Dampak pandemi COVID-19 juga sangat dirasakan para pelaku usaha dan petani kopi yang ada di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara.
Salah satu daerah penghasil kopi yang ikut terimbas tersebut adalah para petani dan pelaku kopi yang ada di wilayah Kecamatan Ulu Pungkut.
Untuk saat ini di Kecamatan Ulu Pungkut sendiri terdapat 900 hektar lahan kopi masyarakat yang tersebar dibeberapa desa yang ada di kecamatan itu.
Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Mandailing Jaya, Desa Alahan Kae Kecamatan Ulu Pungkut, Andi Hakim Matondang kepada ANTARA, Jumat (23/7) mengatakan, selain membuat produksi kopi menjadi anjlok, musim pandemi COVID-19 ini juga telah membuat petani mulai meninggalkan lahan mereka.
"Akibat menurunnya harga jual kopi, para petani saat ini sudah mulai malas mengurus lahan mereka. Bahkan, para petani juga saat ini sudah ada yang mulai meninggalkan lahan mereka. Akibatnya produksi menjadi anjlok," katanya.
Andi menyebut, akibat menurunnya permintaan pangsa pasar terhadap kopi Mandailing itu pihaknya hanya mampu membeli produksi petani dalam bentuk gabah basah dikisaran harga Rp. 20.000 hingga Rp. 30.000 per Kilogramnya (Kg).
Angka ini mengalami penurunan sekitar Rp. 5.000 hingga Rp. 7.000 bila dibandingkan dengan sebelum musim pandemi.
Penurunan harga beli kopi ditingkat petani disebabkan oleh menurunnya permintaan pangsa pangsa pasar selama pandemi.
Menurut Andi, penyebab menurunnya permintaan tersebut disebabkan oleh pemberlakuan PPKM oleh pemerintah di beberapa daerah yang merupakan pelanggan kopi dari KSU Mandailing Jaya.
"Pangsa pasar kopi kita kan kedai-kedai, cafe-cafe, namun dibeberapa daerah terkena pemberlakuan PPKM banyak kedai-kedai atau cafe yang tutup, padahal ini merupakan salah satu pangsa pasar kita," sebut Andi.
Dia menyebut, sebelum pandemi KSU Mandailing Jaya masih mengirimkan produk keluar daerah mencapai 900 kg per dua minggunya, namun selama pandemi ini hanya mencapai 300 kg saja.
Selain koperasi, minat perusahaan penggiat kopi diwilayah itu juga mengalami penurunan. Kata Andi sebelum musim pandemi masih banyak perusahaan-perusahaan kopi di wilayah itu yang mau menampung hasil kopi dari para petani.
Namun, saat ini para petani dan hanya menjualnya kepada para pengumpul yang ada di kawasan itu.
Virus COVID-19 ini juga membawa berbagai tantangan bagi setiap lapisan masyarakat, tidak terkecuali para pelaku usaha kopi. Contohnya, warung kopi dan kafe yang ada disekitaran Panyabungan juga terimbas sepinya pengunjung bahkan sampai ada yang tutup karena merosotnya penjualan.
Untuk meningkatkan gairah para petani dan pelaku kopi ini kepada pemerintah diharapkan agar memberikan perhatian apalagi seperti dimusim pandemi seperti sekarang ini.
Para petani kiranya pemerintah dapat memberikan bantuan Saprodi mengingat untuk keberlanjutan produksi kopi yang optimal. Sedangkan untuk pelaku UMKM diharapkan juga bantuan permodalan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Salah satu daerah penghasil kopi yang ikut terimbas tersebut adalah para petani dan pelaku kopi yang ada di wilayah Kecamatan Ulu Pungkut.
Untuk saat ini di Kecamatan Ulu Pungkut sendiri terdapat 900 hektar lahan kopi masyarakat yang tersebar dibeberapa desa yang ada di kecamatan itu.
Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Mandailing Jaya, Desa Alahan Kae Kecamatan Ulu Pungkut, Andi Hakim Matondang kepada ANTARA, Jumat (23/7) mengatakan, selain membuat produksi kopi menjadi anjlok, musim pandemi COVID-19 ini juga telah membuat petani mulai meninggalkan lahan mereka.
"Akibat menurunnya harga jual kopi, para petani saat ini sudah mulai malas mengurus lahan mereka. Bahkan, para petani juga saat ini sudah ada yang mulai meninggalkan lahan mereka. Akibatnya produksi menjadi anjlok," katanya.
Andi menyebut, akibat menurunnya permintaan pangsa pasar terhadap kopi Mandailing itu pihaknya hanya mampu membeli produksi petani dalam bentuk gabah basah dikisaran harga Rp. 20.000 hingga Rp. 30.000 per Kilogramnya (Kg).
Angka ini mengalami penurunan sekitar Rp. 5.000 hingga Rp. 7.000 bila dibandingkan dengan sebelum musim pandemi.
Penurunan harga beli kopi ditingkat petani disebabkan oleh menurunnya permintaan pangsa pangsa pasar selama pandemi.
Menurut Andi, penyebab menurunnya permintaan tersebut disebabkan oleh pemberlakuan PPKM oleh pemerintah di beberapa daerah yang merupakan pelanggan kopi dari KSU Mandailing Jaya.
"Pangsa pasar kopi kita kan kedai-kedai, cafe-cafe, namun dibeberapa daerah terkena pemberlakuan PPKM banyak kedai-kedai atau cafe yang tutup, padahal ini merupakan salah satu pangsa pasar kita," sebut Andi.
Dia menyebut, sebelum pandemi KSU Mandailing Jaya masih mengirimkan produk keluar daerah mencapai 900 kg per dua minggunya, namun selama pandemi ini hanya mencapai 300 kg saja.
Selain koperasi, minat perusahaan penggiat kopi diwilayah itu juga mengalami penurunan. Kata Andi sebelum musim pandemi masih banyak perusahaan-perusahaan kopi di wilayah itu yang mau menampung hasil kopi dari para petani.
Namun, saat ini para petani dan hanya menjualnya kepada para pengumpul yang ada di kawasan itu.
Virus COVID-19 ini juga membawa berbagai tantangan bagi setiap lapisan masyarakat, tidak terkecuali para pelaku usaha kopi. Contohnya, warung kopi dan kafe yang ada disekitaran Panyabungan juga terimbas sepinya pengunjung bahkan sampai ada yang tutup karena merosotnya penjualan.
Untuk meningkatkan gairah para petani dan pelaku kopi ini kepada pemerintah diharapkan agar memberikan perhatian apalagi seperti dimusim pandemi seperti sekarang ini.
Para petani kiranya pemerintah dapat memberikan bantuan Saprodi mengingat untuk keberlanjutan produksi kopi yang optimal. Sedangkan untuk pelaku UMKM diharapkan juga bantuan permodalan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021