Tapteng (Antaranews Sumut)- Pihak keluarga Rudi Lumbantoruan yang merupakan korban jatuhya pesawat Lion Air JT 610 tanggal 29 Oktober 2018, harus pasrah atas keberadaan Rudi yang belum diketemukan hingga detik ini. Proses pencarian jenazah penumpang Lion Air sudah dihentikan, bahkan tabur bunga bagi korban yang tidak ditemukan sudah dilaksanakan.

Sebagai masyarakat Batak, orangtua Rudi dan keluarga besarnya tetap melakukan prosesi pemakaman walaupun tanpa jenazah Rudi.

Sebagai gantinya, pihak keluarga mengambil pasir dan air laut dari lokasi jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Karawang.  

Menurut pihak keluarga Rudi, proses pemakaman Rudi akan dilakukan di Siborongborong, Tapanuli Utara yang merupakan kampung halaman Rudi atau Bonapasogitnya.

Karena tidak ditemukan lagi jenazah Rudi, maka air laut dan pasir dari pantai lokasi jatuh pesawat diambil dan dimasukkan ke dalam peti jenazah ini.

Jadi itulah yang akan dikebumikan besok ke Siborongborong,”kata M Sihombing, Selasa (11/12) di rumah duka di  Jalan Sutan Singengu Namira, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Pantauan di rumah duka, proses adat Batak atas kepergian Rudi sudah dilakukan. Salah satunya dengan memberikan Ulos Saput (penutup kepala) kepada istri Rudi Dewi Manik sebagai tanda bahwa dia baru kehilangan suaminya atau sudah menjadi janda.

Sementara itu pelayat juga masih banyak yang datang untuk menyampaikan ucapan duka.

Seperti dari PT CPA yang merupakan group perusahaan tempat Rudi bekerja. Demikian juga teman-teman Istri Rudi dari SMPN 1 Lumut Tapanuli Tengah, dari rekan alumni Pertanian USU Medan, dari BPC GMKI Medan dan Sibolga serta dari pihak keluarga marga Lumbantoruan dan juga marga Manik. Rudi meninggalkan satu orang istri dan dua orang anak putra dan putri.

 

Pewarta: Jason Gultom

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018