Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan kemungkinan perlu dilakukan vaksinasi ulang untuk mencegah infeksi COVID-19 sehingga vaksin harus disiapkan juga untuk kebutuhan masa akan datang.
"Tentunya masalah vaksin ini tidak hanya masalah tahun 2021, ini akan berkelanjutan ke 2022 dan 2023 kan ada kemungkinan diperlukannya revaksinasi atau booster tadi karena kemungkinan vaksin ini tidak menimbulkan daya tahan tubuh yang selamanya yang seumur hidup," kata Menristek Bambang dalam konferensi pers virtual Forum Merdeka Barat 9 tentang Pengembangan Vaksin, Terapi dan Inovasi COVID-19, Jakarta, Selasa (20/10).
Baca juga: Jumlah pasien terkonfirmasi COVID-19 di Sumut mencapai 12.035 orang
Menristek Bambang menuturkan ada kemungkinan vaksin COVID-19 yang dikembangkan saat ini tidak menimbulkan daya tahan tubuh seumur hidup hanya melalui satu kali pemberian dosis vaksin sehingga perlu revaksinasi.
Menristek Bambang mengatakan memang tahapan awal uji klinis vaksin COVID-19 sekarang ini fokus pada orang usia 18-59 tahun. Sementara, untuk vaksin anak-anak maupun lanjut usia (lansia) nanti akan tergantung kepada hasil uji klinis.
"Intinya vaksinnya sama tetapi mungkin harus diperhatikan apakah dosisnya apakah ada 'treatment' (perlakuan) khusus untuk kategori anak-anak kategori lansia maupun kategori yang punya penyakit bawaan tapi intinya semuanya nanti akan mendapatkan vaksin," ujarnya.
Baca juga: Jumlah pasien sembuh COVID-19 di Indonesia bertambah 3.919 jadi 289.243 orang
Menristek Bambang menuturkan diperlukan sekitar 360 juta dosis vaksin untuk dua pertiga penduduk Indonesia dalam rangka menciptakan kekebalan populasi.
Pemenuhan vaksin itu dilakukan dengan dua skema yakni bekerja sama dengan perusahaan vaksin dari luar negeri seperti dengan Sinovac asal China dan AstraZeneca, dan juga kemandirian bangsa dengan mengembangkan vaksin Merah Putih.
"Yang paling penting adalah kita harus bisa menyediakan atau mengadakan vaksin untuk kebutuhan seluruh rakyat Indonesia," tuturnya.
Menristek Bambang menuturkan vaksin Merah Putih dikembangkan dengan berbagai platform dan ditujukan memang untuk kemandirian karena Indonesia membutuhkan vaksin dalam jumlah besar untuk seluruh 270 juta penduduk.
"Tentunya kita juga ingin mengedepankan kesehatan yang bersifat preventif kita ini mencegah penyakit dan bukan sekedar menyembuhkan penyakit karena itu kehadiran vaksin atau kemandirian vaksin sangat diperlukan," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Tentunya masalah vaksin ini tidak hanya masalah tahun 2021, ini akan berkelanjutan ke 2022 dan 2023 kan ada kemungkinan diperlukannya revaksinasi atau booster tadi karena kemungkinan vaksin ini tidak menimbulkan daya tahan tubuh yang selamanya yang seumur hidup," kata Menristek Bambang dalam konferensi pers virtual Forum Merdeka Barat 9 tentang Pengembangan Vaksin, Terapi dan Inovasi COVID-19, Jakarta, Selasa (20/10).
Baca juga: Jumlah pasien terkonfirmasi COVID-19 di Sumut mencapai 12.035 orang
Menristek Bambang menuturkan ada kemungkinan vaksin COVID-19 yang dikembangkan saat ini tidak menimbulkan daya tahan tubuh seumur hidup hanya melalui satu kali pemberian dosis vaksin sehingga perlu revaksinasi.
Menristek Bambang mengatakan memang tahapan awal uji klinis vaksin COVID-19 sekarang ini fokus pada orang usia 18-59 tahun. Sementara, untuk vaksin anak-anak maupun lanjut usia (lansia) nanti akan tergantung kepada hasil uji klinis.
"Intinya vaksinnya sama tetapi mungkin harus diperhatikan apakah dosisnya apakah ada 'treatment' (perlakuan) khusus untuk kategori anak-anak kategori lansia maupun kategori yang punya penyakit bawaan tapi intinya semuanya nanti akan mendapatkan vaksin," ujarnya.
Baca juga: Jumlah pasien sembuh COVID-19 di Indonesia bertambah 3.919 jadi 289.243 orang
Menristek Bambang menuturkan diperlukan sekitar 360 juta dosis vaksin untuk dua pertiga penduduk Indonesia dalam rangka menciptakan kekebalan populasi.
Pemenuhan vaksin itu dilakukan dengan dua skema yakni bekerja sama dengan perusahaan vaksin dari luar negeri seperti dengan Sinovac asal China dan AstraZeneca, dan juga kemandirian bangsa dengan mengembangkan vaksin Merah Putih.
"Yang paling penting adalah kita harus bisa menyediakan atau mengadakan vaksin untuk kebutuhan seluruh rakyat Indonesia," tuturnya.
Menristek Bambang menuturkan vaksin Merah Putih dikembangkan dengan berbagai platform dan ditujukan memang untuk kemandirian karena Indonesia membutuhkan vaksin dalam jumlah besar untuk seluruh 270 juta penduduk.
"Tentunya kita juga ingin mengedepankan kesehatan yang bersifat preventif kita ini mencegah penyakit dan bukan sekedar menyembuhkan penyakit karena itu kehadiran vaksin atau kemandirian vaksin sangat diperlukan," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020