Harga minyak bervariasi pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah membukukan kerugian signifikan pada sesi sebelumnya dipicu kekhawatiran baru tentang kehancuran permintaan ketika kasus baru virus corona meningkat kembali secara global.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 18 sen menjadi ditutup pada 38,73 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, menyusul penurunan 7,6 persen pada Kamis (11/6/2020).

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli kehilangan 8,0 sen menjadi menetap pada 36,26 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Kontrak jatuh 8,2 persen sehari sebelumnya menandai penurunan satu hari paling tajam sejak 27 April.

Harga minyak mencatat penurunan mingguan pertama sejak April karena kasus baru virus corona AS melonjak, memicu kekhawatiran gelombang kedua virus memukul permintaan bahan bakar.

Kedua acuan mencatat penurunan mingguan sekitar 8 persen, yang pertama setelah enam minggu kenaikan yang telah mengangkat harga dari posisi terendah April.

Dengan sekitar setengah lusin negara bagian AS melaporkan lonjakan infeksi baru, kekhawatiran bahwa pandemi virus corona mungkin masih jauh dari selesai telah menghentikan reli.

“Pasar ini berada di persimpangan jalan. Jika permintaan terus membaik, pasar minyak memiliki lebih banyak peluang untuk naik," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.

"Jika kita masuk ke situasi di mana kita mulai mengambil langkah mundur dengan virus corona, pasar akan turun."

Pada saat yang sama, persediaan minyak mentah AS telah naik ke rekor 538,1 juta barel, karena impor murah dari Arab Saudi mengalir ke negara itu.

Peningkatan persediaan terjadi meskipun produsen-produsen dari Amerika Serikat, dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya memotong pasokan.

Jumlah rig pengeboran minyak mentah AS, indikator pasokan di masa depan, turun tujuh rig menjadi 199 rig minggu ini, kata perusahaan jasa minyak Baker Hughes.

OPEC+ memangkas pasokan sebesar 9,7 juta barel per hari (bph), sekitar 10 persen dari permintaan pra-pandemi, dan sepakat akhir pekan lalu untuk memperpanjang pengurangan.

"Sementara argumen bullish masih dapat dibuat karena produksi terus menurun dengan permintaan masih menunjukkan perbaikan, kami mencari tren penurunan dalam produksi yang mulai melambat, sementara pemulihan permintaan dapat berkurang jika virus corona terus meningkat," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020