan Asia pada Senin pagi, didorong ke level tertinggi satu minggu dalam kenaikan sesi kedua berturut-turut karena kekhawatiran atas pasokan AS menyusul kerusakan akibat Badai Ida mendukung pasar, bersama dengan ekspektasi permintaan yang lebih tinggi.
Minyak mentah Brent naik 48 sen atau 0,7 persen menjadi diperdagangkan di 73,40 dolar AS per barel, dan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga bertambah 49 sen atau 0,7 persen menjadi 70,21 dolar AS per barel. Kedua kontrak berada di level tertinggi sejak 3 September di awal sesi.
Sekitar tiga perempat dari produksi minyak lepas pantai Teluk AS atau sekitar 1,4 juta barel per hari, masih terhenti sejak akhir Agustus - kira-kira sama dengan apa yang dihasilkan anggota OPEC Nigeria.
"Menambah dukungan, lebih banyak kilang minyak di Louisiana telah kembali beroperasi, meningkatkan permintaan minyak mentah," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Royal Dutch Shell Plc, produsen minyak terbesar di Teluk Meksiko AS, pada Kamis (9/9) membatalkan beberapa kargo ekspor karena kerusakan fasilitas lepas pantai akibat Badai Ida, menandakan hilangnya minyak akan berlanjut selama berminggu-minggu.
Namun, jumlah rig yang beroperasi di Amerika Serikat meningkat dalam minggu terakhir, penyedia jasa energi Baker Hughes mengatakan, mengindikasikan produksi mungkin meningkat dalam beberapa minggu mendatang.
Di luar dampak Ida, perhatian pasar minggu ini akan fokus pada potensi revisi prospek permintaan minyak untuk tahun 2022 dari Organisasi Negara-negara Pengoperasian Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA). OPEC kemungkinan akan merevisi perkiraannya lebih rendah pada Senin, dua orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan.
Para manager uang menaikkan posisi net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam seminggu hingga 7 September, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan pada Jumat (10/9). Kelompok spekulan menaikkan posisi gabungan berjangka dan opsi di New York dan London sebesar 1.035 kontrak menjadi 279.610 kontrak selama periode tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Minyak mentah Brent naik 48 sen atau 0,7 persen menjadi diperdagangkan di 73,40 dolar AS per barel, dan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga bertambah 49 sen atau 0,7 persen menjadi 70,21 dolar AS per barel. Kedua kontrak berada di level tertinggi sejak 3 September di awal sesi.
Sekitar tiga perempat dari produksi minyak lepas pantai Teluk AS atau sekitar 1,4 juta barel per hari, masih terhenti sejak akhir Agustus - kira-kira sama dengan apa yang dihasilkan anggota OPEC Nigeria.
"Menambah dukungan, lebih banyak kilang minyak di Louisiana telah kembali beroperasi, meningkatkan permintaan minyak mentah," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Royal Dutch Shell Plc, produsen minyak terbesar di Teluk Meksiko AS, pada Kamis (9/9) membatalkan beberapa kargo ekspor karena kerusakan fasilitas lepas pantai akibat Badai Ida, menandakan hilangnya minyak akan berlanjut selama berminggu-minggu.
Namun, jumlah rig yang beroperasi di Amerika Serikat meningkat dalam minggu terakhir, penyedia jasa energi Baker Hughes mengatakan, mengindikasikan produksi mungkin meningkat dalam beberapa minggu mendatang.
Di luar dampak Ida, perhatian pasar minggu ini akan fokus pada potensi revisi prospek permintaan minyak untuk tahun 2022 dari Organisasi Negara-negara Pengoperasian Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA). OPEC kemungkinan akan merevisi perkiraannya lebih rendah pada Senin, dua orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan.
Para manager uang menaikkan posisi net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam seminggu hingga 7 September, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan pada Jumat (10/9). Kelompok spekulan menaikkan posisi gabungan berjangka dan opsi di New York dan London sebesar 1.035 kontrak menjadi 279.610 kontrak selama periode tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021