Pematangsiantar, Sumut, 28/1 (Antara) - Jagung bakar di sekitaran Balai Bolon Haji Adam Malik atau alun-alun Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara menjadi pilihan alternatif bagi warga untuk mengisi waktu sore hari bersama keluarga, teman atau kolega.
     "Sudah puluhan tahun saya menjual jagung bakar, sekarang dilanjutkan sama anak," kata Ripin (50), warga Kelurahan Banjar, Kecamatan Siantar Barat, Sabtu.
     Dia tidak sendiri, ada empat penjual jagung bakar lainnya yang membuka usaha ekonomi kecilnya dengan menyusun rapi kursi dan meja berbahan plastik di sekitaran trotoar dan di dalam lapangan.
      Mereka membuka usahanya kira-kira pukul 16.00 WIB pada hari biasa atau hari kerja , sedangkan akhir pekan dan hari libur lebih cepat lagi, kira-kira pukul 13.00 WIB.
     "Tutupnya bisa sampai dini hari, tergantung pembeli, tetapi kalau hari Minggu sampai jam (pukul) 22.00 WIB, warga memilih istirahat lebih cepat untuk persiapan kerja esoknya," kata Ripin.
     Dalam sehari pada hari-hari biasa, jagung bakar rata-rata terjual sampai 30-an tungkul dengan harga Rp5.000 satu tungkul, dan pada akhir pekan bisa mencapai ratusan tungkul.
     Sedangkan bahan baku jagung diperoleh dari agen penjual di pasar tradisional Parluasan dan petani langsung dengan satuan harga Rp5.000 per kilogram yang jumlahnya 2-3 tungkul.
     Penikmat bisa memesan jagung bakar dalam tiga rasa, murni jagung yang dibakar, diolesi bumbu kacang atau olesan cabai bagi yang suka pedas.
       Pengunjung didominasi warga bersama keluarga pada akhir pekan, sedangkan hari-hari biasa lebih banyak kaum profesional muda dan para pemuda. ***4***

Pewarta: Waristo

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017