Andaliman yang merupakan tanaman spesies endemik Danau Toba, keberadaannya dewasa ini semakin menjadi perhatian seiring dengan berbagai produk makanan yang berbahan dasar bumbu khas Tanah Batak tersebut semakin banyak diminati masyarakat.
"Selain sebagai pelengkap bumbu dapur, dewasa ini banyak produk olahan berbahas dasar andaliman yang diproduksi masyarakat seperti pizza andaliman, bandrek, sambal dan lainnya," kata pegiat lingkungan Marandus Sirait, di Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Kamis (25/2).
Marandus sendiri sudah sejak tahun 2005 membudidayakan tanaman andaliman. Tanaman yang awalnya tumbuh liar itu sudah bisa ia tanam di areal kebunnya dan mengolahnya menjadi berbagai produk makanan dan minuman..
Bagi masyarakat Batak, andaliman adalah rempah utama dalam berbagai menu hidangan. Buahnya yang berbentuk bulat dan kecil berenteng itu hanya tumbuh di dataran tinggi dengan suhu sejuk di sekitar Danau Toba.
Baca juga: Pizza Andaliman, kuliner khas Toba yang kian diminati
Sebelum teknologi berkembang di tanah Batak, orang Batak bisa menikmati hidangan ikan atau daging yang masih mentah yang disebut dengan dekke naniura dan manuk naniura.
Bumbu andaliman berperan penting di dalamnya bersama bumbu kunyit dan asam jungga. Aroma dan sensasi khas dari andaliman yang tidak dapat disamakan dengan bumbu lain di dunia membuat makanan yang tidak dimasak ini menjadi nikmat.
Jenis masakan yang menggunakan andaliman ini antara lain dekke arsik, jagal naniarsik, sangsang atau tanggo-tanggo, dan berbagai variasi bersama dengan sambal rias dan sambal untuk daging panggang.
Baca juga: Ulos Silahisabungan usung konsep bahan pewarna alami
Rasa getir di lidah pada saat mencicipinya dan aroma khas dari andaliman memberi kesan dan kenikmatan sendiri.
Pada masa kini andaliman sudah semakin dikenal di Indonesia. Andaliman dapat digunakan untuk olahan makanan lainnya seperti lappet, dolung-dolung, keripik, dan sasagun.
Minuman kopi dan teh dengan rasa andaliman, tidak tertutup kemungkinan bisa dikombinasikan.
Marandus Sirait mengatakan menanam andaliman ada dua cara, yang pertama dengan biji yang sudah matang. Penanaman dengan cara ini persentase pertumbuhannya sangat kecil dan bisa dalam waktu yang lama.
Cara kedua dengan stek pucuk. Cara ini lebih mudah dan persentase pertumbuhannya lebih tinggi.
Daerah yang cocok untuk pertanaman andaliman adalah di daerah dengan ketinggian 1.100 sampai dengan 1.500 m di atas permukaan laut (dpl) dengan kondisi udara yang dingin.
Menurut Marandus Sirait, budidaya andaliman tidak terlalu butuh perhatian dan perawatan, yang penting ada tanaman lain sebagai pelindung.
"Andaliman sangat cocok ditanam di antara tanaman kopi karena kopi bagus untuk menjadi pelindungnya," katanya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toba, Agus Karo-Karo mengatakan pihaknya terus berupaya mendorong masyarakat untuk mengembangkan kreativitas terhadap produk olahan berbahan dasar andaliman.
"Seperti yang sudah dilakukan oleh Marandus Sirait. Sebagai bumbu khas daerah Danau Toba, tanaman itu sangat berpotensi untuk mendukung peningkatan perekonomian warga," katanya.
#GernasBBI
#BeliKreatifDanauToba
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
"Selain sebagai pelengkap bumbu dapur, dewasa ini banyak produk olahan berbahas dasar andaliman yang diproduksi masyarakat seperti pizza andaliman, bandrek, sambal dan lainnya," kata pegiat lingkungan Marandus Sirait, di Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Kamis (25/2).
Marandus sendiri sudah sejak tahun 2005 membudidayakan tanaman andaliman. Tanaman yang awalnya tumbuh liar itu sudah bisa ia tanam di areal kebunnya dan mengolahnya menjadi berbagai produk makanan dan minuman..
Bagi masyarakat Batak, andaliman adalah rempah utama dalam berbagai menu hidangan. Buahnya yang berbentuk bulat dan kecil berenteng itu hanya tumbuh di dataran tinggi dengan suhu sejuk di sekitar Danau Toba.
Baca juga: Pizza Andaliman, kuliner khas Toba yang kian diminati
Sebelum teknologi berkembang di tanah Batak, orang Batak bisa menikmati hidangan ikan atau daging yang masih mentah yang disebut dengan dekke naniura dan manuk naniura.
Bumbu andaliman berperan penting di dalamnya bersama bumbu kunyit dan asam jungga. Aroma dan sensasi khas dari andaliman yang tidak dapat disamakan dengan bumbu lain di dunia membuat makanan yang tidak dimasak ini menjadi nikmat.
Jenis masakan yang menggunakan andaliman ini antara lain dekke arsik, jagal naniarsik, sangsang atau tanggo-tanggo, dan berbagai variasi bersama dengan sambal rias dan sambal untuk daging panggang.
Baca juga: Ulos Silahisabungan usung konsep bahan pewarna alami
Rasa getir di lidah pada saat mencicipinya dan aroma khas dari andaliman memberi kesan dan kenikmatan sendiri.
Pada masa kini andaliman sudah semakin dikenal di Indonesia. Andaliman dapat digunakan untuk olahan makanan lainnya seperti lappet, dolung-dolung, keripik, dan sasagun.
Minuman kopi dan teh dengan rasa andaliman, tidak tertutup kemungkinan bisa dikombinasikan.
Marandus Sirait mengatakan menanam andaliman ada dua cara, yang pertama dengan biji yang sudah matang. Penanaman dengan cara ini persentase pertumbuhannya sangat kecil dan bisa dalam waktu yang lama.
Cara kedua dengan stek pucuk. Cara ini lebih mudah dan persentase pertumbuhannya lebih tinggi.
Daerah yang cocok untuk pertanaman andaliman adalah di daerah dengan ketinggian 1.100 sampai dengan 1.500 m di atas permukaan laut (dpl) dengan kondisi udara yang dingin.
Menurut Marandus Sirait, budidaya andaliman tidak terlalu butuh perhatian dan perawatan, yang penting ada tanaman lain sebagai pelindung.
"Andaliman sangat cocok ditanam di antara tanaman kopi karena kopi bagus untuk menjadi pelindungnya," katanya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toba, Agus Karo-Karo mengatakan pihaknya terus berupaya mendorong masyarakat untuk mengembangkan kreativitas terhadap produk olahan berbahan dasar andaliman.
"Seperti yang sudah dilakukan oleh Marandus Sirait. Sebagai bumbu khas daerah Danau Toba, tanaman itu sangat berpotensi untuk mendukung peningkatan perekonomian warga," katanya.
#GernasBBI
#BeliKreatifDanauToba
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021