Petinju AS Deontay Wilder melancarkan pukulan keras dengan tangan kanannya untuk merobohkan Luis Ortiz pada ronde ketujuh dan mempertahankan gelar kelas berat versi Dewan Tinju Dunia WBC.
Wilder yang berusia 34 tahun tetap berada di jalur untuk mencapai targetnya menyatukan keempat sabuk juara dunia kelas berat meskipun Ortiz lebih mendominasi, sebelum jatuh karena sebuah pukulan dahsyat di MGM Grand Hotel di Las Vegas, Sabtu malam.
"Ketika saya melancarkan pukulan yang tepat, itu artinya selamat tidur sayang," kata Wilder.
Tak terkalahkan dalam 43 pertarungan, Wilder menunjukkan mengapa ia secara luas dianggap sebagai petinju dengan pukulan paling berbahaya di kelas berat yang kini populer kembali.
Petinju berjuluk "Bronze Bomber" itu tercatat bisa mempertahankan gelar ke-10 berturut-turut, setara dengan Muhammad Ali yang mencapai prestasi itu antara 1974 dan 1978. Hanya empat petinju kelas berat dalam sejarah yang bisa lebih dari 10 kali mempertahankan gelar berturut-turut.
Wilder menunggu dengan sabar untuk momen besarnya itu dan akhirnya tiba, hanya sembilan detik sebelum ronde ketujuh selesai..
Dia mengkombinasikan jab dengan sebuah pukulan lurus yang membuat kepala Ortiz tersentak ke belakang dan tubuhnya menabrak tali sebelum jatuh di kanvas.
"Itu benar-benar pukulan yang dimaksudkan untuk melukai," kata petinju Amerika itu seperti dikutip AFP.
"Saya mengurungnya di sudut kanan, kaki saya menapak dengan sempurna dan saya merasakan putaran tenaga."
Ortiz mencoba bangkit tetapi dia jelas tidak bisa melanjutkan. Pertarungan selesai pada 2 menit 51 detik ronde ketujuh.
Ini merupakan partai pengulangan dari pertarungan mereka pada 2018 ketika Wilder berjuang mengatasi kesulitan untuk kemudian menghentikan lawannya pada ronde ke-10.
Kemenangan Wilder membuka jalan untuk pertarungan ulang yang mahal melawan Tyson Fury yang dijadwalkan untuk Februari 2020.
Jika ia bisa melalui pertarungan itu, maka dapat berlanjut pada laga penyatuan gelar melawan pemenang pertandingan ulang bulan depan antara Anthony Joshua dan Andy Ruiz di Arab Saudi untuk memperebutkan tiga sabuk kelas berat utama lainnya.
Pertarungan melawan Fury, dan Ruiz atau Joshua, akan menghasilkan jutaan dolar untuk Wilder.
Dua tahun terakhir tinju kelas berat telah memberikan banyak pertarungan yang membangkitkan semangat dan perhatian baru, berbeda dengan 15 tahun sebelumnya yang didominasi oleh Klitschko bersaudara.
"Saya mengincar pertarungan penyatuan gelar," kata Wilder. "Saya ingin ada satu juara, satu wajah, satu nama yang tertulis Deontay Wilder.
"Divisi kelas berat terlalu kecil untuk begitu banyak sabuk yang tersisa. Seharusnya hanya menjadi satu juara dan saya pikir saya adalah pria yang sempurna untuk pekerjaan itu."
Ortiz yang berusia 40 tahun, yang sebelumnya mencatat tiga kemenangan beruntun, berusaha menjadi orang Kuba pertama yang memenangkan gelar kelas berat dunia.
"Ini tinju. Saya memberi tahu semua orang bahwa pertarungan itu tidak akan berlangsung 12 ronde," kata Ortiz.
Ortiz mendominasi ronde-ronde awal. Dia tampil agresif sejak bel pertama dan sempat mendaratkan pukulan hook kiri ke wajah Wilder di ronde awal.
Ortiz juga mengalami luka di area pelipis kanannya di ronde pembukaan karena benturan kepala yang tidak disengaja. Tapi ada sedikit aliran darah dan staf di sudut ringnya berhasil mengatasi luka itu.
Kedua petinju saling menunggu di awal-awal ronde kedua, dan hingga memasuki ronde ketiga Ortiz unggul dalam pengumpulan angka karena lebih aktif.
Ortiz mendaratkan pukulan keras di ronde keempat yang membuat penonton bergemuruh, sekaligus membangkitkan semangat Wilder , yang memukul-mukul dadanya sendiri, .
Ortiz mencoba bertarung lebih dekat dan memperhatikan pertahanannya sementara Wilder terus-menerus mencari kesempatan pukulan KO dan berharap Ortiz pada akhirnya akan lelah sendiri.
Kesempatan itu muncul di ronde ketujuh ketika Ortiz mendekat ke jangkauan pukulan, dan terkena pukulan keras yang mengirimnya ke alam mimpi.
"Saya tidak peduli kehilangan angka di ronde-ronde sebelumnya karena ini pertarungan 12 putaran," kata Wilder. "Saya ingin mengatur waktu pukulan saya dan melakukan hal yang benar.
"Saya harus menggerakkan Ortiz secara strategis. Harus menghitung waktu sendiri dan menghitung pukulan. Itu adalah perang."
Ortiz tidak begitu yakin pertarungan harus dihentikan meskipun dia nyaris tidak berhasil berdiri setelah terjatuh.
"Saya masih sadar. Ketika hitungan ketujuh saya masih mencoba untuk bangun. Mungkin hitungan lebih cepat dari yang saya kira," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Wilder yang berusia 34 tahun tetap berada di jalur untuk mencapai targetnya menyatukan keempat sabuk juara dunia kelas berat meskipun Ortiz lebih mendominasi, sebelum jatuh karena sebuah pukulan dahsyat di MGM Grand Hotel di Las Vegas, Sabtu malam.
"Ketika saya melancarkan pukulan yang tepat, itu artinya selamat tidur sayang," kata Wilder.
Tak terkalahkan dalam 43 pertarungan, Wilder menunjukkan mengapa ia secara luas dianggap sebagai petinju dengan pukulan paling berbahaya di kelas berat yang kini populer kembali.
Petinju berjuluk "Bronze Bomber" itu tercatat bisa mempertahankan gelar ke-10 berturut-turut, setara dengan Muhammad Ali yang mencapai prestasi itu antara 1974 dan 1978. Hanya empat petinju kelas berat dalam sejarah yang bisa lebih dari 10 kali mempertahankan gelar berturut-turut.
Wilder menunggu dengan sabar untuk momen besarnya itu dan akhirnya tiba, hanya sembilan detik sebelum ronde ketujuh selesai..
Dia mengkombinasikan jab dengan sebuah pukulan lurus yang membuat kepala Ortiz tersentak ke belakang dan tubuhnya menabrak tali sebelum jatuh di kanvas.
"Itu benar-benar pukulan yang dimaksudkan untuk melukai," kata petinju Amerika itu seperti dikutip AFP.
"Saya mengurungnya di sudut kanan, kaki saya menapak dengan sempurna dan saya merasakan putaran tenaga."
Ortiz mencoba bangkit tetapi dia jelas tidak bisa melanjutkan. Pertarungan selesai pada 2 menit 51 detik ronde ketujuh.
Ini merupakan partai pengulangan dari pertarungan mereka pada 2018 ketika Wilder berjuang mengatasi kesulitan untuk kemudian menghentikan lawannya pada ronde ke-10.
Kemenangan Wilder membuka jalan untuk pertarungan ulang yang mahal melawan Tyson Fury yang dijadwalkan untuk Februari 2020.
Jika ia bisa melalui pertarungan itu, maka dapat berlanjut pada laga penyatuan gelar melawan pemenang pertandingan ulang bulan depan antara Anthony Joshua dan Andy Ruiz di Arab Saudi untuk memperebutkan tiga sabuk kelas berat utama lainnya.
Pertarungan melawan Fury, dan Ruiz atau Joshua, akan menghasilkan jutaan dolar untuk Wilder.
Dua tahun terakhir tinju kelas berat telah memberikan banyak pertarungan yang membangkitkan semangat dan perhatian baru, berbeda dengan 15 tahun sebelumnya yang didominasi oleh Klitschko bersaudara.
"Saya mengincar pertarungan penyatuan gelar," kata Wilder. "Saya ingin ada satu juara, satu wajah, satu nama yang tertulis Deontay Wilder.
"Divisi kelas berat terlalu kecil untuk begitu banyak sabuk yang tersisa. Seharusnya hanya menjadi satu juara dan saya pikir saya adalah pria yang sempurna untuk pekerjaan itu."
Ortiz yang berusia 40 tahun, yang sebelumnya mencatat tiga kemenangan beruntun, berusaha menjadi orang Kuba pertama yang memenangkan gelar kelas berat dunia.
"Ini tinju. Saya memberi tahu semua orang bahwa pertarungan itu tidak akan berlangsung 12 ronde," kata Ortiz.
Ortiz mendominasi ronde-ronde awal. Dia tampil agresif sejak bel pertama dan sempat mendaratkan pukulan hook kiri ke wajah Wilder di ronde awal.
Ortiz juga mengalami luka di area pelipis kanannya di ronde pembukaan karena benturan kepala yang tidak disengaja. Tapi ada sedikit aliran darah dan staf di sudut ringnya berhasil mengatasi luka itu.
Kedua petinju saling menunggu di awal-awal ronde kedua, dan hingga memasuki ronde ketiga Ortiz unggul dalam pengumpulan angka karena lebih aktif.
Ortiz mendaratkan pukulan keras di ronde keempat yang membuat penonton bergemuruh, sekaligus membangkitkan semangat Wilder , yang memukul-mukul dadanya sendiri, .
Ortiz mencoba bertarung lebih dekat dan memperhatikan pertahanannya sementara Wilder terus-menerus mencari kesempatan pukulan KO dan berharap Ortiz pada akhirnya akan lelah sendiri.
Kesempatan itu muncul di ronde ketujuh ketika Ortiz mendekat ke jangkauan pukulan, dan terkena pukulan keras yang mengirimnya ke alam mimpi.
"Saya tidak peduli kehilangan angka di ronde-ronde sebelumnya karena ini pertarungan 12 putaran," kata Wilder. "Saya ingin mengatur waktu pukulan saya dan melakukan hal yang benar.
"Saya harus menggerakkan Ortiz secara strategis. Harus menghitung waktu sendiri dan menghitung pukulan. Itu adalah perang."
Ortiz tidak begitu yakin pertarungan harus dihentikan meskipun dia nyaris tidak berhasil berdiri setelah terjatuh.
"Saya masih sadar. Ketika hitungan ketujuh saya masih mencoba untuk bangun. Mungkin hitungan lebih cepat dari yang saya kira," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019