Warga Dusun Siderojo, Desa Halaban, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, mengalami krisis air bersih. Bahkan, krisis air bersih ini sejak tahun 1980.
"Udah pernah dicoba buat sumur bor. Udah digali sampai tiga ratus meter pun gak keluar juga airnya. Yang ada malah lumpur yang keluar," kata salah seorang warga, Suparmin, saat dijumpai ANTARA di Desa Halaban, Kamis (22/8).
Selama ini penduduk di desa tersebut mengandalkan air hujan untuk kehidupan sehari-hari. Apabila hujan tak kunjung datang, mereka terpaksa mengeluarkan puluhan ribu rupiah hanya untuk mendapatkan air bersih.
Berbagai upaya telah mereka lakukan untuk mendapatkan air bersih, mulai dari membuat sumur bor hingga meminta bantuan dari pemerintah setempat.
Baca juga: ACT Sumut salurkan air bersih atasi kekeringan di Besitang
Namun, upaya mereka yang tinggal di wilayah perbatasan antara Provinsi Sumut-Provinsi Aceh ini, tak kunjung membuahkan hasil.Untuk mengantisipasi kekurangan air, penduduk setempat membangun sumur di rumah masing-masing. Sumur tersebut sebagai tempat untuk menampung air hujan.
"Alhamdulillah terkumpul juga sikit-sikit air hujannya. Bisa untuk dipakai sehari-hari," ujarnya.
Pria berusia 60 tahun ini bercerita, tak jarang penduduk setempat mengalami kondisi kesehatan melemah karena mengkonsumsi air hujan. Hal itu terpaksa mereka abaikan demi memenuhi kebutuhan seperti untuk memasak, mandi, hingga mencuci pakaian.
"Mau gimana lagi, mau enggak mau ya harus pakai air hujan. Sakit pun udah biasa kami, gigi pun mulai keropos. Tapi udah biasa kami, karena udah dari tahun 1980 sejak saya tinggal disini udah susah air bersih," ujarnya.
Ia berharap, pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk memperhatikan penduduk di desa Halaban.
"Walaupun kami enggak di Medan, ya semoga diperhatikanlah," ujarnya sambil tersenyum lebar menampakkan deretan giginya yang mulai berwarna coklat.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019