Mengajari anak untuk mengenal dan mematuhi jadwal makan dan tidur dapat memudahkan rutinitas orangtua, hal ini bisa diajari sejak anak masih kecil, kata dokter spesialis anak Kanya Ayu Paramastri.
 
"Kunci anak bisa mencapai pertumbuhan dan kembang optimal diawali pola tidur dan makan yang baik dan benar. Kalau itu sudah benar, yang lain seperti gizi dan kepintaran akan mengikuti," kata Kanya dalam webinar daring, ditulis Rabu.

Baca juga: Anak muda alami penurunan kondisi mental selama pandemi, ini alasannya
 
Kanya mengatakan, jadwal makan dan menyusui yang teratur penting untuk merangsang rasa lapar anak khususnya bila sudah berumur di atas 3 bulan. Artinya, bayi dilatih untuk bisa menyadari rasa lapar dan kenyang timbul pada dirinya. Sedangkan, jadwal tidur yang baik sesuai usia anak penting untuk pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan intelektual (IQ), pemulihan energi, serta berdampak pada mental dan emosi.
 
Setelah anak berusia satu hingga dua bulan, lambungnya sudah mulai membesar sehingga mereka bisa mempertahankan rasa kenyang hingga 2 sampai 3 jam. Oleh karena itu, ibu sejak awal dapat menyusui secara teratur beberapa jam sekali di mana anak merasa lapar. Di sela itu, bayi-bayi biasanya akan tidur.

Jika anak sudah disusui sesuai jadwalnya, jangan langsung berpikir buah hati masih merasa lapar ketika dia menangis sebab tangisan bisa disebabkan hal lain, seperti rasa tidak nyaman karena popok basah hingga mengantuk.
 
Ketika menyusui teratur sudah diterapkan sejak dini, bayi akan lebih terbiasa seiring berjalannya waktu. Saat anak beranjak lebih besar dan bisa menyantap makan pendamping ASI atau makan padat, jadwal makan bisa diteruskan, hanya saja diganti dari ASI menjadi MP-ASI, camilan hingga makanan padat.
 
"Begitu besar, nanti sama jadwalnya cuma ganti dengan makanan lebih padat," jelas dia.
 
Untuk anak yang sudah menyantap makanan pendamping ASI, dia menuturkan beberapa aturan yang bisa diterapkan untuk anak. Pertama, batasilah jam makan maksimal 30 menit. Sudahi bila waktunya habis, entah itu makanan habis atau tidak. Sebab, anak biasanya sudah merasa bosan dan tidak mau makan bila jam makan terlalu lama. Hentikan juga bila anak sudah memberi sinyal menolak makanan.
 
"Jangan dipaksa nanti dia trauma," katanya.
 
Kesalahan orangtua yang lain adalah memberi iming-iming hadiah agar anak mau makan. Jika ini berlanjut, anak hanya mengejar hadiah dan tidak menyadari bahwa makan adalah hal krusial untuk hidupnya.
 
Oleh karena itu, ciptakanlah suasana makan yang menyenangkan. Pengasuh atau orangtua bisa makan diselingi menyanyi, atau makan bersama sambil saling menyuapi. Pada beberapa kasus, anak ingin makan dari piring orangtuanya yang terlihat lebih menggiurkan. Orangtua juga bisa menyiapkan makanan anak di piringnya, sehingga mereka bisa makan bersama.
 
Dokter menyarankan agar anak terbiasa makan di meja makan tanpa distraksi apa pun, termasuk menonton televisi atau bermain di gawai. Anak juga boleh duduk di lantai, tetapi orangtua menyediakan meja kecil untuk makan sehingga anak fokus dengan hidangan.
 
"Asal anak enggak lari-lari, enggak sambil jalan-jalan, sambil naik odong-odong, lihat burung atau kucing. Dia harus sadar bahwa 'aku lagi makan' dan 'aku butuh makan'."
 
Beri anak makan setiap 2-3 jam sekali, di antara itu berikan air putih. Untuk anak yang sudah fokus kepada makanan pendamping ASI dengan frekuensi menyusui yang jauh berkurang, ibu sebaiknya menguatkan diri untuk disiplin hanya membiarkan anak mendapat ASI setelah jam makan dan sebelum tidur.
 
Jika anak yang tidak mau makan akhirnya hanya diberikan ASI, anak akan berpikir tidak apa meski tidak makan karena dia akan tetap kenyang setelah disusui ibu. Akan terbentuk pemikiran bahwa tidak makan pun tidak apa.
 
Sampaikan juga pesan-pesan positif agar anak memahami apa pentingnya makan.
 
Tidur juga merupakan hal krusial karena pada saat itu tubuh anak melakukan regenerasi, restorasi dan perbaikan-perbaikan jaringan rusak yang ujungnya mempengaruhi tumbuh besar buah hati.
 
Kualitas tidur juga mempengaruhi emosi dan mental anak. Anak yang kurang tidur biasanya jadi uring-uringan dan suasana hatinya buruk pada hari itu, sehingga kondisinya tidak optimal dalam menerima ilmu yang diajari orangtua atau orang sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari.
 
Buatlah rutinitas agar anak memahami kapan waktunya tidur. Orangtua bisa memisahkan ruang tidur dengan ruang bermain sehingga anak mengerti masuk ke ruang tidur artinya dia harus beristirahat. Jika ruangan terbatas dan mainan berserakan di dalam kamar, ajak anak untuk membereskan mainan bersama sebagai pertanda jam main segera berakhir.
 
"Bikin rutinitas yang bikin anak mengerti, kegiatan ini artinya dia sudah harus tidur."
 
Kanya juga membagikan beberapa aturan tidur yang baik diterapkan kepada anak. "Tentukan waktu tidur yang konsisten dan pastikan popoknya kering, pakaian dan tempat tidurnya bersih dan nyaman. Anak dianjurkan tidur dalam keadaan kenyang dan biasakan untuk mengenalkan suasana tenang menjelang tidur,”jelas dia.
 
Orangtua juga bisa mendorong agar anak tidur dengan cara "ikut tidur". Pejamkan mata agar anak meyakini saat itu adalah waktu beristirahat untuk semua orang. Jika ada orang-orang dewasa lain di rumah, pastikan agar mereka tetap tenang ketika jam tidur anak sehingga buah hati tidak terdistraksi.
 
Dia juga memberikan tips metode menidurkan anak yang efektif. “Kuncinya, sejak awal kita harus memperkenalkan berbagai cara menidurkan secara bergantian, sehingga tidak monoton. Misalnya, selain menggunakan stroller maupun ayunan gantung, kita bisa coba juga dengan ditepuk-tepuk saja di kasur atau bisa juga diletakkan di bouncer atau baby crib secara bergantian,” katanya.
 
Jangan menidurkan balita dengan cara-cara yang kiranya akan menyusahkan di kemudian hari, seperti gendong ayun-ayun, jalan keliling rumah dan jalan-jalan naik mobil.
 

Pewarta: Nanien Yuniar

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021