Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Utara meminta kepada Pemerintah Daerah Madina dan Pemerintah Provinsi serta pihak Kepolisian agar menindak tegas oknum-oknum yang melaksanakan aktifitas pertambangan emas tanpa izin yang beroperasi di wilayah Kecamatan Batang Natal Kabupaten Madina.

"Saya pikir ini juga praktek ekspolitatif. Sangat disayangkan jika aktifitas ini tidak ditindak dan disikapi oleh Pemerintah maupun instansi terkait. Kita sangat menyayangkan adanya praktek pertambangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," sebut Manajer Kajian dan Advokasi WALHI Sumatera Utara, Putra Saptian Pratama kepada ANTARA, Rabu (20/1).

Baca juga: Pembangunan RSU Panyabungan akan kembali dilanjutkan

Putra menilai praktek pertambangan yang tidak memiliki standar perizinan didalam menjalankan proyek pertambangan itu akan berdampak pada perusakan hutan dan pencemaran air.

"Kita menilai ada beberapa aspek yang harus bisa diperhitungkan. Untuk itu kita meminta kepada Dinas ESDM, Pemkab Madina dan Provinsi untuk turun menindak praktek pertambangan dan aktor yang bertanggung jawab atas praktek pertambangan ilegal ini," ujarnya.

Ia menyebut, pada umumnya aktifitas penambangan illegal ini pada umumnya menggunakan merkuri pada proses produksinya dalam pengelolaan emas.

Pembuangan limbah merkuri ini sering kali tidak dilakukan sesuai dengan prosesdur seperti yang di isyaratkan dalam izin. 

"Artinya ini bisa berdampak pada emisi merkuri yang terkonsertasi pada lingkungan. Ketika ia dalam jumlah yang besar dia akan berdampak pada pencemaran air sungai pada skala besar," jelas Putra.

Selain itu, aktifitas pertambangan ini juga berdampak pada konteks pencemaran udara dan pencemaran tanah.

Pencemaran udara akibat dari aktifitas pertambangan ini sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat sekitar karena dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan seperti influenza, asma dan lainnya.

Sedangkan akibat yang ditimbulkan dalam pencemaran tanah adalah berdampak pada vegetasi tanah, propil genetik tanah dari awalnya subur menjadi kering dan tandus.

"Ini merupakan ancaman bagi nyawa masyarakat. Jika penggunaan merkuri ini terus dilakukan secara berlanjut membuat dampak secara genetik terhadap bayi-bayi yang lahit akan menyebabkan cacat dan lainnya," sebut Putra.

Pewarta: Holik

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021