Wakil Bupati Serdang Bedagai Darma Wijaya mengunjungi Desa Pala di Kecamatan Sei Rampah yang  dilanda banjir, Kamis (26/11).

Saat ke lokasi, selain meninjau rumah warga yang terdampak banjir tahunan itu, pria yang akrab disapa Wiwik itu juga memastikan bahwa kondisi pengungsian layak serta kebutuhan logistik warga terpenuhi dengan baik.

Banjir yang terjadi di sejumlah dusun di Desa Pala, Kecamatan Sei Rampah merupakan karena faktor alam akibat tingginya intensitas hujan dan kapasitas daya tampung sungai Sei Rampah yang berkurang.

Menyusuri genangan air sebetis, Wiwik mengatakan masyarakat terdampak banjir butuh solusi penanganan, bukan hanya bantuan makanan, obat obatan. "Kalau kita diberi amanah, kita akan beri solusi, bukan bagaimana kita memberi bantuan beras, mie instan, sayuran. Tapi bagaimana tidak banjir lagi. Karena banyak anak sungai yang tak tertata, tidak dibenahi akhirnya ketika hujan gunung semuanya numpuk kemari dan akhirnya terjadi banjir," jelasnya.

Selain itu, calon Bupati Serdang Bedagai nomor urut 1 itu menyampaikan, sejak dirinya menjabat sebagai wakil Bupati Serdang Bedagai tahun 2017 sungai besar Sei Rampah pernah dilakukan penggalian dengan tenaga swadaya gotong royong masyarakat.

"Saya pernah perbaiki selama jadi wakil bupati. Solusinya kita korek semua sungai besar itu dengan swadaya gotong royong masyarakat tapi tidak semaksimal yang diharapkan. Jadi kalau Insya Allah saya jadi bupati, ini pasti akan kita pertegas. Bahwa kewenangan pusat harus teratasi. Supaya tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi lagi," tegasnya.

Sementara itu, Muhammad Sanusi (66) warga Dusun III Desa Pala menyampaikan hujan selalu menghantam di setiap akhir tahun pada bulan September hingga Desember.

"Ada solusi yang kami usulkan untuk mengatasi banjir, sungai sungai yang tidak berfungsi dioptimalkan kembali sehingga kalau mereka difungsikan mudah-mudahan bila datang air kiriman tidak langsung jatuh ke rumah warga sehingga debut air pun tersalur di sungai," katanya.

Hujan yang terjadi malam hari membuat sejumlah kawasan banjir di Kabupaten Sergai. Satu kawasan yang banjir ialah di jalan negara km 58, Dusun XII, Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah. Mirisnya ada beberapa rumah yang terkena banjir dan hanya berjarak 100 meter dari kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan kantor Dinas Pendudukan Catatan Sipil (Disdukcapil). Rumah tersebut terendam sebetis orang dewasa.

Salah seorang warga yang mengalami kebanjiran ialah Ahmad Zulfan. Ia tinggal di daerah itu sejak tahun 1963. Ahmad Zulfan mengatakan kejadian banjir tersebut sudah merupakan tragedi tahunan. Menurutnya banjir tersebut terjadi hampir setiap tahun.

Ia bercerita, beberapa tahun yang lalu mereka tidak merasakan banjir. Kala itu sungainya baru siap dikeruk dan dilebarkan sehingga rumah mereka tidak kebanjiran. “Akhir-akhir ini sering curah hujan tinggi. Kami hujan ini pengaruhnya karena di Dolok Masihul. Karena air dari dataran tinggi turun ke dataran rendah,” ujarnya. 

Ahmad menuturkan sungai Rampah yang berada di belakang rumahnya itu sudah dangkal. Mulai dari Sungai Rejo hingga sungai ke Bedagai itu sudah terlalu dangkal. Faktor lain yang membuat sungai dangkal ialah karena banyak sampah. Selain itu Daerah Aliran Sungai (DAS) juga sudah dipakai untuk penanaman sawit.

“Tahun ini untuk kejadian yang besar sudah terjadi dua kali. Yang kemarin gak setinggi ini lalu balek airnya. Nah ini udah yang kedua kalinya. Ini lebih besar dari yang kemarin. Karena kemarin gak sampe kek gini dia,” kata Ahmad menjelaskan kondisi di sekitar rumahnya.

Ahmad Zulfan berharap kepada pemerintah sempat agar sungai-sungai yang berada di kawasan Sei Rampah dikorek kembali. Karena sebelumnya ketika sungai itu dikorek dengan swadaya masyarakat cukup ampuh mengurangi banjir.

“Waktu swadaya masyarakat itu, beko itulah diperbantukan. Tapi swadaya masyarakatnya lebih besar dengan cara mengumpul duit kemudian gotong royong. Selama ini belum ada Dinas PU yang turun langsung untuk mengecek rumah kami yang kebanjiran," katanya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020