Tambang Emas Martabe mengajak tiga orang pemenang Journalistic Martabe Award 2019 untuk studi banding ke bekas tambang PT Newmont Minahasa Raya (PTNMR) di Desa Ratatotok Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, 26-30 November 2019.

Tujuan studi banding itu guna melihat langsung bagaimana kondisi bekas tambang emas Newmont yang sudah berhasil direklamasi menjadi kebun raya.

Ketiga wartawan yang menjadi pemenang lomba karya tulis Martabe itu adalah Dudi Rahman, Jason Gultom dan Mega Sihombing.

Mereka tak menyangka bahwa lokasi bekas tambang besar itu sudah menjadi hutan pepohonan bahkan kini menjadi kebun raya yang diberi nama Kebun Raya Megawati Soekarno Putri.

“Biasanya lahan bekas tambang menyisakan tanah gersang dan pemandangan yang kurang menarik. Namun setelah kami melihat langsung reklamasi yang dilakukan PT Newmont Minahasa Raya (PTNMR) ini, kami sangat kagum seakan-akan di lahan ini tidak pernah terjadi penambangan emas,” ungkap ketiganya.

Sementara itu menurut mantan karyawan PT Newmont Minahasa Raya, Johnlie Gijoh (50), yang turut mendampingi rombongan Martabe menjelaskan, bahwa proses penambangan yang dilakukan Newmont di Desa Ratatotok mulai tahun 1986 sampai dengan tahun 2004. Sesudah itu Newmont melakukan reklamasi lahan tahun 2005.
 
Kondisi bekas tambang PT Newmont Minahasa Raya yang tampak rimbun dengan pepohonan setelah direklamasi. (ANTARA/Jason Gultom)

Ada pun luas lahan kontrak karya yang dikantongi PT Newmont Minahasa Raya menurut Johnlie sekitar 400 hektare, dan yang dijadikan sebagai kebun raya seluas 221 hektare.

Dijadikannya bekas tambang itu sebagai kebun raya sesuai dengan misi dari tambang Newmont agar ada warisan dari tambang untuk dimanfaatkan masyarakat dan lingkungan yang ada di Desa Ratatotok dan Buyat secara khusus, umumnya bagi masyarakat Minahasa Tenggara.

Di hutan raya bekas tambang PTNMR ini ada sekitar 83 jenis tumbuhan bawah, 53 jenis tumbuhan tingkat tiang, dan 55 jenis tumbuhan tingkat pohon. Di tempat itu juga dapat ditemukan pohon karumama, rao, kenari, kayu telor, kenanga, kayu manis, gamal, lamtoro, tangkele, mahoni, dan ketapang.

Demikian juga dengan burung ada sekitar 74 jenis burung yang menetap dan mengunjungi kawasan itu, seperti burung kacamata dahi hitam, kutilang, uncal ambon, cerek, kepondang kuduk hitam, cabai panggul hitam, kadalan Sulawesi, tiong lampu, dan srigunting jambul rambut.

Selain menjadikan lokasi bekas tambang sebagai kawasan hutan raya, Newmont juga mendirikan 3 yayasan yang memiliki peran untuk membangun masyarakat sekitar di bidang pendidikan, kesehatan, dan juga peningkatakan ekonomi.

Salah satu dari yayasan itu adalah Yayasan Ratatotok-Buyat yang disingkat dengan RAKYAT. Yayasan ini memperoleh dana hibah dari PT Newmont sebesar Rp8 miliar, yang peruntukannya membangun masyarakat di sektor pendidikan, kesehatan dan peningkatan ekonomi rakyat.

“Yayasan kami ini bergerak di bidang peningkatan pendidikan, kesehatan dan pendampingan peningkatan ekonomi. Kami sudah memberikan beasiswa khusus jurusan keperawatan dan guru sampai tamat. Pemberian modal usaha bagi koperasi dengan bunga yang cukup rendah. Semua laporan keuangan dana hibah ini dipantau oleh pihak Newmont dan laporannya juga harus jelas,” kata Henny Turang selaku Ketua Yayasan RAKYAT.

Diakuinya, jika tambang itu dikelola dengan baik dan benar seperti yang dilakukan Newmont maka akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat, karena berbagai sarana dan fasilitas serta infrastruktur dibangun pihak tambang yang muaranya terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.

“Mungkin kalau Newmont tidak menambang di daerah kami ini, maka kehidupan ekomi masyarakat pasti tidak seperti sekarang ini pesatnya. Untuk itu kami berpesan tidak perlu takut kalau ada usaha tambang di daerah kita, karena itu akan membawa berkah asalkan dikelola dengan baik dan benar,” ungkapnya.
 
Salah satu Pit Tambang Emas Newmont yang sudah direklamasi (ANTARA/HO)

Sementara itu Manajer Senior Komunikasi Korporat Tambang Emas Martabe, Katarina Siburian Handono yang turun  lansung dalam rombongan mengungkapkan, bahwa Martabe juga akan mengikuti langkah-langkah positif yang dilakukan oleh Newmont, seperti reklamasi lahan. Dan itu akan terlihat lima puluh tahun berikutnya karena izin Martabe masih panjang. Artinya, jangan alergi dengan tambang karena manfaatnya lebih banyak dari pada mudaratnya asal dikelola dengan baik dan benar.

“Hal itu juga yang saya sampaikan ke lingkungan sekitar saya, kepada keluarga dan anak-anak saya, agar tidak alergi terhadap tambang. Karena masih dapat saya bayangkan bagaimana 10 tahun lalu saya datang ke Batangtoru yang ada itu masih kebun karet. Tetapi baru beberapa tahun Martabe beroperasi di sana, perkembangan ekonomi cukup pesat. Bahkan bank-bank besar sudah buka cabang di sana. Logikanya tidak mungkin bank-bank besar berani buka cabang kalau pertumbuhan ekonomi dan perputaran uang tidak berkembang di Batangtoru,” sebut wanita yang sering disapa Katerin itu.

Ia juga mencontohkan bagaimana 10 tahun lalu untuk mencari ATM harus ke Kota Padangsidimpuan yang jarak tempuhnya lebih kurang 2 jam dari Batangtoru. Tetapi sekarang keluar dari pintu tambang sudah ada ATM dan juga fasilitas lainnya.

“Saya berharap dengan kehadiran teman-teman ke Newmont ini dan juga ke tambang-tambang yang lain serta ke Tambang Martabe, teman-teman wartawan dapat menyaksikan dan menuliskan bagaimana sebenarnya dampak kehadiran tambang itu bagi masyarakat dan pemerintah jika dikelola dengan baik dan benar,” harapnya.

Ketiga wartawan yang diboyong Martabe study banding ke Newmont Minahasa adalah juara 1-3 lomba karya tulis Tambang Emas Martabe 2019. Dudi Rahman dari Media Dunia Energi Jakarta keluar sebagai juara 1, Sahat Jason Gultom dari LKBN ANTARA Biro Sumut sebagai juara 2 dan Mega Sihombing dari Radio KISS FM Medan sebagai juara 3. Turut mendampingi rombongan  Reni Radhan selaku
Public Relations Manager dan Nova.

 

Pewarta: Jason Gultom

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019