Informasi maupun berita yang ramai beredar di media sosial tentang harimau sumatera berkeliaran di daerah Duri, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, ternyata tidak benar atau hoaks.
Wartawan Antara di Pekanbaru telah melakukan klarifikasi kepada aktivis lingkungan dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Senin, yang menyatakan bahwa tidak benar informasi yang beredar tersebut merupakan sosok harimau sumatera (panthera tigris sumatrae).
"Kalau dari jejak, itu tapir bukan harimau. Tapi informasi beredar di masyarakat sudah ditambah-tambahin. Misalkan ada yang lihat jejak, orang bilang jejak harimau, jadi bertambah-tambah," kata Direktur Program Rimba Satwa Foundation (RSF), Zulhusni, ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Senin.
Baca juga: Harimau Sumatera berkeliaran dekat fasilitas minyak di Siak Riau
Ia mengatakan informasi yang salah tentang harimau sumatera tersebut kini menjadi perhatian cukup serius dari pihak kelurahan, kepolisian, dan aktivis seperti RSF dan Hipam.
Menurut dia, informasi hoaks yang meresahkan masyarakat ini bukan pertama kali terjadi di daerah itu.
Penyebaran berita hoaks tersebut menyebar luas via media sosial. Ada pihak yang menghebohkan isu tersebut dengan mengaitkannya dengan kasus harimau di Pagar Alam Provinsi Sumatera Barat, Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, dan Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Baca juga: Laporan harimau berkeliaran, warga Siak resah
"Di media sosial itu dibesar-besarkan, disangkutpautkan, misalkan video (harimau) di Kampar itu dibilang di Duri dan jadi heboh," ujarnya.
Kejadian terbaru yaitu ketika pegawai perusahaan PT Supraco mengaku mendengar suara harimau di dekat Polsek Mandau, daerah Duri, Bengkalis.
Ia mengatakan tim dari Hipam kebetulan sedang patroli di daerah itu mengidentifikasi gajah sumatera liar, bukan harimau.
"Jelas-jelas itu suara gajah, tapi karena sudah halusinasi karena takut, suara gajah dibilang suara harimau," katanya.
Ia menyayangkan informasi hoaks yang beredar merugikan masyarakat setempat karena warga kini takut untuk pergi ke ladang.
Sementara itu, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau juga memastikan bahwa informasi harimau di daerah Duri adalah tidak benar.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BBKSDA Riau, Bintang Hutajulu, mengatakan berita tentang harimau di daerah tersebut sudah menyebar sejak dua minggu lalu.
Tim dari BBKSDA Riau sudah melakukan pengecekan ke lokasi, ternyata yang ditemukan warga bukan jejak harimau.
"Sudah kita tindak lanjuti, ternyata jejak tapir. Namun masyarakat masih saja kurang percaya, padahal sudah kita sosialisasikan ke RT, RW, Babinkamtibnas, dan masyarakat yang ketemu diduga Harimau. Tapi tidak apalah ada peringatan dari lurah, sehingga masyarakat beraktifitas secara hati-hati dan juga tidak asal memburu satwa liar dilindungi maupun tidak dilindungi," kata Bintang Hutajulu.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Wartawan Antara di Pekanbaru telah melakukan klarifikasi kepada aktivis lingkungan dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Senin, yang menyatakan bahwa tidak benar informasi yang beredar tersebut merupakan sosok harimau sumatera (panthera tigris sumatrae).
"Kalau dari jejak, itu tapir bukan harimau. Tapi informasi beredar di masyarakat sudah ditambah-tambahin. Misalkan ada yang lihat jejak, orang bilang jejak harimau, jadi bertambah-tambah," kata Direktur Program Rimba Satwa Foundation (RSF), Zulhusni, ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Senin.
Baca juga: Harimau Sumatera berkeliaran dekat fasilitas minyak di Siak Riau
Ia mengatakan informasi yang salah tentang harimau sumatera tersebut kini menjadi perhatian cukup serius dari pihak kelurahan, kepolisian, dan aktivis seperti RSF dan Hipam.
Menurut dia, informasi hoaks yang meresahkan masyarakat ini bukan pertama kali terjadi di daerah itu.
Penyebaran berita hoaks tersebut menyebar luas via media sosial. Ada pihak yang menghebohkan isu tersebut dengan mengaitkannya dengan kasus harimau di Pagar Alam Provinsi Sumatera Barat, Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, dan Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Baca juga: Laporan harimau berkeliaran, warga Siak resah
"Di media sosial itu dibesar-besarkan, disangkutpautkan, misalkan video (harimau) di Kampar itu dibilang di Duri dan jadi heboh," ujarnya.
Kejadian terbaru yaitu ketika pegawai perusahaan PT Supraco mengaku mendengar suara harimau di dekat Polsek Mandau, daerah Duri, Bengkalis.
Ia mengatakan tim dari Hipam kebetulan sedang patroli di daerah itu mengidentifikasi gajah sumatera liar, bukan harimau.
"Jelas-jelas itu suara gajah, tapi karena sudah halusinasi karena takut, suara gajah dibilang suara harimau," katanya.
Ia menyayangkan informasi hoaks yang beredar merugikan masyarakat setempat karena warga kini takut untuk pergi ke ladang.
Sementara itu, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau juga memastikan bahwa informasi harimau di daerah Duri adalah tidak benar.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BBKSDA Riau, Bintang Hutajulu, mengatakan berita tentang harimau di daerah tersebut sudah menyebar sejak dua minggu lalu.
Tim dari BBKSDA Riau sudah melakukan pengecekan ke lokasi, ternyata yang ditemukan warga bukan jejak harimau.
"Sudah kita tindak lanjuti, ternyata jejak tapir. Namun masyarakat masih saja kurang percaya, padahal sudah kita sosialisasikan ke RT, RW, Babinkamtibnas, dan masyarakat yang ketemu diduga Harimau. Tapi tidak apalah ada peringatan dari lurah, sehingga masyarakat beraktifitas secara hati-hati dan juga tidak asal memburu satwa liar dilindungi maupun tidak dilindungi," kata Bintang Hutajulu.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019