Tanjungbalai, Sumut, 18/9 (Antara) - Warga Kota Tanjungbalai berharap curah hujan tinggi menjadi solusi mengatasi krisis air bersih karena kualitas air produksi PDAM Tirta Kualo dinilai tidak layak dan sering tidak mengalir.
R Butar Butar, salah seorang warga di Tanjungbalai, Senin, berharap hujan turun lebat segera turun agar bak penampung air di rumahnya yang kosong berisi dan airnya bisa digunakan untuk keperluan mandi, serta mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga.
"Semoga hujan yang turun hari ini lebat dan lama agar bak mandi dan penampungan yang kosong berisi air," ujar warga kecamatan Datuk Bandar Timur itu. Hal senada diungkapkan Iswani, warga Jalan Anwar Idris, Kecamatan Datuk Bandar yang mengatakan, untuk mandi saja seluruh anggota keluarganya harus menumpang di rumah saudaranya yang memiliki sumur bor.
"Sudah dua hari air PDAM tidak mengalir, untuk mandi kami sekeluarga terpaksa mengungsi ke rumah saudara yang punya air sumur bor," katanya.
Untuk keperluan lainnya, ibu rumah tangga beranak tiga itu mengakui terpaksa membeli air kemasan galon dari depot, sehingga menambah pengeluaran lebih dan sangat memberatkan kantong.
Sementara itu, Julia warga Kecamatan Tanjungbalai Selatan mengeluh karena air yang dialirkan ke rumahnya berwarna coklat layaknya air sungai yang tanpa diproses terlebih dulu.
"Air yang kami terima berwarna coklat, pak Wali Kota tolonglah, kami rindu air besih. Sudah cukup lama pelanggan dirugikan buruknya kualitas air PDAM Tirta Kualo," ujarnya. ***4***
(T.KR-YWK/C/I. Arfa/I. Arfa)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017
R Butar Butar, salah seorang warga di Tanjungbalai, Senin, berharap hujan turun lebat segera turun agar bak penampung air di rumahnya yang kosong berisi dan airnya bisa digunakan untuk keperluan mandi, serta mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga.
"Semoga hujan yang turun hari ini lebat dan lama agar bak mandi dan penampungan yang kosong berisi air," ujar warga kecamatan Datuk Bandar Timur itu. Hal senada diungkapkan Iswani, warga Jalan Anwar Idris, Kecamatan Datuk Bandar yang mengatakan, untuk mandi saja seluruh anggota keluarganya harus menumpang di rumah saudaranya yang memiliki sumur bor.
"Sudah dua hari air PDAM tidak mengalir, untuk mandi kami sekeluarga terpaksa mengungsi ke rumah saudara yang punya air sumur bor," katanya.
Untuk keperluan lainnya, ibu rumah tangga beranak tiga itu mengakui terpaksa membeli air kemasan galon dari depot, sehingga menambah pengeluaran lebih dan sangat memberatkan kantong.
Sementara itu, Julia warga Kecamatan Tanjungbalai Selatan mengeluh karena air yang dialirkan ke rumahnya berwarna coklat layaknya air sungai yang tanpa diproses terlebih dulu.
"Air yang kami terima berwarna coklat, pak Wali Kota tolonglah, kami rindu air besih. Sudah cukup lama pelanggan dirugikan buruknya kualitas air PDAM Tirta Kualo," ujarnya. ***4***
(T.KR-YWK/C/I. Arfa/I. Arfa)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017