Medan (Antaranews Sumut) - Pemerintah daerah segera merelokasi warga di tiga kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara, ke lokasi yang dianggap lebih aman untuk menghindari banjir akibat meluapnya sungai di daerah tersebut.

"Warga di tiga kecamatan itu, yakni Kecamatan Ulu Pungkut, Kecamatan Aek Batang Gadis, dan Kecamatan Batang Natal, segera kita relokasi," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mandaling Natal, Muhammad Yasir Nasution, dihubungi dari Medan, Senin (17/12).
     
Relokasi warga di tiga kecamatan itu, menurut dia, saat ini sedang diusulkan Pemerintah Kabupaten Mandaling Natal kepada Gubernur Sumatera Utara.
    
"Semoga, rencana relokasi warga tersebut dapat disetujui oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut)," ujar Yasir.
     
Ia mengatakan, Pemkab Mandailing Natal saat ini tengah mencari tempat yang tepat untuk merelokasi warga di tiga kecamatan yang selama ini dikenal rawan banjir dan juga tanah longsor tersebut karena lokasinya tidak jauh dari sungai.  
    
"Jika hujan turun dengan lebat, sungai di tiga kecamatan tersebut meluap dan merendam desa-desa yang ada di sekitarnya," jelasnya.
    
Yasir menyebutkan, tidak ada lagi solusi yang tepat untuk menyelamatkan penduduk yang ada di beberapa desa di tiga kecamatan tersebut selain melakukan relokasi. Dengan relokasi diharapkan dapat menyelamatkan mereka dari bahaya banjir yang mengancam setiap saat.

Hal itu harus dipikirkan pemerintah untuk menolong warga yang tinggal tidak berapa jauh pinggiran sungai. Apalagi Kabupaten Mandailing Natal yang berdekatan  denganKabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat, juga dikenal rawan longsor, jalan putus/amblas dan sering mengalami banjir bandang.
     
"Pemerintah diharapkan dapat menyetujui relokasi atau pemindahan warga yang terdapat di tiga kecamatan itu untuk menghindari korban jiwa," kata Kepala BPBD Mandailing Natal itu.
     
Terakhir pada 15 Oktober 2018 sebanyak 10 desa terkena dampak banjir di wilayah Kecamatan Batang Gadis. Paling parah adalah Desa Transmigrasi SP I dan Transmigrasi SP II Singkuang, dimana satu unit rumah bahkan roboh.
    
Di Desa Lubuk Kapundung, 50 hektare areal pertanian warga terendam banjir dan bangunan sarana air bersih juga rusak berat.
     
Kemudian, di Desa Hutaimbaru terdapat lima rumah rusak ringan, satu surau (mushala) hanyut dan fasilitas sarana belajar seperti meja kursi dan buku-buku siswa hanyut terbawa banjir.  
    
Di Desa Tagilang Julu juga mengakibatkan 49 rumah penduduk terendam air, lima rumah hanyut, 12 rumah rusak berat, 11 rusak ringan dan satu unit surau rusak berat.
     
Sebelumnya bencana banjir bandang juga melanda di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal pada 12 Oktober 2018 mengakibatkan 13 pelajar SD Negeri 235 Desa Muara Saladi meninggal dunia dan 17 orang lainnya berhasil diselamatkan. Korban selamat ditemukan di bawah runtuhan bangunan dan sebagian lagi terseret banjir.        

Banjir bandang itu juga mengakibatkan 12 rumah warga hanyut dan rusak total, sembilan rumah rusak berat, serta tiga fasilitas umum di Desa Muara Saladi, berupa poliklinik desa, gedung SD Negeri 235, dan gedung PKK rusak total.

Pewarta: Munawar Mandailing

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018