Bintang tenis Roger Federer dan Novak Djokovic tak banyak bertemu pada musim tenis 2020, namun dengan total 50 pertemuan di salah satu persaingan olahraga paling produktif, keduanya terus menemukan cara baru untuk mendorong satu sama lain ke tingkat permainan yang lebih tinggi.
Federer dan Djokovic mengenang kembali persaingan mereka, perseteruan yang paling berkesan dan apa yang membuat pertandingan mereka begitu istimewa, mengingat pada musim 2020 keduanya terakhir bertemu di semifinal Australia Open bulan Januari 2020.
Setelah berulang kali berhadapan di panggung terbesar selama 14 tahun terakhir, sulit untuk menemukan dua petenis yang saling mengetahui permainan satu sama lain sebagaimana Djokovic dan Federer.
Jumlah pertandingan keduanya menjadi yang produkif kedua di era terbuka ATP, setelah pertemuan Djokovic-Rafael Nadal yang mencatatkan total 56 kali pertandingan.
Dalam sebuah wawancara yang dimuat di laman resmi ATP Tour, petenis Serbia Djokovic menuturkan pertemuannya dengan Federer adalah perjalanan yang mendebarkan selama bertahun-tahun.
"Setiap kali melangkah ke lapangan melawan dia, itu mendebarkan, namun juga sangat menyenangkan karena itu melebihi pertandingan itu sendiri. Ini melampaui olahraga," kata Djokovic.
Catatan menunjukkan bahwa mereka telah bertemu di semifinal atau final Grand Slam, ATP Masters 1000, dan ATP Finals dalam 18 dari 20 pertandingan terakhir mereka.
Dengan begitu banyak pertaruhan setiap kali mereka bertemu, setiap pertandingan memaksa petenis nomor satu dunia saat ini dan mantan nomor satu itu untuk memberikan yang terbaik dan mendorong kemampuan melampaui batas mereka.
Kedua juara dunia itu punya gaya permainan yang berbeda, Djokovic dengan daya jangkau pukulan yang luas dan Federer dengan kecakapan menyerangnya. Gaya pertandingan mereka menghasilkan situasi naik-turun, pukulan reli lama, dan pukulan menakjubkan lainnya di lapangan.
Federer menganggap Djokovic bisa bermain di semua permukaan dengan sangat baik. Dia selalu membawa level permainan tertentu, yang sangat tinggi, sehingga untuk mengalahkannya dibutuhkan kemampuan dan mental terbaik.
"Dia bergerak secara hebat, dan saya memiliki koordinasi yang baik, jadi kami cocok satu sama lain," petenis Swiss itu menyebutkan.
Djokovic menyoroti pertandingan yang tak terlupakan belum lama ini, saat final Wimbledon 2019 melawan Federer tidak hanya sebagai salah satu pertandingan terbaik dalam persaingan mereka, tetapi salah satu yang terbaik dalam karirnya.
Ia berujar, pertandingan di babak final Wimbledon 2019 masih terngiang karena menjadi salah satu dari sedikit pertandingan terbaik yang pernah ia mainkan.
Pertandingan tersebut menjadi yang terbaik, paling menarik, dan paling menuntut kemampuan fisik dan mental pada setiap aspek pertandingan yang pernah ia mainkan, katanya melanjutkan.
Pertandingan itu berlangsung dalam lima set yang epik dengan durasi selama empat jam 54 menit, dan hasil akhir 7-6(5), 1-6, 7-6(4), 4-6, 13-12(3).
Berdasarkan catatan ATP, pertandingan itu menjadi babak final terpanjang dalam sejarah Grand Slam lapangan rumput itu.
"Anda benar-benar melihat ke belakang dan menghargai setiap pertandingannya. Anda tidak bisa selalu menjadi bagian dari pertandingan seperti ini, jadi ketika mereka datang (sebagai lawan) Anda harus menghargai mereka," ucap Federer.
Djokovic dan Federer telah bertemu dua kali sejak final Wimbledon itu, membagi angka pertemuan dengan kemenangan balas dendam Federer di ATP Finals tahun lalu. Selanjutnya Djokovic pun kembali membalas di semifinal Australia Open 2020 untuk memperpanjang keunggulan catatan pertemuannya menjadi 27-23.
Baik Djokovic yang berusia 33 tahun maupun Federer yang berusia 39 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera melambat, dengan kedua petenis tersebut masih berada di peringkat "Top Five" sepanjang persaingan legendaris mereka terus menyenangkan para penggemar.
Federer menilai sejatinya sebuah persaingan bintang atlet sangat penting dalam olahraga, karena mampu membuat sebuah cabang olahraga lebih populer.
"Anda selalu membutuhkan seseorang yang bisa menjadi lawan dengan baik. Dengan saya dan dengan Djokovic, saya pikir kami mendapatkan dorongan yang terbaik dari satu sama lain," kata Federer.
Tunda Pertemuan
Penggemar tenis di seluruh dunia akan kecewa karena Federer yang ditargetkan kembali berlaga di Australia Open 2021 akan mundur hingga waktu yang belum bisa ditentukan akibat pemulihan pasca operasi lutut yang memakan waktu lebih lama.
Federer mengatakan, pemulihannya dari dua operasi lutut kiri awal tahun 2020 ternyata memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan, sehingga memunculkan keraguan apakah petenis asal Swiss itu bisa kembali berduel dengan Djokovic di turnamen Grand Slam awal tahun.
Federer, yang akan genap berusia 40 tahun pada Agustus 2021, belum bermain dalam pertandingan manapun sejak kalah dari Djokovic di semifinal Australia Open 2020 ini di Melbourne Park.
Pemegang 20 gelar tunggal Grand Slam, rekor yang kini disamai petenis Spanyol Rafael Nadal, itu sempat berlatih tanpa rasa sakit pada bulan Oktober dan diharapkan kembali ke lapangan pada Grand Slam pertama tahun ini.
"Saya berharap bisa 100 persen di bulan Oktober. Tapi saya masih belum sampai (ke angka itu) sampai hari ini. Kondisi ini akan ketat untuk ikut di Australia Open," kata Federer dalam sebuah laporan yang dikutip Reuters.
Ia mengatakan, operasi lutut kedua sangat membatasi pergerakannya, kendati dalam enam bulan terakhir telah terjadi kemajuan yang stabil.
Ia berharap kondisinya bisa membaik dalam waktu dua bulan ke depan, didukung dengan melakukan banyak latihan fisio dan fisik.
Federer menaruh harapan besar agar bisa tampil di Australia Open 2021, namun ia tak menampik potensi gagal tampil akibat masih menjalani masa pemulihan.
Saat menghadiri sebuah acara penghargaan insan olahraga tertinggi di negaranya, Federer secara implisit mengatakan bahwa ia akan menerima dengan lapang dada jika seandainya ia harus pensiun karena kondisinya yang tak lagi mendukung.
"Saya berharap masih ada yang bisa dilihat dari penampilanku tahun depan. Tapi jika memang harus berakhir, ini akan menjadi akhir yang luar biasa dengan (menerima) penghargaan olahraga ini," Federer menuturkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Federer dan Djokovic mengenang kembali persaingan mereka, perseteruan yang paling berkesan dan apa yang membuat pertandingan mereka begitu istimewa, mengingat pada musim 2020 keduanya terakhir bertemu di semifinal Australia Open bulan Januari 2020.
Setelah berulang kali berhadapan di panggung terbesar selama 14 tahun terakhir, sulit untuk menemukan dua petenis yang saling mengetahui permainan satu sama lain sebagaimana Djokovic dan Federer.
Jumlah pertandingan keduanya menjadi yang produkif kedua di era terbuka ATP, setelah pertemuan Djokovic-Rafael Nadal yang mencatatkan total 56 kali pertandingan.
Dalam sebuah wawancara yang dimuat di laman resmi ATP Tour, petenis Serbia Djokovic menuturkan pertemuannya dengan Federer adalah perjalanan yang mendebarkan selama bertahun-tahun.
"Setiap kali melangkah ke lapangan melawan dia, itu mendebarkan, namun juga sangat menyenangkan karena itu melebihi pertandingan itu sendiri. Ini melampaui olahraga," kata Djokovic.
Catatan menunjukkan bahwa mereka telah bertemu di semifinal atau final Grand Slam, ATP Masters 1000, dan ATP Finals dalam 18 dari 20 pertandingan terakhir mereka.
Dengan begitu banyak pertaruhan setiap kali mereka bertemu, setiap pertandingan memaksa petenis nomor satu dunia saat ini dan mantan nomor satu itu untuk memberikan yang terbaik dan mendorong kemampuan melampaui batas mereka.
Kedua juara dunia itu punya gaya permainan yang berbeda, Djokovic dengan daya jangkau pukulan yang luas dan Federer dengan kecakapan menyerangnya. Gaya pertandingan mereka menghasilkan situasi naik-turun, pukulan reli lama, dan pukulan menakjubkan lainnya di lapangan.
Federer menganggap Djokovic bisa bermain di semua permukaan dengan sangat baik. Dia selalu membawa level permainan tertentu, yang sangat tinggi, sehingga untuk mengalahkannya dibutuhkan kemampuan dan mental terbaik.
"Dia bergerak secara hebat, dan saya memiliki koordinasi yang baik, jadi kami cocok satu sama lain," petenis Swiss itu menyebutkan.
Djokovic menyoroti pertandingan yang tak terlupakan belum lama ini, saat final Wimbledon 2019 melawan Federer tidak hanya sebagai salah satu pertandingan terbaik dalam persaingan mereka, tetapi salah satu yang terbaik dalam karirnya.
Ia berujar, pertandingan di babak final Wimbledon 2019 masih terngiang karena menjadi salah satu dari sedikit pertandingan terbaik yang pernah ia mainkan.
Pertandingan tersebut menjadi yang terbaik, paling menarik, dan paling menuntut kemampuan fisik dan mental pada setiap aspek pertandingan yang pernah ia mainkan, katanya melanjutkan.
Pertandingan itu berlangsung dalam lima set yang epik dengan durasi selama empat jam 54 menit, dan hasil akhir 7-6(5), 1-6, 7-6(4), 4-6, 13-12(3).
Berdasarkan catatan ATP, pertandingan itu menjadi babak final terpanjang dalam sejarah Grand Slam lapangan rumput itu.
"Anda benar-benar melihat ke belakang dan menghargai setiap pertandingannya. Anda tidak bisa selalu menjadi bagian dari pertandingan seperti ini, jadi ketika mereka datang (sebagai lawan) Anda harus menghargai mereka," ucap Federer.
Djokovic dan Federer telah bertemu dua kali sejak final Wimbledon itu, membagi angka pertemuan dengan kemenangan balas dendam Federer di ATP Finals tahun lalu. Selanjutnya Djokovic pun kembali membalas di semifinal Australia Open 2020 untuk memperpanjang keunggulan catatan pertemuannya menjadi 27-23.
Baik Djokovic yang berusia 33 tahun maupun Federer yang berusia 39 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera melambat, dengan kedua petenis tersebut masih berada di peringkat "Top Five" sepanjang persaingan legendaris mereka terus menyenangkan para penggemar.
Federer menilai sejatinya sebuah persaingan bintang atlet sangat penting dalam olahraga, karena mampu membuat sebuah cabang olahraga lebih populer.
"Anda selalu membutuhkan seseorang yang bisa menjadi lawan dengan baik. Dengan saya dan dengan Djokovic, saya pikir kami mendapatkan dorongan yang terbaik dari satu sama lain," kata Federer.
Tunda Pertemuan
Penggemar tenis di seluruh dunia akan kecewa karena Federer yang ditargetkan kembali berlaga di Australia Open 2021 akan mundur hingga waktu yang belum bisa ditentukan akibat pemulihan pasca operasi lutut yang memakan waktu lebih lama.
Federer mengatakan, pemulihannya dari dua operasi lutut kiri awal tahun 2020 ternyata memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan, sehingga memunculkan keraguan apakah petenis asal Swiss itu bisa kembali berduel dengan Djokovic di turnamen Grand Slam awal tahun.
Federer, yang akan genap berusia 40 tahun pada Agustus 2021, belum bermain dalam pertandingan manapun sejak kalah dari Djokovic di semifinal Australia Open 2020 ini di Melbourne Park.
Pemegang 20 gelar tunggal Grand Slam, rekor yang kini disamai petenis Spanyol Rafael Nadal, itu sempat berlatih tanpa rasa sakit pada bulan Oktober dan diharapkan kembali ke lapangan pada Grand Slam pertama tahun ini.
"Saya berharap bisa 100 persen di bulan Oktober. Tapi saya masih belum sampai (ke angka itu) sampai hari ini. Kondisi ini akan ketat untuk ikut di Australia Open," kata Federer dalam sebuah laporan yang dikutip Reuters.
Ia mengatakan, operasi lutut kedua sangat membatasi pergerakannya, kendati dalam enam bulan terakhir telah terjadi kemajuan yang stabil.
Ia berharap kondisinya bisa membaik dalam waktu dua bulan ke depan, didukung dengan melakukan banyak latihan fisio dan fisik.
Federer menaruh harapan besar agar bisa tampil di Australia Open 2021, namun ia tak menampik potensi gagal tampil akibat masih menjalani masa pemulihan.
Saat menghadiri sebuah acara penghargaan insan olahraga tertinggi di negaranya, Federer secara implisit mengatakan bahwa ia akan menerima dengan lapang dada jika seandainya ia harus pensiun karena kondisinya yang tak lagi mendukung.
"Saya berharap masih ada yang bisa dilihat dari penampilanku tahun depan. Tapi jika memang harus berakhir, ini akan menjadi akhir yang luar biasa dengan (menerima) penghargaan olahraga ini," Federer menuturkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020