Mangatur Hutasoit (49), seorang pemburu binatang liar yang merupakan warga Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara mengungkapkan, rombongan pemburu yang dipimpinnya dalam kegiatan perburuan makhluk haus darah penyebab kematian ratusan ternak milik Saut Simanjuntak menemukan keberadaan sebuah gua dibawah air terjun di Hutan Simarunjal-unjal, yang berlokasi lebih kurang 2 kilometer arah selatan dari tempat kejadian pemangsaan ratusan ternak milik Saut.

"Saat kami melakoni perburuan makhluk pengisap darah milik Saut, sejauh lebih kurang dua kilometer arah selatan kediaman korban terdapat sebuah gua yang tersembunyi dibalik curahan air terjun di hutan Simarunjal-unjal," terang Mangatur kepada ANTARA, Senin (22/6).

Baca juga: Misteri makhluk penghisap darah di Taput, BBKSDA : Bukan binatang malam

Baca juga: Misteri makhluk haus darah di Taput, BBKSDA: Miliki lima cakar

Keberadaan gua tersebut, konon merupakan lokasi keberadaan makhluk misterius yang pernah menyebabkan seorang warga di wilayah itu sempat dinyatakan hilang hingga akhirnya ditemukan sebagai riwayat masa lalu yang terjadi pada puluhan tahun silam.

"Gua itu tersembunyi dibalik curahan air terjun setinggi lebih dari tiga meter yang menyembul dari sisi tebing setinggi lebih dari empat puluh meter di Hutan Simarunjal-unjal," terang Mangatur, yang juga turut menjadi salah seorang relawan ronda sekaitan peristiwa pemangsaan ratusan ternak milik Saut, sejak 17 Juni 2020.

Baca juga: Misteri makhluk haus darah pemangsa ternak di Taput, mampu angkat beban 25 kg hingga bengkokkan besi

Baca juga: Ratusan ternak dimangsa makhluk haus darah di Taput, ini cerita pemilik

Dikatakan, lokasi keberadaan gua dapat ditempuh melalui jalanan hutan dengan medan curam dan berbahaya atau melalui arus sungai yang terdapat di wilayah itu.

"Saat menuju lokasi gua dengan menempuh jalanan hutan yang penuh ilalang dan rumput liar dengan kondisi medan curam dan terjal sejauh lebih dari dua kilometer arah selatan kediaman Saut, kita bisa menemukan keberadaan gua tersebut" jelasnya.

Namun, keberadaan gua yang oleh warga setempat dinilai sebagai daerah angker dianjurkan untuk tidak didatangi oleh warga yang tidak memiliki kemampuan menjelajah alam, karena kondisi medannya yang cukup mengancam keselamatan jiwa.

"Saat kami akan menuju gua yang hanya dapat ditempuh dengan menyelami permukaan air sungai, kondisi hujan yang terus mengguyur membuat permukaan air sungai kian meninggi di dasar air terjun, hingga kami urung melanjutkan perburuan menuju lokasi gua," sebutnya.

Selain cuaca yang tidak mendukung, seekor anjing pemburu milik salah seorang rombongan yang biasanya galak dan kerap berhasil menemukan mangsa binatang buruan disebut tetiba tak berdaya dan terkesan ketakutan akan kondisi wilayah tersebut.

Kegiatan perburuan pun urung dilanjutkan meski di tepian kubangan air terjun, para rombongan juga menemukan jejak asing dari makhluk misterius yang tertancap di atas permukaan pasir tepian sungai.

Hari yang kian beranjak menuju peraduan memaksa rombongan Mangatur untuk kembali ke wilayah perkampungan dengan menelusuri arus balik sungai, karena jalanan hutan yang curam, licin, dan terjal tak memungkinkan untuk kembali dilalui.

"Memilih jalur pulang dengan berjalan di kedalaman air setinggi pinggang melawan arus sungai membawa kami pada temuan- temuan lainnya tentang keberadaan makhluk yang diduga sebagai pemangsa ternak milik Saut," urai Mangatur.

Sekira sejauh setengah kilometer perjalanan pulang rombongan, mereka kembali menemukan banyak jejak cakaran yang cukup dalam pada sebatang pohon di tepian sungai.

Menurut Mangatur, berdasarkan pengalaman perburuan binatang liar yang telah dilakoninya lebih dari 15 tahun terakhir, jejak tersebut kemungkinan milik lebih dari satu ekor beruang madu, bukan jejak cakaran harimau mengingat kondisi hutan yang tanpa keberadaan nyamuk atau serangga kecil lainnya yang kerap berkerumun sebagai penanda keberadaan kucing besar berbelang itu.

"Setelah berjalan cukup lama dengan menyusuri arus balik sungai, akhirnya kami sampai tak jauh dari kediaman Saut," tukasnya.

Hingga saat ini, para pemburu yang turut ikut meronda malam selama lima hari terakhir mengaku mengalami kelelahan dan memilih untuk beristirahat.

Pewarta: Rinto Aritonang

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020