Founder dan Principal Paris De La Mode Fashion, Hesty Maureen pada Webiner Literasi Digital untuk Tapanuli Selatan (23/7) menyampaikan dengan tema “Peran Orang Tua Dalam Memberikan Ajaran Tentang Keamanan Internet Untuk Anak"
Ia mengatakan pintar saat online di media sosial dengan cara, amankan info personal, hindari menemui orang yang baru dikenal di dunia maya, mencegah spam atau junk email atau virus.
Memblokir atau memfilter beberapa jenis fitur, serta selalu komunikasi sama orang tua jika merasa tidak nyaman di internet.
Hesty menjelaskan zaman sekarang banyak remaja yang mencari dan berbagi informasi di media sosial. Namun, tidak sedikit yang salah menangkap informasi dan kurang bijak menggunakan media sosial.
Baca juga: Penting menggunakan bahasa yang baik di dunia digital
Dampak negatif dari media sosial terhadap remaja antara lain, kegelisahan, kurang tidur, cyber bullying atau pelecehan dunia maya, iri hati, dan kurang komunikasi.
Usaha mencegah dampak negatif pada media sosial dan tindakan orang tua meliputi, jauhkan gawai dan perangkat elektronik lainnya milik orang tua saat sedang bersama anak.
Orang tua harus memahami teknologi, dorong anak untuk lebih sering melakukan aktivitas fisik, tetapkan zona bebas teknologi di rumah untuk membatasi waktu layar, serta buat anak memahami efek berbahaya dari waktu layar berlebihan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Pintar saat online di media sosial dengan cara, amankan info personal, hindari menemui orang yang baru dikenal di dunia maya, mencegah spam atau junk email atau virus, memblokir atau memfilter beberapa jenis fitur, serta selalu komunikasi sama orang tua jika merasa tidak nyaman di internet.
Wakil Ketua III STMIK Primakara dan Praktisi TIK, I Gede Putu Krisna Juliharta dalam pemaparannya membahas jejak digital merupakan tapak data yang tertinggal setelah beraktivitas di internet.
Kegiatan jejak digital seperti mengirim email, mengunjungi sebuah website, hingga unggah sesuatu di media sosial sudah cukup untuk meninggalkan jejak digital.
Resiko jejak digital antara lain, akses bebas yang didapatkan orang-orang tidak bertanggung jawab pada data-data pribadi, serangan manipulatif atau phising, serta repitasi professional.
Jika seseorang menemukan informasinya di situs web seperti White Pages, kemungkinan besar data tersebut ada di direktori data lainnya, pertimbangkan untuk membayar layanan seperti Privacy Duck atau DeletMe untuk menjaga data privasi di internet.
Cara agar data digital tetap terjaga antara lain, pilah informasi yang akan disebar yang berdampak baik, tidak menyebarkan informasi sensitif, tidak mudah percaya berita yang tidak masuk akal.
Gunakan password yang sulit agar tidak mudah diretas, tinggalkan jejak digital positif, serta tidak tergesa-gesa dan konsultasi jika menerima informasi yang menyebabkan tidak nyaman atau tidak aman.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Ia mengatakan pintar saat online di media sosial dengan cara, amankan info personal, hindari menemui orang yang baru dikenal di dunia maya, mencegah spam atau junk email atau virus.
Memblokir atau memfilter beberapa jenis fitur, serta selalu komunikasi sama orang tua jika merasa tidak nyaman di internet.
Hesty menjelaskan zaman sekarang banyak remaja yang mencari dan berbagi informasi di media sosial. Namun, tidak sedikit yang salah menangkap informasi dan kurang bijak menggunakan media sosial.
Baca juga: Penting menggunakan bahasa yang baik di dunia digital
Dampak negatif dari media sosial terhadap remaja antara lain, kegelisahan, kurang tidur, cyber bullying atau pelecehan dunia maya, iri hati, dan kurang komunikasi.
Usaha mencegah dampak negatif pada media sosial dan tindakan orang tua meliputi, jauhkan gawai dan perangkat elektronik lainnya milik orang tua saat sedang bersama anak.
Orang tua harus memahami teknologi, dorong anak untuk lebih sering melakukan aktivitas fisik, tetapkan zona bebas teknologi di rumah untuk membatasi waktu layar, serta buat anak memahami efek berbahaya dari waktu layar berlebihan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Pintar saat online di media sosial dengan cara, amankan info personal, hindari menemui orang yang baru dikenal di dunia maya, mencegah spam atau junk email atau virus, memblokir atau memfilter beberapa jenis fitur, serta selalu komunikasi sama orang tua jika merasa tidak nyaman di internet.
Wakil Ketua III STMIK Primakara dan Praktisi TIK, I Gede Putu Krisna Juliharta dalam pemaparannya membahas jejak digital merupakan tapak data yang tertinggal setelah beraktivitas di internet.
Kegiatan jejak digital seperti mengirim email, mengunjungi sebuah website, hingga unggah sesuatu di media sosial sudah cukup untuk meninggalkan jejak digital.
Resiko jejak digital antara lain, akses bebas yang didapatkan orang-orang tidak bertanggung jawab pada data-data pribadi, serangan manipulatif atau phising, serta repitasi professional.
Jika seseorang menemukan informasinya di situs web seperti White Pages, kemungkinan besar data tersebut ada di direktori data lainnya, pertimbangkan untuk membayar layanan seperti Privacy Duck atau DeletMe untuk menjaga data privasi di internet.
Cara agar data digital tetap terjaga antara lain, pilah informasi yang akan disebar yang berdampak baik, tidak menyebarkan informasi sensitif, tidak mudah percaya berita yang tidak masuk akal.
Gunakan password yang sulit agar tidak mudah diretas, tinggalkan jejak digital positif, serta tidak tergesa-gesa dan konsultasi jika menerima informasi yang menyebabkan tidak nyaman atau tidak aman.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021