Medan, 3/3 (Antara) - Bank Indonesia memprediksi inflasi Sumatera Utara pada 2017 bisa ditekan atau terkendali pada sasaran 4 plus minus 1 persen atau lebih rendah dari 2016 yang 6,34 persen.

"TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) Sumut yang di dalamnya ada BI (Bank Indonesia) sejak awal tahun sudah dan terus melakukan evaluasi, pemantauan, dan menjalankan berbagai langkah untuk bisa mengendalikan inflasi pada 2017 ini," kata Kepala Perwakilan BI Sumut Arief Budi Santoso di Medan, Jumat.

Inflasi di Sumut tahun ini diharapkan bisa di kisaran 4 plus minus 1 persen dari 2016 yang 6,34 persen.

Untuk menekan inflasi, TPID Sumut sudah berkomitmen untuk menjaga stabilitas harga dengan melakukan berbagai kebijakan.

Mulai dengan berupaya menjaga pasokan dan menjaga kelancaran distribusi bahan pokok serta mengantisipasi risiko inflasi terutama akibat penyesuaian "administered prices" sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh pemerintah.



"TPID Sumut akan konsisten menjalankan program-program sesuai `roadmap` pengendalian inflasi," kata Arief.



TPID katanya sedang menelusuri ke mana penjualan bawang merah hasil panen Sumut mengingat yang sering berada di pasar adalah bawang impor dan termasuk dari Jawa.



Kemudian mengawasi pergerakan harga cabai merah yang sedang turun dampak panen di sejumlah nentra produksi maupun beras yang sedang memasuki masa panen.



Ada kekhawatiran setelah harga cabai merah turun, harga melonjak tajam seperti pada2016 dengan harga jual bisa mencapai Rp80 ribu per kg.



BI semakin yakin Sumut bisa mengendalikan inflasi sebesar 4 plus minus 1 persen pada 2017 karena inflasi Januari rendah atau 0,45 persen dan bahkan di Februari terjadi deflasi 0,59 persen sehingga secara kumulatif di Februari, Sumut deflasi 0,13 persen.



"Realisasi inflasi/deflasi di awal tahun sangat positif dan memberikan keyakinan bahwa inflasi Sumut 2017 dapat dijaga pada kisaran sasaran inflasi," kata Arief.



Meski semakin yakin, tetapi TPID tetap kerja keras, apalagi tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok "administered prices" (AP) masih membayangi dan harga ikan yang masih mahal dampak cuaca ekstrem, katanya.***3***



(T.E016/B/N002/N002) 03-03-2017 18:20:52

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017