Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang masih memonitor kondisi lapangan pascagempa dengan magnitudo 7,4 yang telah dimutakhirkan menjadi 6,9 pada Jumat malam, namun sampai saat ini belum mendapat laporan adanya korban maupun kerusakan.
"Kita terus pantau. Korban atau kerusakan belum ada laporan, namun memang masih banyak warga yang bertahan di pengungsian," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Pandeglang Deni Kurnia di Pandeglang, Jumat.
Dia mengatakan bahwa warga yang tinggal di pesisir Pandeglang masih bertahan di pengungsian karena khawatir terjadi gempa susulan dan tsunami.
Ia juga menyatakan pascagempa kepanikan terlihat pada warga Pandeglang, terutama mereka yang tinggal di kawasan pesisir, karena masih trauma dengan tsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018.
"Ada delapan kecamatan di Pandeglang yang berada di kawasan pesisir. Saat terjadi tsunami Selat Sunda, 22 Desember 2018, mereka terdampak bencana itu, jadi masih trauma," ujar dia.
Terkait dengan warga di Kecamatan Sumur, kata dia, sampai saat ini masih mengungsi di pergunungan atau perbukitan.
Baca juga: Presiden Jokowi arahkan petugas cepat tanggulangi dampak gempa Banten
Baca juga: BMKG mutakhirkan gempa Banten bermagnitudo 6,9
Petugas BPBD Pandeglang saat masih bersiaga di posko, sedangkan untuk memantau kondisi lapangan telah diterjunkan tim yang sekaligus mendata kerusakan akibat gempa tersebut.
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,4 pada pukul 19:03:21 WIB, berlokasi di 7.54 lintang selatan, 104.58 bujur timur. Pusat gempa berada di 147 km barat daya Sumur, Kabupaten Pandeglang dengan kedalaman 10 km.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah memutakhirkan data tentang kekuatan gempa tersebut menjadi bermagnitudo 6,9 dan menyatakan peringatan dini tsunami diakhiri, beberapa waktu setelah terjadi gempa bumi yang juga dirasakan warga di sejumlah daerah tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Kita terus pantau. Korban atau kerusakan belum ada laporan, namun memang masih banyak warga yang bertahan di pengungsian," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Pandeglang Deni Kurnia di Pandeglang, Jumat.
Dia mengatakan bahwa warga yang tinggal di pesisir Pandeglang masih bertahan di pengungsian karena khawatir terjadi gempa susulan dan tsunami.
Ia juga menyatakan pascagempa kepanikan terlihat pada warga Pandeglang, terutama mereka yang tinggal di kawasan pesisir, karena masih trauma dengan tsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018.
"Ada delapan kecamatan di Pandeglang yang berada di kawasan pesisir. Saat terjadi tsunami Selat Sunda, 22 Desember 2018, mereka terdampak bencana itu, jadi masih trauma," ujar dia.
Terkait dengan warga di Kecamatan Sumur, kata dia, sampai saat ini masih mengungsi di pergunungan atau perbukitan.
Baca juga: Presiden Jokowi arahkan petugas cepat tanggulangi dampak gempa Banten
Baca juga: BMKG mutakhirkan gempa Banten bermagnitudo 6,9
Petugas BPBD Pandeglang saat masih bersiaga di posko, sedangkan untuk memantau kondisi lapangan telah diterjunkan tim yang sekaligus mendata kerusakan akibat gempa tersebut.
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,4 pada pukul 19:03:21 WIB, berlokasi di 7.54 lintang selatan, 104.58 bujur timur. Pusat gempa berada di 147 km barat daya Sumur, Kabupaten Pandeglang dengan kedalaman 10 km.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah memutakhirkan data tentang kekuatan gempa tersebut menjadi bermagnitudo 6,9 dan menyatakan peringatan dini tsunami diakhiri, beberapa waktu setelah terjadi gempa bumi yang juga dirasakan warga di sejumlah daerah tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019