Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat pada Rabu (12/8) kembali melaporkan data terkini mengenai COVID-19, dengan total 5.119.711 kasus dan 163.651 kematian.
Terjadi penambahan 55.540 kasus dan 1.244 kematian akibat penyakit pernapasan tersebut.
CDC melaporkan statistik terbaru kasus COVID-19 pada 11 Agustus pukul 16.00 Waktu Timur AS dibanding sehari sebelumnya.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Sumut bertambah menjadi 5.264 orang
Angka CDC tentunya tidak mewakili jumlah kasus yang dilaporkan oleh setiap negara bagian.
Baca juga: Israel akan teliti vaksin COVID-19 buatan Rusia
Hingga kini Amerika menempati posisi puncak dalam jumlah kasus infeksi dan korban meninggal akibat virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China tengah, itu.
Presiden AS Donald Trump mengambinghitamkan China dalam menyikapi pandemi yang menelan banyak nyawa di negerinya itu. Menurut Trump, jika China dapat mencegah penularan lebih dini dari yang dilakukannya selama ini, virus itu tak akan menyebar dan menginfeksi serta menewaskan banyak korban di seluruh dunia.
Di tengah merebaknya COVID-19 itu, Trump juga menyalahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dinilai tak profesional dalam upaya mengendalikan wabah dan WHO dianggapnya berpihak ke China dan kurang tegas terhadap negeri tirai bambu itu.
Reaksi Trump terhadap sikap WHO itu juga diekspresikan dengan mengambil keputusan AS keluar dari keanggotaan WHO, sebuah keputusan yang dinilai tidak bertanggung jawab oleh banyak pemimpin negara di dunia. AS termasuk penyumbang dana terbesar bagi pembiayaan operasional WHO.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Terjadi penambahan 55.540 kasus dan 1.244 kematian akibat penyakit pernapasan tersebut.
CDC melaporkan statistik terbaru kasus COVID-19 pada 11 Agustus pukul 16.00 Waktu Timur AS dibanding sehari sebelumnya.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Sumut bertambah menjadi 5.264 orang
Angka CDC tentunya tidak mewakili jumlah kasus yang dilaporkan oleh setiap negara bagian.
Baca juga: Israel akan teliti vaksin COVID-19 buatan Rusia
Hingga kini Amerika menempati posisi puncak dalam jumlah kasus infeksi dan korban meninggal akibat virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China tengah, itu.
Presiden AS Donald Trump mengambinghitamkan China dalam menyikapi pandemi yang menelan banyak nyawa di negerinya itu. Menurut Trump, jika China dapat mencegah penularan lebih dini dari yang dilakukannya selama ini, virus itu tak akan menyebar dan menginfeksi serta menewaskan banyak korban di seluruh dunia.
Di tengah merebaknya COVID-19 itu, Trump juga menyalahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dinilai tak profesional dalam upaya mengendalikan wabah dan WHO dianggapnya berpihak ke China dan kurang tegas terhadap negeri tirai bambu itu.
Reaksi Trump terhadap sikap WHO itu juga diekspresikan dengan mengambil keputusan AS keluar dari keanggotaan WHO, sebuah keputusan yang dinilai tidak bertanggung jawab oleh banyak pemimpin negara di dunia. AS termasuk penyumbang dana terbesar bagi pembiayaan operasional WHO.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020