Tapteng (Antaranews Sumut)-Setelah selesai dikerjakan pembangunannya sekitar awal Januari 2018 yang lalu, proyek Pembuatan Tembok Penahan Tanah (TPT) Sungai Sibuluan, Kelurahan Sibuluan Raya, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah sudah retak dan bahkan kondisi tiang tembok penahan banyak yang miring.

Hasil pantuan  di lokasi proyek berbiaya Rp 4,8 miliar itu, menyebutkan kondisi tiang penahan tanah banyak yang miring, ditambah kondisi timbunan yang turun dan pada bagian dinding atas sudah retak-retak.

Menurut masyarakat yang tinggal di kawasan proyek itu mengungkapkan, tidak lama setelah proyek itu selesai dikerjakan, sudah terjadi keretakan dan hal itu telah disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Tapteng, karena proyek tersebut diposkan melalui BPBD. Berkat laporan itu dilakukanlah penyisipan sisi bangunan yang retak walapun saat ini masih terlihat ada bagian yang retak dan kondisi timbunan yang turun.

Kepala BPBD Tapteng, Marhite Rumapea yang dikonformasi menyebutkan, bahwa proyek itu masih dalam tahap perawatan, dan kerusakan yang terjadi sudah dilaporkan kepada pihak rekanan dan telah dilakukan perbaikan, termasuk memasang seling di pinggir tiang penahan tanah untuk mengikat.

“Nanti kalau PPK nya sudah pulang dari luar kota bisa dikonfirmasi lebih teknis lagi, karena dialah (PPK) yang lebih paham tentang proyek yang bersumber dari pemerintah pusat itu,”kata Marihite, Kamis.

Sementara itu pihak rekanan dari PT Duta Sumatera Perkasa yang mememangkan tender proyek itu yang dikonfirmasi  menjelaskan, bahwa pada bagian dinding yang retak sudah dilakukan perbaikan. Sedangkan untuk timbunan yang turun, itu adalah hal yang biasa karena terjadinya pemadatan pada bagian dasar timbunan.

“Terkait dinding penahan tanah yang tidak lurus itu dikarenakan adanya kabel listrik yang bertegangan tinggi sehingga alat berat tidak berani bekerja di bawah kabel karena sangat beresiko. Akibatnya posidi dinding penahan terpaksa tidak lurus. Walaupun tidak lurus posisinya tetap kuat dan tidak membahayakan,”sebut rekanan bermarga Sinaga.

Disinggung apakah proyek tersebut sesuai dengan RAB? Menurutnya sudah melebihi dari RAB. Pasalnya sewaktu mengerjakan proyek itu kondisi di lapangan selalu hujan dan beberapa kali banjir. Walaupun demikian sebagai bentuk tanggung jawab proses pengerjaan tetap dilakukan sebaik mungkin.

“Sampai dengan bulan 12 masih masa perawatan proyek kita itu. Dan posisi seling yang diikatkan ke dinding penahan tanah, itu bukan untuk menahan dinding melainkan untuk menahan saluran air yang ada pada bagian bawah dan tegah proyek.

Artinya, putuspun seling itu tidak ada dampaknya, karena itu dibuat untuk menahan saluran air yang pakai besi sewaktu proses pengecoran.

Sedangkan masalah bagian sisi bangunan yang retak itu tidak berdampak, karena pada bagian atas diikat dengan besi dan dicor. Jadi antara besi dan coran saling mengikat dan kuat. Kalaupun ada yang retak itu kondisi bangunan tetap kuat,”jelasnya, Kamis sore lewat ponselnya.


 

Pewarta: Jason Gultom

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018