Desainer produksi serial Marvel "Loki", Kasra Farahani, mengungkapkan sejumlah referensi dan inspirasi di balik kemegahan dan keunikan estetika visual untuk serial tersebut.
Farahani mengatakan, inspirasi tersebut muncul setelah ia membaca naskah "Loki" bersama sutradara Kate Herron dan produser eksekutif Kevin Wright. Ketiganya memiliki referensi budaya pop yang sama untuk kemudian diadaptasi ke dalam bentuk visual.
"Ketika saya dikirimi materi awal untuk wawancara saya, saya kagum dengan luas dan beragamnya dunia yang sangat menarik di mana cerita itu terjadi. (Lewat naskah), Menjadi jelas dengan sangat cepat bahwa referensi kami sangat sinkron. Kami menarik dari poin budaya populer yang sama dan jenis visual yang sama," kata Farahani dalam wawancara bersama ANTARA, Rabu.
Hal yang paling menantang sekaligus menyenangkan baginya bergulat dengan desain visual "Loki", adalah ketika ia menggarap desain untuk Time Variance Authority (TVA). Deskripsi di naskah membantunya dalam menentukan estetika visual, yang banyak terinspirasi dari "Mad Men" (2007) dan "Blade Runner" (1982).
"TVA, pada dasarnya adalah 'Mad Men' bertemu 'Blade Runner'. Ini berkembang di luar itu untuk memasukkan lebih banyak referensi anakronistik. Di sinilah karya Terry Gilliam menjadi sumber riset yang sangat penting bagi kami. Dia, terutama dalam filmnya 'Brazil' (1985), memiliki kualitas luar biasa dalam menggabungkan unsur-unsur masa depan dan unsur-unsur masa lalu, serta unsur-unsur masa kini yang tidak akurat tetapi entah bagaimana terasa nyata," jelasnya.
Secara visual, Farahani menambahkan TVA juga banyak terinspirasi dari desain bangunan dan arsitektur modern abad pertengahan pascaperang, dan arsitektur institusional modern abad pertengahan.
Berbicara tentang proses awal desain produksi untuk Loki, dia mengatakan naskah menjadi kunci utama untuknya, ditambah dengan kehadiran sang Loki sendiri -- Tom Hiddleston -- yang juga duduk di kursi produser eksekutif -- banyak membantunya dan tim untuk mengenal lebih jauh tentang karakter dan lingkungan sekitarnya.
"Sangat menarik melihat Tom yang sudah 10 tahun memainkan karakter ini, berada bersama kami. Dia seperti seorang 'profesor' untuk Loki. Dia mengenal karakter ini lebih baik dari siapa pun. Tom banyak membantu kami di departemen seni dan desain, memberikan gambaran dan cerita tentang karakternya," kata Farahani.
"Naskahnya juga menawarkan semacam panduan besar, dalam hal apa yang harus dicapai oleh dunia yang berbeda dari sudut pandang cerita, emosi perasaan mereka. Tugas kami kemudian menerjemahkannya ke dalam gambar dan dunia di mana karakter-karakter ini dapat bergerak dan memiliki pengalaman emosional ini," imbuhnya.
Di sisi lain, ini bukan kali pertama Farahani mengerjakan proyek untuk Marvel Cinematic Universe (MCU). Sebelumnya, ia terlibat dalam "Guardians of the Galaxy 2" (2017), "Black Panther" (2018), dan "Captain Marvel" (2019). Saat ditanya apakah mengerjakan serial lebih membatasi ruang kreatifnya, ia mengatakan tidak ada perbedaan signifikan antara mengerjakan proyek serial dan film MCU.
"Serial ini sangat menyenangkan dan unik karena berada di timeline yang berbeda dari film-film MCU yang sudah akrab dengan kita. Banyak cerita yang bisa didalami. Namun, rasanya hampir sama dengan mengerjakan film MCU. Soal ambisi kreatif kami, jadwal, dan proses kreatifnya," kata dia.
Masih bicara soal keseruan di balik mengerjakan proyek Marvel, Farahani juga mengapresiasi studio untuk menggandeng lebih banyak talenta dari berbagai penjuru dunia untuk ikut bergabung di industri kreatif.
"Aku pikir inklusivitas adalah hal yang penting. Aku sendiri adalah orang Iran, dan aku senang melihat kemana kita akan pergi dengan langkah ini. Aku juga ingin memberikan kredit untuk Kate (Herron), karena ia memprioritaskan perbedaan dan inklusivitas dalam proyek ini," ujar Farahani.
"Aku juga sangat bangga melihat banyak etnisitas dan ras yang mulai direpresentasikan. Dalam departemen seni, kami terdiri dari orang-orang yang beragam, dan kami mampu bekerja sama serta menghasilkan kreativitas dalam bentuk seni (audio-visual) seperti ini," pungkasnya.
Sementara itu, "Loki" akan mengakhiri musim pertamanya pekan ini. "Loki" dapat disaksikan di layanan streaming Disney+ Hotstar.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Farahani mengatakan, inspirasi tersebut muncul setelah ia membaca naskah "Loki" bersama sutradara Kate Herron dan produser eksekutif Kevin Wright. Ketiganya memiliki referensi budaya pop yang sama untuk kemudian diadaptasi ke dalam bentuk visual.
"Ketika saya dikirimi materi awal untuk wawancara saya, saya kagum dengan luas dan beragamnya dunia yang sangat menarik di mana cerita itu terjadi. (Lewat naskah), Menjadi jelas dengan sangat cepat bahwa referensi kami sangat sinkron. Kami menarik dari poin budaya populer yang sama dan jenis visual yang sama," kata Farahani dalam wawancara bersama ANTARA, Rabu.
Hal yang paling menantang sekaligus menyenangkan baginya bergulat dengan desain visual "Loki", adalah ketika ia menggarap desain untuk Time Variance Authority (TVA). Deskripsi di naskah membantunya dalam menentukan estetika visual, yang banyak terinspirasi dari "Mad Men" (2007) dan "Blade Runner" (1982).
"TVA, pada dasarnya adalah 'Mad Men' bertemu 'Blade Runner'. Ini berkembang di luar itu untuk memasukkan lebih banyak referensi anakronistik. Di sinilah karya Terry Gilliam menjadi sumber riset yang sangat penting bagi kami. Dia, terutama dalam filmnya 'Brazil' (1985), memiliki kualitas luar biasa dalam menggabungkan unsur-unsur masa depan dan unsur-unsur masa lalu, serta unsur-unsur masa kini yang tidak akurat tetapi entah bagaimana terasa nyata," jelasnya.
Secara visual, Farahani menambahkan TVA juga banyak terinspirasi dari desain bangunan dan arsitektur modern abad pertengahan pascaperang, dan arsitektur institusional modern abad pertengahan.
Berbicara tentang proses awal desain produksi untuk Loki, dia mengatakan naskah menjadi kunci utama untuknya, ditambah dengan kehadiran sang Loki sendiri -- Tom Hiddleston -- yang juga duduk di kursi produser eksekutif -- banyak membantunya dan tim untuk mengenal lebih jauh tentang karakter dan lingkungan sekitarnya.
"Sangat menarik melihat Tom yang sudah 10 tahun memainkan karakter ini, berada bersama kami. Dia seperti seorang 'profesor' untuk Loki. Dia mengenal karakter ini lebih baik dari siapa pun. Tom banyak membantu kami di departemen seni dan desain, memberikan gambaran dan cerita tentang karakternya," kata Farahani.
"Naskahnya juga menawarkan semacam panduan besar, dalam hal apa yang harus dicapai oleh dunia yang berbeda dari sudut pandang cerita, emosi perasaan mereka. Tugas kami kemudian menerjemahkannya ke dalam gambar dan dunia di mana karakter-karakter ini dapat bergerak dan memiliki pengalaman emosional ini," imbuhnya.
Di sisi lain, ini bukan kali pertama Farahani mengerjakan proyek untuk Marvel Cinematic Universe (MCU). Sebelumnya, ia terlibat dalam "Guardians of the Galaxy 2" (2017), "Black Panther" (2018), dan "Captain Marvel" (2019). Saat ditanya apakah mengerjakan serial lebih membatasi ruang kreatifnya, ia mengatakan tidak ada perbedaan signifikan antara mengerjakan proyek serial dan film MCU.
"Serial ini sangat menyenangkan dan unik karena berada di timeline yang berbeda dari film-film MCU yang sudah akrab dengan kita. Banyak cerita yang bisa didalami. Namun, rasanya hampir sama dengan mengerjakan film MCU. Soal ambisi kreatif kami, jadwal, dan proses kreatifnya," kata dia.
Masih bicara soal keseruan di balik mengerjakan proyek Marvel, Farahani juga mengapresiasi studio untuk menggandeng lebih banyak talenta dari berbagai penjuru dunia untuk ikut bergabung di industri kreatif.
"Aku pikir inklusivitas adalah hal yang penting. Aku sendiri adalah orang Iran, dan aku senang melihat kemana kita akan pergi dengan langkah ini. Aku juga ingin memberikan kredit untuk Kate (Herron), karena ia memprioritaskan perbedaan dan inklusivitas dalam proyek ini," ujar Farahani.
"Aku juga sangat bangga melihat banyak etnisitas dan ras yang mulai direpresentasikan. Dalam departemen seni, kami terdiri dari orang-orang yang beragam, dan kami mampu bekerja sama serta menghasilkan kreativitas dalam bentuk seni (audio-visual) seperti ini," pungkasnya.
Sementara itu, "Loki" akan mengakhiri musim pertamanya pekan ini. "Loki" dapat disaksikan di layanan streaming Disney+ Hotstar.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021