Peluang Indonesia untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan kejuaraan panjat tebing Asia dipastikan tertutup setelah Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC) menunda semua event akibat pandemi COVID-19.
"Pada saat ini semua pihak fokus pada upaya untuk mengobati dunia yang sedang sakit. Nanti kalau pandemi sudah mereda, kita bisa berlaga dan berkompetisi kembali," ujar Ketua umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI) Yenny Wahid dalam keterangannya di grup perpesanan, Kamis.
Baca juga: Olimpiade Tokyo ditunda ke tahun 2021, FINA jadwal ulang Kejuaraan Dunia Akuatik
Sebelumnya Indonesia mengajukan diri sebagai lokasi penyelenggaraan kejuaraan panjat tebing Asia, setelah IFSC memutuskan untuk memindahkan lokasi dari Morioka, Jepang, pada Mei, ke negara lain dengan alasan kekhawatiran penyebaran virus corona yang mewabah di Negeri Sakura itu.
Baca juga: Kemenpora ingatkan atlet tetap semangat berlatih meski Olimpiade ditunda
Kejuaraan panjat up tebing Asia itu merupakan babak kualifikasi terakhir sebelum Olimpiade 2020, yang juga pada akhirnya ditunda hingga tahun depan. Namun penyakit COVID-19 kini telah menjadi pandemi sesuai dengan yang ditetapkan WHO, membuat IFSC juga harus menunda seluruh kejuaraan internasional.
"Bahkan Marco (Ketua IFSC) menekankan bahwa tebing dan dinding tidak akan bergeser, tetapi virus bisa menjalar kemana-mana. Karenanya menjadi penting sekali kita semua tetap menjaga jarak dan tinggal di rumah," kata dia.
Peluang tim panjat tebing Indonesia sendiri di Olimpiade Tokyo terbilang tipis. Pasalnya, pada ajang kualifikasi IFSC Combined Qualifier di Toulouse, Prancis pada November 2019 lalu, dua atlet andalan yakni Aries Susanti Rahayu dan Alfian M. Fajri gagal tembus enam besar yang merupakan syarat meraih tiket ke pesta olahraga empat tahunan itu.
Pada kejuaraan yang mempertandingkan nomor combined atau kombinasi antara lead (panjat tebing dengan belayer), speed (adu cepat), dan boulder (panjat tebing tanpa pengaman tali) itu, Aries hanya mampu finis di urutan ke-16, sedangkan Alfian menempati posisi ke-13.
Yenny mengatakan bahwa atlet panjat tebing hanya unggul di nomor speed dan tak bisa berbicara banyak pada nomor lead dan boulder. Maka dengan pengajuan sebagai tuan rumah diharapkan bisa menjadi kesempatan terakhir merebut tiket olimpiade.
"Tugas dari federasi adalah mencoba semua peluang yang ada. Ini harus kami ambil sehingga atlet bisa maksimal. Itu yang terpenting, kami coba dulu setipis apapun peluangnya," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Pada saat ini semua pihak fokus pada upaya untuk mengobati dunia yang sedang sakit. Nanti kalau pandemi sudah mereda, kita bisa berlaga dan berkompetisi kembali," ujar Ketua umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI) Yenny Wahid dalam keterangannya di grup perpesanan, Kamis.
Baca juga: Olimpiade Tokyo ditunda ke tahun 2021, FINA jadwal ulang Kejuaraan Dunia Akuatik
Sebelumnya Indonesia mengajukan diri sebagai lokasi penyelenggaraan kejuaraan panjat tebing Asia, setelah IFSC memutuskan untuk memindahkan lokasi dari Morioka, Jepang, pada Mei, ke negara lain dengan alasan kekhawatiran penyebaran virus corona yang mewabah di Negeri Sakura itu.
Baca juga: Kemenpora ingatkan atlet tetap semangat berlatih meski Olimpiade ditunda
Kejuaraan panjat up tebing Asia itu merupakan babak kualifikasi terakhir sebelum Olimpiade 2020, yang juga pada akhirnya ditunda hingga tahun depan. Namun penyakit COVID-19 kini telah menjadi pandemi sesuai dengan yang ditetapkan WHO, membuat IFSC juga harus menunda seluruh kejuaraan internasional.
"Bahkan Marco (Ketua IFSC) menekankan bahwa tebing dan dinding tidak akan bergeser, tetapi virus bisa menjalar kemana-mana. Karenanya menjadi penting sekali kita semua tetap menjaga jarak dan tinggal di rumah," kata dia.
Peluang tim panjat tebing Indonesia sendiri di Olimpiade Tokyo terbilang tipis. Pasalnya, pada ajang kualifikasi IFSC Combined Qualifier di Toulouse, Prancis pada November 2019 lalu, dua atlet andalan yakni Aries Susanti Rahayu dan Alfian M. Fajri gagal tembus enam besar yang merupakan syarat meraih tiket ke pesta olahraga empat tahunan itu.
Pada kejuaraan yang mempertandingkan nomor combined atau kombinasi antara lead (panjat tebing dengan belayer), speed (adu cepat), dan boulder (panjat tebing tanpa pengaman tali) itu, Aries hanya mampu finis di urutan ke-16, sedangkan Alfian menempati posisi ke-13.
Yenny mengatakan bahwa atlet panjat tebing hanya unggul di nomor speed dan tak bisa berbicara banyak pada nomor lead dan boulder. Maka dengan pengajuan sebagai tuan rumah diharapkan bisa menjadi kesempatan terakhir merebut tiket olimpiade.
"Tugas dari federasi adalah mencoba semua peluang yang ada. Ini harus kami ambil sehingga atlet bisa maksimal. Itu yang terpenting, kami coba dulu setipis apapun peluangnya," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020