Namanya Paulina Siregar, dia perempuan usia lanjut, karena usianya sudah (74 tahun), tempat tinggalnya di Kelurahan Sipagimbar, Kecamatan Saipar Dolok Hole, Kabupaten Tapanuli Selatan.

Keadaan ekonomi nenek ini cukup miris sehingga mengundang banyak orang prihatin. Bertahan hidup pas-pasan hanya mengandalkan sisa tenaga tuanya berkebun (bertani) di lahan orang lain.

Jangan tanya kondisi rumah tinggalnya apalagi isinya jauh dari kesan "rumah ku istana ku". Ukurannya cuma sekitar 3 m x 4 m. Sebagian lantai tanah rumah di tutupi bilah papan menghindari dinginnya uap tanah.

Baca juga: Imasada Tapanuli Selatan dideklarasikan dan dilantik

Baca juga: Pelaku pembunuhan berdarah warga Sipirok menyerahkan diri

Di rumah kecil itu pula jandatua yang ditinggal mati suaminya yang sudah puluhan tahun itu hidup bersama anak perempuannya Hotnian Sinaga yang sekitar dua bulan lalu juga menjadi janda akibat ditinggal mati suaminya.

"Beban hidup nenek boru Regar ini semakin berat sejak anak perempuannya menjanda dengan membawa lima anak hasil perkawinan dengan suaminya untuk tinggal bersamanya di rumah papan yang atap dan dindingnya penuh lubang," kata Andri (33) tetangga boru Regar menghubungi ANTARA, Selasa (9/6).

Beranjak dari rasa kemanusian ini pulalah menggerakkan hati Serikat Mahasiswa Tapanuli Selatan (Serma) bersama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Tapanuli Selatan memberikan bantuan kepada keluarga janda boru Regar.

"Mudah-mudahan bantuan yang kami serahkan ini dapat meringankan beban hidup nenek Paulina Siregar dan keluarganya," kata Ketua Umum Serma Tapanuli Selatan Yahya Habibie yang senada dengan Ketua Umum IPNU setempat Rahul Efendi Pohan.
 
Baik Andri, Yahya Habibie maupun Rahul Efendi Pohan, ketiganya akan terus menggalakkan mencari bantuan dana (dermawan) demi membantu kehidupan miris keluarga boru Regar tersebut.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020