Penyelenggaraan Sail Nias 2019 diklaim berbeda dengan kegiatan sail serupa yang telah digelar sebelumnya karena melibatkan seluruh wilayah, yakni empat kabupaten dan satu kota di Pulau Nias.

"Yang membedakan Sail Nias dengan sail lainnya adalah karena Sail Nias ini melibatkan empat kabupaten dan satu kota. Sail lain titik kegiatannya tidak menyebar," kata Perwakilan Panitia Pelaksana Sail Nias 2019 Taufik Madjid dalam diskusi Explore Sail Nias 2019 di Jakarta, Kamis.

Taufik yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) itu menjelaskan Sail Nias 2019 merupakan acara layar ke 11 yang digelar pemerintah Indonesia sejak 2009 silam.

Meski telah dikenal dunia sebagai titik selancar nomor dua setelah Hawaii, Taufik berharap Nias akan lebih banyak dikenal dan dikunjungi wisatawan setelah perhelatan tersebut.

Baca juga: Pemerintah kebut perbaikan infrastruktur jelang puncak Sail Nias

Baca juga: Menkumham tinjau persiapan Bandara Binaka hadapi Sail Nias 2019

"Harapan kami tidak hanya acara puncaknya yang meriah, tapi setelah penyelenggaraan Nias akan lebih banyak dikunjungi orang," imbuhnya.

Selain acara puncak pada 14 September 2019, rangkaian kegiatan Sail Nias telah dimulai Mei lalu dengan "yacht rally". Selain itu, akan ada festival lompat batu sekepulauan Nias, parade kapal nelayan tradisional, gebyar kopi, hingga lomba voli pantai.

Asisten Deputi Seni Budaya dan Olahraga Bahari Kemenko Maritim Kosmas Harefa mengatakan awalnya kegiatan sail digelar khususnya untuk mendorong percepatan pembangunan di daerah tertinggal selain mempromosikan potensi wisata bahari.

Baca juga: Memastikan perhelatan Sail Nias 2019 mengangkat perekonomian warga

"Lalu, mulai Sail Sabang (2017), tujuannya berubah untuk mengangkat wisata bahari," katanya.

Rangkaian Sail Indonesia pertama kali yang menggunakan nama tujuan akhir adalah Sail Bunaken pada tahun 2009, diikuti Sail Banda (2010), Sail Wakatobi-Belitong (2011), Sail Morotai (2012), Sail Komodo (2013), Sail Rajampat (2014), Sail Tomini (2015), Sail Selat Karimata (2016), dan Sail Sabang (2017), Sail Moyo Tambora (2018) dan Sail Nias (2019).

"Bedanya Sail Nias ini karena disandingkan dengan kejuaraan 'surfing', bukan 'yachter' seperti sail lainnya. Dengan kegiatan ini kami harap Nias akan bangkit wisatanya," pungkas Kosmas.

Baca juga: Sail Nias 2019 diharapkan tak sekadar dongkrak popularitas

Baca juga: Bupati Nias minta dukungan semua pihak sukseskan Sail Nias 2019
 

Pewarta: Ade irma Junida

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019