Simalungun, 21/10 (Antarasumut) - Operasional pabrik kelapa sawit milik PT Rapi Tekhnik di Nagori atau Desa Pamatang Asilum, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara mengganggu kesehatan warga sekitar.
Pengakuan sejumlah warga Dusun III wilayah Kecamatan Gunung Malela yang berjarak 10-30 meter dari lokasi pabrik, Jumat, sejak enam tahun lalu merasakan sesak pada gangguan pernapasan akibat limbah debu yang beterbangan.
"Pemecahan buah kepala sawit melalui mesin inti itu menimbulkan asap dan serbuk hitam dari ketel uap yang harus kami hirup selama operasional pabrik 24 jam," kata Ghani diiyakan Sabirin dan Suparni.
Serbuk hitam itu masuk ke bagian dalam rumah, menempel di lantai, perabotan ruang tamu dan ruang tidur, tempat memasak, rak piring sehingga merepotkan warga yang harus menutup semuanya.
"Sehari serbuk hitam jika dikumpulkan bisa sebanyak dua rentang telapak tangan yang disatukan," kata Ghani.
Selain itu, cangkang sawit sebesar guli setiap malam menghantam dinding rumah, dan menimbulkan suara berisik ketika jatuh di bagian seng secara beruntun, sehingga mengganggu kenyamanan waktu istirahat.
Suparni mengaku terkena pecahan cangkang di sekitar bagian mata sebelah kanan bengkak pada tiga hari lalu, sehingga merasakan sakit dan sulit membuka mata, karena mengeluarkan air mata.
"Di rumah bising akibat pecahan cangkang, jadi saya ke luar dan tidak berapa lama terkena," kata Suparni.
Mereka berharap Pemerintah mengkaji ulang keberadaan pabrik yang berada di permukiman warga, dan menyuruh pihak perusahaan pindah ke lokasi yang sepantasnya.
"Kami minta ditutup saja, pabrik itu membuat hidup kami sengsara," kata Ghani.
Manajemen PT Rapi Tekhnik yang coba dikonfirmasi tidak berhasil, dan menurut petugas keamanan pabrik yang tidak mau menyebutkan identitasnya, pimpinan pabrik tidak ada di tempat.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
Pengakuan sejumlah warga Dusun III wilayah Kecamatan Gunung Malela yang berjarak 10-30 meter dari lokasi pabrik, Jumat, sejak enam tahun lalu merasakan sesak pada gangguan pernapasan akibat limbah debu yang beterbangan.
"Pemecahan buah kepala sawit melalui mesin inti itu menimbulkan asap dan serbuk hitam dari ketel uap yang harus kami hirup selama operasional pabrik 24 jam," kata Ghani diiyakan Sabirin dan Suparni.
Serbuk hitam itu masuk ke bagian dalam rumah, menempel di lantai, perabotan ruang tamu dan ruang tidur, tempat memasak, rak piring sehingga merepotkan warga yang harus menutup semuanya.
"Sehari serbuk hitam jika dikumpulkan bisa sebanyak dua rentang telapak tangan yang disatukan," kata Ghani.
Selain itu, cangkang sawit sebesar guli setiap malam menghantam dinding rumah, dan menimbulkan suara berisik ketika jatuh di bagian seng secara beruntun, sehingga mengganggu kenyamanan waktu istirahat.
Suparni mengaku terkena pecahan cangkang di sekitar bagian mata sebelah kanan bengkak pada tiga hari lalu, sehingga merasakan sakit dan sulit membuka mata, karena mengeluarkan air mata.
"Di rumah bising akibat pecahan cangkang, jadi saya ke luar dan tidak berapa lama terkena," kata Suparni.
Mereka berharap Pemerintah mengkaji ulang keberadaan pabrik yang berada di permukiman warga, dan menyuruh pihak perusahaan pindah ke lokasi yang sepantasnya.
"Kami minta ditutup saja, pabrik itu membuat hidup kami sengsara," kata Ghani.
Manajemen PT Rapi Tekhnik yang coba dikonfirmasi tidak berhasil, dan menurut petugas keamanan pabrik yang tidak mau menyebutkan identitasnya, pimpinan pabrik tidak ada di tempat.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016