Medan, 5/10 (Antarasumut) - Pemerintah Kota Medan, Sumatera Utara, melakukan pengerukan untuk pendalaman dan pelebaran Sungai Selayang yang berada di antara Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Sunggal dalam upaya meminimalkan banjir.

"Aliran sungai di kawasan ini telah mengalami pendangkalan dan penyempitan cukup parah," kata Wali Kota Medan Dzulmi Eldin di Medan, Rabu, saat menyaksikan pengerukan Sungai Selayang tersebut.

Pendangkalan yang terjadi pada Sungai Selayang menyebabkan warga sekitar selama ini menjadi langganan banjir setiap kali hujkan deras turun.

Pendangkalan dan penyempitan yang terjadi ini menyebabkan fungsi sungai sebagai penampang air tidak mampu menampung debit air, sehingga meluap dan menggenangi jalan maupun rumah warga sekitar.

Guna memaksimalkan hasil pengerukan, Pemkot Medan menurunkan langsung satu unit excavator yang baru dibeli Dinas Bina Marga Kota Medan yang cara kerja alat berat baru buatan Itali tersebut tak ubahnya seperti seekor laba-laba.

Alat berat merek Euromach itu mampu menerobos medan yang cukup sulit, termasuk berjalan dalam sungai, dengan kelebihan yang tidak dimiliki alat berat sejenisnya, excavator ini mampu melakukan pengerukan dengan maksimal.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 3 jam lebih, alat berat ini mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Aliran Sungai Selayang yang sebelum pengerukan mengalami penyempitan dan pendangkalan serta disekelilingnya dipenuhi semak belukar, kini berubah menjadi lebar dan dalam.

Sudah itu seluruh semak belukar pun bersih dan diratakan dengan tanah maupun lumpur hasil pengerukan sungai. Bersamaan itu air sungai pun mengalir dengan deras.

Dalam kesempatan itu Eldin juga menyampaikan rasa kecewanya atas kinerja camat dan lurah setempat, selain tidak melakukan pengawasan dengan maksimal, camat dan lurah pun membiarkan sejumlah parit yang ada tersumbat menyusul pembangunan sejumlah kafe.

Malah salah satu bagunan belakang kafe dibangun di atas permukaan sungai sehingga penampang sungai menyempit, justru yang mengherankan camat dan lurah tidak mengetahuinya sehingga pembangunan kafe tersebut kini tinggal tahap finishing. Padahal bangunan bagian belakang kafe itu selama ini menjadi salah satu pemicu banjir di kawasan tersebut.

"Saya heran mengapa bangunan kafe itu bisa berdiri tanpa sepengetahuan camat maupun lurah," katanya. 

Pewarta: Juraidi

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016