Puluhan peternak ayam pedaging (broiler) di Kepulauan Nias, Sumatera Utara mengalami kerugian dan terancam gulung tikar akibat masuknya pasokan ayam dari Kota Sibolga.

"Pemerintah Kota Gunungsitoli kita harapkan menertibkan oknum pemasok ayam broiler dari luar Pulau Nias itu," ucap Serius Harefa salah seorang peternak ayam broiler di Kota Gunungsitoli, Rabu.

Menurut dia, mereka sejumlah peternak ayam di Pulau Nias telah melayangkan surat kepada Wali Kota Gunungsitoli melalui Sekretaris Daerah Kota Gunungsitoli tanggal 24 Oktober 2019.

Mereka meminta Pemkot Gunungsitoli menertibkan dan mencari solusi terbaik atas apa yang mereka alami saat ini akibat masuknya ayam broiler dari Sibolga.

"Kami belakangan ini mengalami kerugian karena ayam ternakan kami tidak laku lagi dan kami terancam gulung tikar," ungkapnya.

Dia memberitahu, selain merugi, mereka juga resah dengan masuknya ayam broiler dari luar Pulau Nias.

Ayam ayam tersebut yang masuk ke Pulau nias belum menjalani proses karantina, dan dipastikan bisa membawa wabah penyakit seperti flu burung ke Pulau Nasi, katanya.

Peternak ayam lainnya Ama Candra juga mengatakan hal yang sama, dimana saat ini dia mengaku sudah rugi karena ayam ternakannya tidak laku.

"Masuknya ayam broiler dari luar pulau Nias sebabkan ayam ternakan kami tidak laku karena lebih mahal," keluhnya.

Dari Ama Candra diketahui jika selama ini mereka menjual ayam ternakan mereka kepada penggalas seharga
Rp 26.000 sampai Rp 28.000 per kilogram.

Penggalas juga menjemput dan menimbang ayam yang mereka beli di tempat atau lokasi peternakan.

"Pemasok dari luar Pulau Nias langsung mengantar dan menimbang ayam yang mereka jual di lokasi atau tempat para penggalas berjualan," ucapnya.

Selain itu, pemasok dari luar menjual ayam jauh lebih murah atau seharga Rp 21.000 sampai Rp 22.000/kilogram kepada para penggalas di empat kabupaten/kota di Pulau Nias.

"Kami tidak bisa mengikuti harga yang diberikan pemasok dari luar Pulau Nias kepada penggalas karena harga bibit dan pakan ayam di Pulau Nias kami beli cukup mahal," terangnya.

Dia berharap pemerintah di Kepulauan Nias mau mencari solusi agar mereka para peternak ayam yang selama ini menafkahi keluarga dari hasil beternak ayam tidak gulung tikar.

Pewarta: Irwanto

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019