Medan, 20/3 (Antara) -Tambang Emas Martabe membina petani Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara menghasilkan benih padi unggul berlabel, beras organik, jagung dan  pembuatan kompos dari sampah.

"Martabe juga membantu pembuatan Sentra Oleh-Oleh Bagasta (Bagas Silua Kita).Semuanya itu merupakan wujud komitmen perusahaan peduli lingkungan," ujar Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Tim Duffy di Medan, Senin.

Da mengatakan itu saat mengenalkan produk tersebut di stan PT Agincourt Resources selaku pengelola Tambang Emas Martabe yang mengikuti pameran pembangunan Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) 2017 di Medan,  17 Maret hingga 17 April 2017.

Pada ke-enam kalinya keikutsertaan Martabe, perusahaan itu membuka dua stan yakni di Stan Tenda No. 36-37 dan di lantai dua Paviliun Kabupaten Tapanuli Selatan.

Di kedua lokasi pameran, Tambang Emas Martabe menyediakan  informasi tata kelola tambang bertanggung jawab dan berkelanjutan, berbagai wujud dampak substantial kehadiran tambang dalam menunjang pembangunan dan pengembangan daerah Tapanuli Selatan dan Sumut.

Video operasional Tambang Emas Martabe jalam videotron yang dipasang PT Agincourt Resources di depan Paviliun Kabupaten Tapanuli Selatan sendiri sebagai dukungan bagi pemerintah kabupaten mempromosikan potensi dan peluang investasi daerah.

"Partisipasi menunjukkan konsistensi dukungan Tambang Emas Martabe terhadap upaya pemerintah Provinsi Sumut dan Tapanuli Selatan untuk menggalakkan perluasan informasi yang tepat mengenai tata kelola tambang bertanggung jawab serta kontribusi positif kehadirannya," katanya.

Adapun benih padi unggul berlabel yang dikembangkan Kelompok Tani Permata Hijau binaan Tambang Emas Martabe di Desa Sipenggeng, berhasil melakukan penangkaran bibit padi sejak Februari 2016.

Bahkan pada  Juli 2016, produk  padi unggul bersertifikat varietas INPARI 9 label biru itu sebagian besar diserap oleh PT. Pertani.

"Pemasaran benih padi unggul label biru itu pertama dari Tapanuli Selatan. Program penangkaran benih padi dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan 7.000 hingga 8.000 ton benih padi per tahun di Sumut,"katanya.

Sementara beras organik yang dihasilkan Kelompok Tani Aek Pahu di Desa Napa, Kecamatan Batangtoru, sudah terbukti dari hasil uji laboratorium Sucofindo.

Sedangkan budi daya jagung pilil dikembangkan Departemen Pengembangan Masyarakat Tambang Emas Martabe dengan memberdayakan Kelompok Tani Mulia Bakti  seluas 15 hektare di Desa Sumuran sejak 2016.

Budi daya itu ni dilakukan dengan strategi peningkatan produksi jagung per hektare melalui intensifikasi pertanian, penanganan pascapanen, dan pemotongan jalur distribusi pemasaran dengan menjual langsung ke pabrik pembuat pakan.

Pada 31 Januari 2017,  kelompok tani berhasil menjual jagung pipil perdana sebanyak 14 ton ke PT Charoen Pokphand, salah satu pabrik pakan ternak terbesar di Medan.

Adapun rumah kompos yang digerakkan sejak Mei 2016 pada  Naposo Nauli Bulung  atau (kelompok pemuda/pemudi) Kelurahan Wek 2 itu sudah menghasilkan 200 kg kompos per minggu dan sudah dijual ke pasar.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017