Harga minyak naik sekitar dua persen pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah menteri energi baru Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, mengkonfirmasi ekspektasi bahwa ia akan tetap dengan kebijakan negaranya membatasi produksi minyak mentah untuk mendukung harga.

Pangeran Abdulaziz, putra Raja Saudi Salman dan anggota lama delegasi Saudi untuk Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), menggantikan Khalid al-Falih pada Minggu (8/9/2019).

"Pengumuman akhir pekan tentang perubahan kepemimpinan dalam kementerian perminyakan Saudi disertai dengan saran kuat bahwa pembatasan produksi akan terus berlanjut sampai pasar mencapai keseimbangan yang lebih baik," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik 1,05 dolar AS atau 1,7 persen menjadi ditutup pada 62,59 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik 1,33 dolar AS atau 2,4 persen menjadi menetap di 57,85 dolar AS per barel.

Pangeran Abdulaziz mengatakan pilar kebijakan Arab Saudi tidak akan berubah dan kesepakatan global untuk memotong produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari akan bertahan.

Dia menambahkan bahwa apa yang disebut aliansi OPEC+ antara OPEC dan negara-negara non-anggota termasuk Rusia akan bertahan untuk jangka panjang.

Produksi minyak Rusia pada Agustus melampaui kuota berdasarkan perjanjian OPEC+.

Produksi minyak OPEC pada Agustus naik untuk bulan pertama tahun ini karena pasokan yang lebih tinggi dari Irak dan Nigeria melebihi pengekangan oleh Arab Saudi dan kerugian yang disebabkan oleh sanksi AS terhadap Iran.

Pada Minggu (8/9/2019), Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei mengatakan OPEC dan produsen non-OPEC "berkomitmen" untuk mencapai keseimbangan pasar minyak.

Komite pengawasan bersama kesepakatan OPEC+ akan bertemu pada Kamis (12/9/2019) di Abu Dhabi.

Ketegangan perdagangan dan geopolitik mempengaruhi pasar, kata Mazrouei.

Eksekutif di Konferensi Perminyakan Asia Pasifik tahunan mengatakan pada Senin (9/9/2019) bahwa mereka memperkirakan harga minyak tahun ini akan tertekan oleh ketidakpastian seputar ekonomi global, perang perdagangan AS-China dan meningkatnya pasokan AS.

Di tempat lain, impor minyak mentah China naik sekitar tiga persen pada Agustus dari bulan sebelumnya, data kepabeanan menunjukkan pada Minggu (8/9/2019), didukung oleh pemulihan dalam margin penyulingan meskipun surplus dari produk minyak dan permintaan bertahan.

Amerika Serikat "sangat prihatin" tentang pembelian minyak Iran oleh China, kata Wakil Sekretaris Departemen Energi AS Dan Brouillette, Senin (9/9/2019).

Amerika Serikat tahun lalu menarik diri dari kesepakatan nuklir yang telah dilakukan oleh kekuatan dunia dengan Iran pada 2015, dan menerapkan kembali sanksi untuk mencekik perdagangan minyak vital Iran.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin (9/9/2019) bahwa ia dapat bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dan bahwa ia tidak memiliki masalah dengan pertemuan seperti itu.

Baca juga: Wall Street berakhir beragam di tengah harapan penurunan suku bunga oleh FED

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019