Krisis ekonomi global mengganggu semua bisnis, tidak terkecuali sektor pariwisata seperti hotel dan usaha makanan yang menjadi oleh - oleh khas daerah Sumut.

Krisis ekonomi membuat pertumbuhan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) tren melambat. Akibatnya, perhotelan dan usaha kecil dan menengah (UMKM) makanan harus bersaing ketat untuk bisa mempertahankan usahanya.

Untuk bisa memenangkan persaingan dan bahkan eksis, salah satu yang dilakukan pengusaha adalah melakukan efisiensi khususnya dalam pengeluaran atau biaya operasional di perusahaan. Ternyata, penggunaan bahan bakar adalah salah satu komponen yang dipilih pengusaha untuk diefisiensikan.

Executive Asistant Manager Hotel Cambridge Medan, Rico Siagian, misalnya, mengakui bahwa manajemen hotel itu memilih melakukan efisiensi dengan mengalihkan penggunaan bahan bakar konvensional menjadi ke layanan gas yang disalurkan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk.

Efisiensi di bahan bakar dinilai tepat, karena meski biaya operasional hotel semakin besar, tetapi manajemen sulit menaikkan tarif akibat persaingan semakin ketat termasuk oleh penjual yang menggunakan sistem online.

"Persaingan industri perhotelan yang semakin ketat memaksa pengelola hotel berpikir keras menyiasati biaya operasional dan efisiensi di bahan bakar dinilai penting dan terbukti efektif," katanya, Senin.      

Rico mengakui, evaluasi pemangkasan biaya operasional sudah dilakukan manajemen Cambridge sejak empat tahun lalu dan penggantian bahan bakar konvensional ke gas dinilai semakin mengefektifkan efisiensi perusahaan tanpa mengurangi pelayanan.    
  
Dia menjelaskan, dengan pemanfaatan gas PGN untuk memasak dan laundry, Hotel Cambridge mampu menghemat hingga 40 persen dari biaya yang biasanya dikeluarkan untuk penyediaan bahan bakar konvensional.

"Pengurangan biaya operasional membuat Cambridge bisa bertahan dan bahkan eksis menjalankan bisnis hotel," ujar Rico.

Penggunaan gas PGN yang menguntungkan itu juga diakui pengusaha UMKM Bika Ambon yang dikenal sebagai salah satu oleh - oleh khas Medan.

Ahong, pengusaha Lapis Legit Bika Ambon Sumatera di Jalan Mojopahit Medan menegaskan, dirinya sangat merasakan keuntungan dengan menggunakan gas PGN sejak tahun 2001.

"Ada pemangkasan pengeluaran biaya operasional bahan bakar hingga 50 persen setelah beralih ke gas PGN," katanya.

Penghematan biaya operasional tentu saja sangat membantu kesiapan Bika Sumatera itu untuk bersaing di bisnis makanan oleh - oleh tersebut.

Tidak jauh berbeda dengan Cambridge dan pengusaha Bika Ambon yang masuk kelompok pelanggan komersial, pengusaha cetakan sarung tangan PT Mark Dynamics Indonesia, Tbk sebagai pelanggan industri juga merasakan keuntungan menggunakan gas PGN.

Bahkan, kata Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia, Ridwan Goh, dengan penggunaan gas PGN, perusahaan yang sudah listing di lantai bursa itu semakin eksis di pasar ekspor. "Bukan hanya biaya operasional dari bahan bakar yang jauh menurun, tapi pascapenggunaan gas PGN meningkatkan keselamatan kerja dan menepis isu negatif gangguan lingkungan," ujarnya.

Saat ini, PT Mark Dynamic menggunakan 9.900 MMBTU untuk pabrik lamanya dan 2.588 MMBTU di pabrik baru. Pabrik lama PT Mark berlangganan gas sejak 2003 dan yang baru mulai November 2019.

"Dengan menggunakan gas banyak sekali keuntungan seperti ramah lingkungan dan jaminan pasokan sehingga produk cetakan sarung tangan asal Sumut semakin eksis di pasar luar negeri.

Sales Area Head Medan PGN, Saeful Hadi, mengatakan, layanan PGN memang mempunyai keunggulan.       Selain harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan sumber energi konvensional lainnya, terdapat jaminan stabilitas pasokan.      

"Penggunaan gas PGN  menguntungkan pelaku usaha di semua segmen, mulai dari jasa seperti perhotelan hingga industri manufaktur,” ujar Saeful Hadi.      

Saeful menyebutkan, dari tiga kelompok pelanggan, pelanggan komersial naik cukup banyak. Kalau pada 2017, jumlah pelanggan gas masih 61, naik lagi di 2018 menjasi 77 dan 2019 sejumlah 87 perusahaan.

Sementara pelanggan industri pada 2018 naik dua atau 47 perusahaan dan tetap 47 di 2019. Berdasarkan jumlah gas yang dipakai untuk komersial di 2018 mencapai 0,41 BBTUD dan industri 10, 99 BBUTD.

Dalam melaksanakan perannya sebagai Subholding Gas Bumi secara berkelanjutan, PGN menunjukkan keseriusan, mulai dari penjagaan sikap untuk menjaga komunikasi dengan pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya hingga penyediaan gas elpiji itu.
       
Lingkungan kerja juga diharapkan dapat menyokong upaya PGN dalam melaksanakan perannya sebagai Subholding Gas Bumi secara berkelanjutan. Di satu sisi, diharapkan dapat menuntun PGN untuk mencapai target-target pembangunan dan pengembangan infrastruktur ke depannya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019