Masa depan Manchester City di kompetisi-kompetisi Eropa menjadi tidak pasti setelah UEFA (federasi sepak bola Eropa) mengumumkan bahwa klub liga Inggris itu dijatuhi larangan tampil dua musim di Eropa pada Sabtu (15/2).
Selain melarang City bermain dua musim di kompetisi Eropa, klub Inggris tersebut juga didenda sebesar 30 juta euro (sekitar Rp444 miliar).
Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengungkapkan bahwa City bersalah atas "pelanggaran serius" aturan keadilan finansial (FFP). Keputusan ini menandai akhir penyelidikan panjang terhadap keuangan City.
Baca juga: Man City kecewa larangan tampil di Eropa dua musim ke depan
Penyelidikan tersebut diluncurkan setelah munculnya serangkaian tuduhan bahwa City melanggar FFP, yang dirilis oleh media Jerman Der Spiegel pada November 2018. Namun, City membantah telah melakukan kesalahan dan mengumumkan niat mereka untuk mengajukan banding atas keputusan UEFA tersebut.
Berikut adalah linimasa atau kronologi kasus FFP Manchester City berdasarkan rangkuman beIN sports pada Sabtu (15/2):
November 2018: Der Spiegel merilis tuduhan pelanggaran FFP City
Der Spiegel menerbitkan sejumlah artikel yang mengklaim bahwa juara bertahan liga Inggris itu secara terang-terangan melanggar aturan FFP.
Media Jerman tersebut mengaku memperoleh informasi dari narasumber Football Leaks dan mengklaim bahwa City melakukan kesepakatan sponsor senilai jutaan poundsterling dengan perusahaan-perusahaan Abu Dhabi, yang dimiliki oleh Sheik Mansour.
Baca juga: Langgar FFP, Manchester City dilarang tampil di kompetisi Eropa dua musim
Sheik Mansour adalah sosok yang berperan mengubah Manchester City menjadi sesukses sekarang dengan mendatangkan pemain-pemain bintang sejak mengambil alih kepemilikan klub pada 2008. Kesepakatan-kesepakatan sponsor tersebut dianggap berasal dari dana pribadi pemilik klub dan dilakukan agar seolah-olah City aman dari jerat FFP, karena pemasukan mereka positif.
November 2018: UEFA memperingatkan bahwa penyelidikan FFP City dapat dibuka kembali
UEFA mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk membuka kembali penyelidikan 2014, yang membuat City didenda dan memaksa skuatnya dibatasi di Liga Champions, bila "informasi baru terbukti."
"Kami sedang menilai situasi. Kami memiliki badan independen yang menanganinya. Segera Anda akan mendapat jawaban tentang apa yang akan terjadi dalam kasus ini," ujar Ceferin.
Baca juga: PSG geser Manchester City sebagai klub dengan finansial terkuat
Maret 2019: UEFA secara resmi melakukan penyelidikan
Hampir setahun yang lalu UEFA secara resmi memulai investigasi terhadap tuduhan dari Der Spiegel, dengan ketua Badan Pengendalian Finansial Klub (CFCB) sekaligus mantan perdana menteri Belgia Yves Leterme memperingatkan bahwa City bisa mendapatkan "hukuman terberat."
Hukuman tersebut berupa "pelarangan bermain dari kompetisi-kompetisi UEFA." dan City merespons tuduhan itu dengan membantah telah melakukan kesalahan.
"Tuduhan penyimpangan keuangan sepenuhnya salah. Laporan (keuangan) klub diterbitkan penuh dan lengkap serta mematuhi hukum dan peraturan."
Mei 2019: City merespons terhadap laporan larangan bermain
Setelah sebuah laporan muncul di New York Times bahwa City terancam berkompetisi di UEFA selama satu tahun, klub merilis pernyataan yang mengungkapkan kekhawatiran bahwa "itikad baik" mereka untuk bekerja sama dalam penyelidikan UEFA itu dapat "disalahgunakan."
Mei 2019: City mengecam "proses penyelidikan"
Leterme pada awal tahun 2019 dalam sebuah wawancara dengan majalah Belgia Sport and Strategy mengatakan bahwa City harus mendapatkan larangan bermain dari kompetisi UEFA bila tuduhan itu terbukti benar.
City dalam sebuah pernyataan mengecam proses penyelidikan CFCB dan menyebutnya terlalu menyudutkan mereka setelah hasil investigasi diserahkan ke UEFA untuk pengambilan keputusan akhir.
November 2019: City bisa terhindar dari larangan UEFA
Menjelang akhir tahun lalu, UEFA dilaporkan kesulitan untuk menegakkan peraturan FFP dan City bisa terhindar dari larangan serta hanya akan didenda.
Baca juga: Guardiola bakal dipecat jika City tidak juara Liga Champions
November 2019: CAS menolak pengajuan banding City
Pada Juni tahun lalu, City mengajukan banding terhadap penyelidikan UEFA terkait dugaan pelanggaran FFP ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Namun, lima bulan kemudian CAS memutuskan bahwa banding City "tidak dapat diterima" karena UEFA belum memberikan keputusan akhir tentang kasus tersebut.
Februari 2020: UEFA menjatuhkan hukuman kepada City
Setelah proses yang panjang, UEFA mengumumkan bahwa City mendapatkan hukuman larangan bertanding selama dua tahun di kompetisi Eropa dan denda 30 juta euro.
City kembali mempertanyakan proses investigasi tersebut dan mengumumkan niat mereka untuk melakukan banding ke CAS "secepat mungkin."
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Selain melarang City bermain dua musim di kompetisi Eropa, klub Inggris tersebut juga didenda sebesar 30 juta euro (sekitar Rp444 miliar).
Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengungkapkan bahwa City bersalah atas "pelanggaran serius" aturan keadilan finansial (FFP). Keputusan ini menandai akhir penyelidikan panjang terhadap keuangan City.
Baca juga: Man City kecewa larangan tampil di Eropa dua musim ke depan
Penyelidikan tersebut diluncurkan setelah munculnya serangkaian tuduhan bahwa City melanggar FFP, yang dirilis oleh media Jerman Der Spiegel pada November 2018. Namun, City membantah telah melakukan kesalahan dan mengumumkan niat mereka untuk mengajukan banding atas keputusan UEFA tersebut.
Berikut adalah linimasa atau kronologi kasus FFP Manchester City berdasarkan rangkuman beIN sports pada Sabtu (15/2):
November 2018: Der Spiegel merilis tuduhan pelanggaran FFP City
Der Spiegel menerbitkan sejumlah artikel yang mengklaim bahwa juara bertahan liga Inggris itu secara terang-terangan melanggar aturan FFP.
Media Jerman tersebut mengaku memperoleh informasi dari narasumber Football Leaks dan mengklaim bahwa City melakukan kesepakatan sponsor senilai jutaan poundsterling dengan perusahaan-perusahaan Abu Dhabi, yang dimiliki oleh Sheik Mansour.
Baca juga: Langgar FFP, Manchester City dilarang tampil di kompetisi Eropa dua musim
Sheik Mansour adalah sosok yang berperan mengubah Manchester City menjadi sesukses sekarang dengan mendatangkan pemain-pemain bintang sejak mengambil alih kepemilikan klub pada 2008. Kesepakatan-kesepakatan sponsor tersebut dianggap berasal dari dana pribadi pemilik klub dan dilakukan agar seolah-olah City aman dari jerat FFP, karena pemasukan mereka positif.
November 2018: UEFA memperingatkan bahwa penyelidikan FFP City dapat dibuka kembali
UEFA mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk membuka kembali penyelidikan 2014, yang membuat City didenda dan memaksa skuatnya dibatasi di Liga Champions, bila "informasi baru terbukti."
"Kami sedang menilai situasi. Kami memiliki badan independen yang menanganinya. Segera Anda akan mendapat jawaban tentang apa yang akan terjadi dalam kasus ini," ujar Ceferin.
Baca juga: PSG geser Manchester City sebagai klub dengan finansial terkuat
Maret 2019: UEFA secara resmi melakukan penyelidikan
Hampir setahun yang lalu UEFA secara resmi memulai investigasi terhadap tuduhan dari Der Spiegel, dengan ketua Badan Pengendalian Finansial Klub (CFCB) sekaligus mantan perdana menteri Belgia Yves Leterme memperingatkan bahwa City bisa mendapatkan "hukuman terberat."
Hukuman tersebut berupa "pelarangan bermain dari kompetisi-kompetisi UEFA." dan City merespons tuduhan itu dengan membantah telah melakukan kesalahan.
"Tuduhan penyimpangan keuangan sepenuhnya salah. Laporan (keuangan) klub diterbitkan penuh dan lengkap serta mematuhi hukum dan peraturan."
Mei 2019: City merespons terhadap laporan larangan bermain
Setelah sebuah laporan muncul di New York Times bahwa City terancam berkompetisi di UEFA selama satu tahun, klub merilis pernyataan yang mengungkapkan kekhawatiran bahwa "itikad baik" mereka untuk bekerja sama dalam penyelidikan UEFA itu dapat "disalahgunakan."
Mei 2019: City mengecam "proses penyelidikan"
Leterme pada awal tahun 2019 dalam sebuah wawancara dengan majalah Belgia Sport and Strategy mengatakan bahwa City harus mendapatkan larangan bermain dari kompetisi UEFA bila tuduhan itu terbukti benar.
City dalam sebuah pernyataan mengecam proses penyelidikan CFCB dan menyebutnya terlalu menyudutkan mereka setelah hasil investigasi diserahkan ke UEFA untuk pengambilan keputusan akhir.
November 2019: City bisa terhindar dari larangan UEFA
Menjelang akhir tahun lalu, UEFA dilaporkan kesulitan untuk menegakkan peraturan FFP dan City bisa terhindar dari larangan serta hanya akan didenda.
Baca juga: Guardiola bakal dipecat jika City tidak juara Liga Champions
November 2019: CAS menolak pengajuan banding City
Pada Juni tahun lalu, City mengajukan banding terhadap penyelidikan UEFA terkait dugaan pelanggaran FFP ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Namun, lima bulan kemudian CAS memutuskan bahwa banding City "tidak dapat diterima" karena UEFA belum memberikan keputusan akhir tentang kasus tersebut.
Februari 2020: UEFA menjatuhkan hukuman kepada City
Setelah proses yang panjang, UEFA mengumumkan bahwa City mendapatkan hukuman larangan bertanding selama dua tahun di kompetisi Eropa dan denda 30 juta euro.
City kembali mempertanyakan proses investigasi tersebut dan mengumumkan niat mereka untuk melakukan banding ke CAS "secepat mungkin."
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020