Perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Regional Provinsi Sulawesi Barat kini memanfaatkan pelataran masjid yang berada di samping rumah sakit.

"Ada masjid di samping RS Regional Sulbar yang masih kuat dan mereka (pasien COVID-19) gunakan selasarnya," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat dr Alief Satria melalui sambungan telefon dari Makassar, Senin.

Perawatan di luar rumah sakit itu, kata dr Alief, harus dilakukan lantaran masih seringnya terjadi gempa susulan yang kerap membuat pasien hingga petugas kesehatan merasa takut. Selain itu, trauma juga masih dirasakan akibat gempa magnitudo 6,2 yang mengguncang Sulbar pada 15 Januari lalu.

Menurutnya, segera harus dibangun tenda-tenda untuk isolasi mandiri bagi pasien COVID-19 yang selama ini dirawat di rumah sakit. Apalagi di masa pandemi COVID-19 ini, katanya, memungkinkan terjadi kluster baru.

Baca juga: Korban jiwa akibat gempa Sulbar bertambah jadi 73 orang

"Ke depan jika dilakukan pemeriksaan secara masif, maka kita akan menjumpai kasus semakin banyak, dan itu harus kita persiapkan perawatan isolasi mandiri," kata dia.

Banyaknya fasilitas kesehatan mengalami rusak berat, tenaga kesehatan banyak yang trauma dan tidak bertugas, serta obat-obatan sangat kurang adalah gambaran dasar pelayan kesehatan di Sulbar saat ini.

Maka dari itu, dr Alief mengemukakan kondisi pelayanan kesehatan di Sulbar belum bisa dioptimalkan, maka untuk pasien COVID-19, masjid di sebuah rumah sakit Majene juga digunakan untuk merawat pasien.

"Ada satu masjid juga di rumah sakit yang digunakan untuk merawat pasien di rumah sakit regional Sulbar, tetapi yang lain belum kita tahu karena belum kita lakukan pemeriksaan lanjutan," ujarnya.*
 

Pewarta: Nur Suhra Wardyah

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021